Mudah
memang jika membuat sebuah film yang mampu meraup pangsa remaja yang
haus akan romansa cinta, itu yang coba di gambarkan oleh Asep Kusdinar
selaku film ketiganya setelah Magic Hour dan London Love Story, mencoba
mengajak para penonton (khususnya remaja) untuk "believe in true love"
lewat suguhan paras cantik dan ganteng dengan ribuan kata cinta yang
mampu menggugah jiwa para penontonnya (baca : remaja).
Aletta (Michelle Ziudith) adalah seorang perempuan mandiri yang hobi
travelling, suatu ketika di atas pesawat ia bertemu dengan seorang
lelaki yang terus menggodanya dan bertemu dengan sosok rupawan yang
kemudian duduk disamingnya yang tak lain adalah salah satu staf program
eksplorasi alam (baca : National Geographic), nasib kemudian mereka
kembali tatkala, Aletta kemudian menjadi host dadakan di program Arga
karena sang host berhalangan hadir, berawal dari sanalah benih cinta
antara Arga dan Aletta perlahan tapi pasti tumbuh dan berkembang menjadi
rasa cinta yang sesungguhnya.
Memang bukan hanya ILY from
38.000 ft saja yang mengusung premis "believe in true love" premis ini
sering eksis dan masih menjadi incaran para filmmaker, sederhana saja
karangan Asep Kusdinar ini layaknya film bergenre sama yang mencoba
mengajak penonton hanyut akan cinta lewat dua sejoli yang memang
berparas ganteng dan cantik ini, Sukhdev Singh dan Tisa TS serta sang
sutradara Asep Kusdinar tahu jelas bagaimana cara memuaskan dahaga para
remaja yang haus akan khayalan cinta sejati, mempertemukan mereka,
membuat momen yang sulit untuk dilupakan dan memasukan ujian cinta,
thats right itulah yang mereka tampilkan disini, mencoba bermain lewat
imajinasi cinta sejati tanpa perlu capek memikirkan lubang yang memang
sangat terlihat jelas.
Tapi biar bagaimana juga kita semua
pernah melewati masa remaja yang penuh kenaifan soal romantika "ILY from
38.000 ft" sukses membangiktkan kita untuk kembali flashback dan
mungkin sebuah momen yang kita impikan dulu tatkala kita ingin membuat
sebuah momen yang unforgottable seperti bermain dalam guyuran hujan
serta naik sepeda berdua, lebih tepatnya adalah sebuah impian yang kita
pendam. Landscape pemandangan Pulau Dewata begitu memikat disini,
menemani detik demi detik kisah Arga dan Aletta untuk membuat sebuah
momen, meski memang harus diakui sang screenwriter melengkapinya dengan
dialog chessy serta lantunan untuk berpuisi namun tak berpuisi. Rizky
Nazar dan Michelle Ziudith mampu membangkitkan performa yang oke meski
memang terdapat over act dibeberapa bagian.
Melewati
pertengahan durasi, Asep Kusdinar memang masih enjoyable dibalik
berbagai kekurangan yang ia miliki, namun serentetan momen untuk membuat
penonton "believe in true love" tadi terasa dipaksakan disini untuk
berakhir bahagia, berbagai twist Asep tampilkan disini, namun dibalik
semua kekurangan tadi enjoyable yang saya rasakan kian menurun tatkala
taktik yang dilakukan Asep Kusdinar terlalu memaksa saya dan juga
mungkin anda selaku penonton, pesan "kekalnya cinta sejati" berujung
hambar tatkala melihatpemaksaan yang dilakukan oleh Asep ini, kesan haru
biru yang telah penonton torehkan juga hanya sekedar moment untuk buang
energi disini, ibarat pepatah, "ILY from 38.000 ft" nila setitik rusak
susu sebelanga, tapi untungnya sisi manis tatkala momen yang diawal ia
bangun terasa mampu membangkitkan sisi naif akan romantika remaja yang
pernah kita lalui.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar