Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MOONLIGHT (2016)


Emosi merupakan faktor penting dalam setiap karakter seseorang yang dapat menunjukan perasaan mereka, tak ayal juga bagian tersebut merupakan bagian yang ber urgensi and most important dalam sebuah film. Tapi tak semua para filmmaker menggunakan emosi dengan begitu "masak" acap kali juga terlihat "mentah". Emosi yang kuat yakni emosi yang bersifat laten, eksis namun tersembunyi, bermain di bawah permukaan lalu perlahan membawa kamu sampai di klimaks. Hal tersebut yang diterapkan oleh Moonlight, sebuah film tentang identitas dengan menggunakan perjuangan manusia.

Moonlight bercerita tentang karakter sentral pada rentang usia, Little (Alex R. Hibbert), Chiron (Ashton Sanders) dab Black (Trevante Rhoses). Ketika di sekolah dasar, Little menjadi "sasaran" dari teman-temannya, ia menjadi anak yang pemalu dan memendam amarahnya. Ketika sekolah menengah atas, hal tersebut menjadi semakin parah, untungnya ia mempunyai teman bernama Kevin (Andre Holland) yang bersedia menerimanya apa adanya. Beranjak dewasa, dunia semakin sulit baginya, dari kehadiran sang pemasik narkoba (Mahershala Ali) hingga sang ibu yang pecandu narkoba, Paula (Naomie Harris).

Setelah kamu membaca sinpsis di atas, memang terasa sederhana karya dari Barry Jenkins sang sutradara yang kemudian merangkap menjadi penulis naskah ini. Namun tak banyak film yang dapat meninggalkan kesan kuat seperti Moonlight ini yang berbicara tentang seorang karakter yang belajar dalam proses pencarian identitas diri ini. Jenkins mampu mengeksplorasi secara lebih jauh tentang bagaimana karakter mendefinisikan, melihat, dan memproyeksikan dirinya, sebuah pesan don't be ashamed of who you are dengan balutan kisah klasik tentang human struggle dari kaum minoritas yang tampil sejak awal mempersentasikan tiga stages dari kelemahan manusia serta lingkungan dan sosialnya.
Paragraf di atas mungkin terasa berat, namun nyatanya tidak bagi Jenkins yang berhasil membuat hal-hal yang klise dan klasik tentang manusia, dalam presentasi yang padat dan memikat. Kekuatan utama yang Jenkins lakukan adalah ia berhasil menyuntikkan sebuah charm pada cerita dan juga karakter di balik cerita yang klise itu, dan membuat kisah boy becoming a man itu sebagai sebuah study yang tenang dan lembut namun semakin kesini semakin memikat dan menampilkan rasa yang kuat di dalam pikiran penonton, serta Jenkins pula berhasil melumasi karakter dan cerita menjadi satu kesatuan yang tidak hanya sekrdar "natural" namun mampu "mengakomodasi" penonton untuk terlibat atas kisah yang dilalui oleh karakter. Hasilnya tergantung apa yang ditangkap oleh penonton, disini Jenkins mempunyai karakter yang memang bisa dikatakan "tragis" lengkap dengan kisah yang harus ia hadapi, serta menekan karakter dengan sebuah kobaran yang besar yang membuat penonton mampu melihat serta merasakan apa yang di rasakan oleh karakter.

Hal lain yang membuat Moonlight terasa oke di samping naskah, editing, penggarapan serta cinematography adalah ia mampu membuat pesona karakter kian makin lengkap dalam rentang usianya, batasan kontribusi antara lead dan supporting memang tidak terlalu besar, namun itu memberikan sebuah arena yang luas bagi karakter sentral untuk ,menampilkan sebuah perjuangan serta amarah yang di hadapinya, yang membuat karakter sentral mempunyai inner life yang oke mulai dai sorot matanya, wajahnya, lalu diam sejenak dan berbicara, dan hal itu tampil menarik. Overall, Moonlight garapan Barry Jenkins berhasil membuat hal-hal klasik tadi menjadi sebuah sajian yang oke dari pesona karakter yang perlahan diam dengan segala problem yang di hadapinya lalu luapan amarahnya yang begitu besar, sebuah pencarian jati diri yang mumpuni dan oke tentunya di bantu oleh kinerja para cast and crew yang oke.


SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar