Gunawan Garnida (Abimana Aryasatya) mendapati hidupnya tak akan lama lagi karena divonis kanker yang terus menggerogoti tubuhnya, menyadari hidupnya tak akan lama lagi, ia memutuskan untuk merekam berbagai pesan terkait hal yang harus dilakukan untuk anaknya kelak, Satya dan Cakra. Dalam sebuah remakan kamera yang kemudian dikasetkan, Gunawan berpesan pada sang Isteri, Itje (Ira Wibowo) untuk menjaga anaknya kelak dan menuntun mereka menjalani hidup dengan berbagai pesan yang telah ia rekam yang kemudian Satya dan Cakra akan bertemu sang bapak rutin pada hari Sabtu.
Tak perlu basa-basi untuk connect dengan penonton, Monty Tiwa menampilkan sebuah opening sequence yang mampu mengundang air mata tatkala Pak Gunawan dengan rasa sakit dan tak mau kehilangan serta dialog yang mampu membuat kamu merinding tak mau melepas kewajibannya tatkala sang anak hendak dewasa, sederhana saja, ini adalah kisah bagaimana seorang bapak yang dalam hidupnya tak lagi lama yang tak mau kehilangan kewajibannya terhadap sang anak. Dan kemudian cerita mulai bergulir tatkala pertanyaan dan kewajiban tadi mulai perlahan terjawab, Satya (Arifin Putra) yang kin sudah beristreikan Rissa (Acha Septriasa) yang kemudian tinggal di Prancis dan dua orang anak Miku dan Ryan, dan kemudian Cakra (Deva Mahenra) yang sukses besar tetapi belum mempunyai pasangan, dan disinilah pesan dari sang bapak perlahan akan dibutuhkan.
Monty Tiwa selaku sutradara yang mengambil sebuah cerita adaptasi novel dari Adhitya Mulya yang berjudul sama, rupanya tak melakukan sebuah perubahan terhadap versi filmnya, ketika film bergulir tak keluar dari jalan cerita novel (kebetulan saya sudah membaca novelnya) dan disini kharisma dari seorang Monty Tiwa mulai dikeluarkan, ya, memang bukanlah hal baru jika ia menggarap sebuah film adaptasi dengan usungan tema keluarga, dan disini serupa dengan karya ia yang terlebih dahulu, Monty masih menawarkan sebuah kisah yang simple namun mampu klik dengan penonton. Saya suka bagaimana cara Monty mendeskripsikan halaman demi halaman dari novel film ini, seperti tatkala Satya dan Rissa yang sering cekcok tentang rumah tangganya serta bagaimana Cakra mendapatkan hati sang staff anggota dari kantornya, Ayu (Sheila Dara Aisha) hingga pertemuannya di Kota Tua dengan beribu pesan Cakra dari sang bapak kerap menghiasi lantunan ucapannya dibalik tampang dan kelakuan Cakra yang sedikit quirky dan sering bersifat awkward.
Memang paparan substansi hingga konflik serta value yang di nahkodai oleh Monty Tiwa pada film ini tak terkesan meawh, memang sederhana nyatanya, tapi dibalik semua kesederhanaan itu terdapat berbagai macam kesan yang kamu dapat setelah nonton film ini baik itu about life, relationship, atau pribadi hakiki manusia, dan itu bergulir secara baik hingga klimaks berakhir. Monty Tiwa sangat lihai bagaimana ia melakukan sebuah aksi yang tak hanya mampu membawa karakter saja melainkan penonton seolah mempunyai koneksi dengan karakter di balik tone yang memang riang, bahagia, sedih, kesal dan itu semua dapat sampai ke penonton ditambah gelaran adegan yang mampu tampil manis bahkan mampu mengundang berbagai tawa dan tangis. Mungkin Sabtu Bersama Bapak bukan sebuah sajian yang luar biasa, terkesan sederhana memang, namun itu semua tampil padat dibalik beberapa kekurangan yang mampu tertutup rapat.
SCORE : 4/5
0 Komentar