Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MIDNIGHT SHOW (2016)

Debut penyutradaraan Ginanti Rona Tembang Asri yang tak lain adalah asisten sutradara dari Gareth Evans (The Raid) dan MO Brothers (Rumah Dara, Killer, Headshot) memulai debutnya di bangku sutradara dengan berguru pada dua sutradara kenamaan itu yang terkenal dengan genre action dan thriller yang bisa dibilang sadism, hendak mengikuti dua sutradara kenamaan itu, Ginanti Rona Tembang Asri menawarkan sebuah thriller psikolog dengan latar teror di Bioskop.

Bioskop Podium, tengah menghadapi kebangkrutan akibat minimnya penonton. Untuk mengembalikan minat masyarakat, sang pemilik bioskop (Rony P. Tjandra) memutuskan untuk memutar film kontroversial berjudul "Bocah" untuk pertunjukan midnight. Film itu sendiri diadaptasi dari sebuah kisah nyata mengenai ana berumur 12 tahun yang membantai habis keluarganya. Awalnya malam berjala seperti biasa dengan ketiadaan penonton dan interaksi antar para pegawai, Juna (Gandhi Fernando) dan Naya (Acha Septriasa). Namun ketika bioskop hendak ditutup, beberapa orang mulai berdatangan yang artinya pertunjukan midnight akan dilakukan. Satu yang tidak mereka tahu adalah bahwa pertumpahan darah di layar lebar akan menjadi kenyataan ketika satu per satu pembantaian berdarah mulai terjadi.

Memang jika kita menilik sinopsis diatas terasa simple bukan? mudah menebak apa yang akan terjadi pada penonton yang menonton film bocah tersebut, that's right cara klasik film thriller dimana satu persatu korban mulai tewas dan kita akan menebak siapa sebenarnya yang akan selamat dan siapa sebenarnya yang akan tewas dan siapa pembunuhnya? Demikian yang dilakukan oleh Ginanti Rona Tembang Asri, ia menggunakan terror klasik serta pertanyaan yang klasik, lalu bagaimana dengan hasilnya sendiri? Walaupun ia menggunakan cara klasik bukan berarti hasilnya akan mengecewakan dan jelek, Ginanti Rona Tembang Asri rupanya sudah lihai dalam membangun sebuah plot, cukup sederhana namun mengolahnya menjadu sebuah sajian yang mampu membuat penonton terkesima dan bilang wow, yang saya suka disini adalah bagaimana cara Ginanti mempermainkan karakter dengan sebuah hide and seek serta chasing one of others, ya memang sering dilakukan oleh para sineas yang lainnya, tapi tensi itu kemudian semakin lama semakin naik.
Seperti yang saya bilang tadi, memang cerita begitu simple dan bisa dibilang predictable, tapi disini eksekusi yang dibawa oleh Ginanti Rona terasa menawan, ia mampu membuat karakter terdesak diantara dua pilihan now or never serta live or dead, kondisi yang simple itu tadi kemudian naik dan mamou menguras atensi karakter juga memaksa penonton untuk ikut serta merasakan apa yang karakter rasakan. film yang bersetting tahun 80-an dimana harga tikt bioskop seharga 1500 rupiah dan lollipop 100 rupiah ini menampilkan sebuah situasi hidup dan mati yang memang terasa real, ditambah akting para pemain seperti Acha Septriasa yang memang untuk pertama kalinya ia bermain film bergenre thriller terasa meyakinkan akan situasi yang dihadapinya, serta pemeran lain seperti Gandhi Fernando, Ganindra Bimo serta Ratu Felisha yang tak kalah menawan.

Sayangnya semua itu harus terasa "nanggung" tatkala Midnight Show sendiri adalah sebuah bukti bahwa kejamnya LSF dalam kasus pemotongan adegan, ya memang film ini mendapat rating PGA 17+ yang memang mengharuskan film ini harus di cut parah, saya tak akan menyalahkan Ginanti Rona tapi disini menyalahkan kinerja Ginanti Rona yang memang berhasil membangun sebuah tensi pertumpahan darah dengan ketegangan serta sadism yang mumpuni, tapi memang disini LSF lah yang terlampau men-cut adegan menjadi terasa tanggung.


SCORE : 3.5/5













Posting Komentar

0 Komentar