Mengangkat
sebuah objek yang sudah familiar, yakni mengangkat sebuah objek dengan
menggunakan 'embel-embel' Tembok Besar China dan mengubahnya menjadi
sebuah film dengan membelokkan fakta sejarah, yakni menambahkan sebuah
penyerangan makhluk mythologi China yang datang selama 16 tahun sekali,
memang bisa dibilang premis yang bisa menjanjikan jika sebuah pembelokkan
sejarah (baca : fiksi) menghasilkan sebuah eksekusi yang manis serta
mampu membuat enjoy dengan cerita, namun sebaliknya pembelokkan ini juga
bisa bersifat hanya seolah dongkrak tenar lewat embel-embel yang
diangkat tadi. The Great Wall when World War Z change to be a mythologi
chinese attack.
Bersetting abad ke-15, berpusat pada kejadian
sebuah misteri di sekitar sebuah pembangunan Great Wall, sepanjang 5500
mil seorang prajurit yang juga seorang tentara bayaran, William (Matt
Damon) dikirim ke China untuk mengambil mesiu ke Eropa, alih-alih
berhasil ia malah tertangkap bersama sang teman, Pero Tovar (Pedro
Pascal). Ketika disekap, terjadi sebuah penyerangan oleh sekelompok
binatang mythologi bernama Taotie, para prajurit menyelamatkan diri
dibawah komando Lin Mei (Tian Jing) bersama Strategis Wang (Andy Lau)
juga dibantu oleh William.
Setelah anda membaca sinopsis diatas
mungkin terbesit dalam benak anda 'kok singkat ?' memang itulah inti
yang hendak disampaikan oleh film ini. Manusia melawan hantu, manusia
melawan zombie, manusia melawan alien, dan kini manusia melawan binatang
mythologi. Memang bukan sebuah trik yang bisa dibilang baru, trik ini
sudah dipakai bahkan setiap tahunnya pasti selalu ada di daftar list
fIlm yang akan tayang, Zhang Yimou sutradara asal negeri tirai bambu
dibantu oleh sokongan naskah dari Tony Gilroy, Carlo Bernard, serta Doug
Miro rupanya tak memberi sebuah loncatan yang baru untuk film ini, film
ini masih sama seperti film yang juga mengangkat genre yang sama
sebelumnya, menggabungkan unsur serangan monster mythologi sekaligus
istana sentris, dimana orang-orang berusaha menyelamatkan diri
masing-masing serta berusaha membunuh sang monster ditambah cerita has
kerajaan, mulai dari matinya sang raja, dan tahta serta tanggung jawab
diturunkan kepada sang bawahan atau anaknya yang dipercaya serta
menambahkan konflik kerajaan misalnya pengkhianatan serta perebutan
kekuasaan. Memang sebuah eksekusi yang lumrah digunakan, Zhang Yimou tak
menawarkan sebuah eksekusi serta naskah yang menawan, ia malah terjebak
ditengah-tengah "Great Wall" yang hanya digunakan sebagai background
belaka dan dobrak tenar, tak ada yang baru yang ditawarkan film ini,
hanya sebuah vissual effect yang cukup menawan serta akting pemain yang
sudah tak diragukan lagi.
Minimnya sektor eksekusi rupanya
menjadi faktor kurangnya lahan yang akan dieksekusi, Yimou hanya bermain
petak umpet di Great Wall, tanpa menambahkan sebuah cerita serta
eksekusi yang mampu menarik penonton, padahal film ini dapat berpotensi
menjadi sebuah film dengan serangan eksekusi yang keren ditengah
minimnya ruang, namun sekali lagi semua itu hanya angan-angan belaka,
film ini tak mampu memberikan sebuah something different.
Overall, The Great Wall sebuah film yang membelokkan fakta sehingga
berspekulasi dengan eksekusi yang mencoba born to be hero, namun
hasilnya born to be zero.
SCORE : 2/5
0 Komentar