Bertindak sebagai prekukel sebagai film yang mampu mengumpulkan
penonton secara membludak di beberapa tahun yang lalu, Habibie &
Ainun. Rudy Habibie bukanlah sebuah film yang mesti harus di buat,
karena memang di film pertamanya sudah terpampang jelas sang kisah
inspirasi ini. Namun beda dengan sang sutradara Hanung Bramantyo ia
tetap kekeh ingin memfilmkan film ini lewat naungan MD Pictures guna meraih finansial belaka, so bagaimana dengan hasilnya?
Atas pesan sang ayah (Donny Damara) untuk menjadi sebuah "mata air"
yang berguna untuk semua orang pada saat Habibie kecil (Bima Azriel)
yang terpaksa mengungsi dari Parepare ke Gorontalo karena di bombardir
Jepang. Selan beberapa tahun kemudian, Rudy Habibie (Reza Rahadian)
kemudian melanjutkan pendidikannya di Aachen, Jerman yang ingin
mewujudkan cita-citanya menciptakan sebuah pesawat terbang untuk
Indonesia, namun ilmu yang ia inginkan dengan kenyataan bertolak
belakang, ia kemudian kuliah di RWTH yang memang secara finansial kurang
menunjang.
Ya, sederhana memang jika kamu memperhatikan
sinopsis diatas, ini adalah sebuah kisah sang titular character untuk
meraih mimpinya dan harus melewati berbagai rintangan dan medan yang
memang tidaj biasa, namun jangan anggap sepele, karena naskah Gina S
Noer yang membagi dua fase antara ehidupan karakter kecil da
kehidupannya ketika dewasa. Ditangan sang sutradara handal yang memang
bisa dibilang cukup beken dan kondang, Hanung Bramantyo, Rudy Habibie
bisa menjadi sebuah sajian yang mampu membuat kamu betah dan berhenti
menganggapnya sepele. Persahabatan Rudy Habibie dengan sesama pelajar
Indonesia yang terdiri dari Peter Manumasa (Pandji Pragiwaksono), Liem
Keng Kie (Ernest Prakarsa), Poltak Hasibuan (Boris Bokir) serta Ayu
(Indah Permatasari) terlihat sangat oke dan menimbulkan sebuah kesan
tersendiri bahkan ketika Rudy berselisih dengan anggota Laskar Pelajar
yang tak lain adalah senior mereka yang dikomandoi oleh Panca (Cornelio
Sunny) mampu menarik atensi penontn dan tak lupa pula kisah
percintaannya dengan seorang mahasiswi medis asal Polandia, Illona
Ianovska (Chelsea Islan) yang memang tak bisa bersama bagai syair tak
berirama.
Hanung Bramantyo bukan hanya mendayagunakan
kesuksesan film pertamanya, disini meski terbilang banyak adegan
terlihat chessy serta momen tatkala Rudy diserang para anggota Laskar
Pelajar dan juga kisah cinta terpendam dan mimpi sang karakter terlihat
oke meskipun itu bisa jatuh dengan gampang pada statement yang bisa
dibilang cukup dalam. Namun, jangan remehkan sang sutradara handal, ia
dapat mengolah semua itu terasa meyakinkan di tengah berbagai aspek yang
bisa dibilang gampangan. Yang membuat Rudy Habibie tampak bersinar
dibalik cast para pemain yang memang mumpuni serta kinerja Hanung
Bramantyo adalah view serta sinematografi serta scoring turut mendukung
pula, hingga sangat sulit jika menapik Rudy Habibie adalah sebuah film
dengan kualitas standar dibalik aspek standar tadi.
0 Komentar