Menurut
saya pribadi modal terpenting dari sebuah film yang menjadi tugas
seorang sutradara adalah bagaimana ia menentukan alur, pengadeganan,
tone, penyampaian pesan dan yang lainnya, bukan hanya seekedar pemahaman
visi belaka, karena jika hanya mengandalkan sebuah pemahaman visi tanpa
bagian hal yang paling penting dari sebuah film akan menjadikan filmnya
gagal akibat tak tentunya arah suatu film. Pacarku Anak Koruptor trying
to be a good movies, but the final is to be public advertisement an
extended version.
Sayanda (Jessica Mila) seorang aktivis
sekaligus ketua GANK (Gerakan Anti Narkoba dan Korupsi), ia dan anggota
lainnya kini tengah mengusut kasus korupsi yang melibatkan seorang
bussinessman bernama Maruk Bangetan (Ray Sahetapy) dimana sejauh ini
Maruk selalu lolos dari jerat hukum berkat uang miliknya. Ironisnya,
saat itu Sayanda tengah menjalin hubungan asmara dengan Gerhana (Sabda
Ahessa), putera Maruk Bangetan. Mengetahui hubungan mereka berdua, Maruk
menolak tinggal diam untuk menghancurkan asmara anaknya, sekaligus
menghancurkan para anggota GANK lainnya yang selama ini menghalangi
aksinya.
Setelah kamu melihat sub judul dan membaca sinopsis
diatas memang pasti dipikiran kamu terlintas dapat menebak bahwa film
ini adalah film kelas FTV dengan sebuah embel-embel "cinta beda
dunia"dan "ayo tegakkan keadilan". Film yang diangkat dari sebuah pop
opera berjudul "Kisah Cinta Anak Koruptor dan Pacarnya" yang dipentaskan
pada enam tahun silam yang tak lain adalah hasil karya Sys NS yang
kemudian kini mencoba peruntungannya membuat versi layar dan juga
memiliki kenakalan aneh seperti di pentas yang bisa di bilang sangat
wajar, misalnya nama Maruk Bangetan hingga nama-nama geng seperti Blujin
Belel, Selendank hingga Cepak Ngehek, kesan slengean kerap tampil dan
unjuk gigi disini terlebih ritme film yang mulai merangkak maju ke scene
selanjutnya.
Awalnya Pacarku Anak Koruptor bagaikan sebuah
satir berbagai tokoh komikal yang berfungsi sebagai tujuan, lalu mulai
maju ke romansa "beda dunia", politichal thriller dan kemudian ditutup
dengan aksi musikal. Memasukan berbagai genre sah-sah saja yang penting
sutradara mampu mengolah dan membagi berbagai genre tersebut untuk tak
saling bertabrakan. Namun Sys NS rupanya kewalahan dengan berbagai genre
tersebut, dan alhasil semuanya berujung berantakan, aneh memang tatkala
sebuah film dengan sub judul kentara dengan sebuah romansa justru urung
menghasilkan sebuah romansa, karena minimnya adegan ketika Sayanda dan
Gerhana memadu kasih dan yang ada hanyalah setumpuk genre berserakan
yang saling berebut mencuri layar guna mencuri perhatian penonton.
Bertebarannya genre menghadiran bertebarannya kekonyolan demi
kekonyolan akibat jamaknya genre yang diusung untuk saling tampil, andai
saja kekonyolan itu pas pada ritmik maka akan menjadikan film ini
sebuah sajian yang menghibur, namun berbeda dengan Sys NS yang terus
memaksanya pada jalur yang lurus dan kemudian stampil secara
alakadarnya, berbagai momen ketika "orasi" juga terlihat biasa layaknya
ngobrol banyak orang tanpa adanya sikap yang kuat akan kebencian dan
yang lebih parah lagi adalah pengulangan dialog yang mencoba tampil
puitis namun berujung kritis dan terlalu dangkal misalnya pada sebuah
dialog "aku memang cinta mati kepadamu, tapi aku jauh mencintai negeri
ini dari pada kamu" kesan menggurui yang berujung sering membuat film
ini menguatkan bahwa film ini memang kekurangan modal. Sayangnya aktor
kelas watak Ray Sahetapy dan juga aktris watak Jajang C. Noer serta
aktris muda berbakat Jessica Mila salah film lagi.
SCORE : 1/5
0 Komentar