Loving can hurt, loving can hurt sometimes. But, loving can heal, loving can mend your soul. Itulah lantunan indah dari Ed Sheeran lewat lagu Photograph yang mewakili film ini, dan sekaligus menjadi soundtrack film ini. Me before you mencoba menjabarkan apakah "the power of love" itu ada, ataukah hanya gurauan saja?
Untuk membantu keuangan keluarga, Louisa "Lou" Clark (Emilia Clarke) menerima pekerjaan menjadi perawat bagi seorang pria bernama Will Traynor (Sam Claflin). Will merupakan mantan banker yang kini hampir seluruh tubuhnya lumpuh setelah mengalami kecelakaan, sehingga harus menggunakan kursi roda. Meskipun awalnya canggung, perlahan tapi pasti, persahabatan antara Lou dan Will mulai terjalin.
Will mempunyai waktu enam bulan sebelum berangkat bersama orang tuanya ke Swiss untuk melakukan Euthanasia.
NICE TO KNOW :
Euthanasia adalah suatu tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan, juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya dengan cara memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien.
Lou mengetahui hal tersebut dan berencana untuk membuat Will agar mengubah keputusannya tersebut, salah satunya dengan menunjukan pada Will bahwa kehidupan ini indah. Dapatkah kekuatan cinta melakukannya?
Based in a romantic best seller novel karya Jojo Moyes yang berjudul sama, rupanya Me before you mengangkat tema klasik seputar bagaimana seseorang terlibat sebuah hubungan pekerjaan, lalu mulai timbul benih-benih cinta. Ya, memang terkesan klasik dan kuno, udah tak terhitung berapa banyak film asal hollywood yang mengangkat tema yang sama. Tetapi, di besutan pertama filmnya, Thea Sharrock rupanya membuat film ini terkesan intim melalui dialog dan emosi yang terbilang standar, namun tepat sasaran.
Ya, semua itu tak lepas dari bantuan sang penulis naskah yang tak lain adalah penulis novel film ini, Jojo Moyes, yang merangkak sebagai script writer. Ya, memang terkesan bagus, tapi Sharrock tak sepenuhnya bisa menangani semua naskah itu, acap kali memang terkesan masih mentah dalam penggarapannya.Untung saja film ini berjalan tepat sasaran menjadi sebuah sajian drama romance.
Meskipun sulit untuk mengatakan film ini memberi sebuah loncatan yang besar bagi sebuah film bergenre drama romance.
Ya, film ini menurut saya mempunyai dua sisi, sisi gelap dan terang, sisi terang film ini adalah seperti yang saya katakan tadi, film ini berjalan sesuai ritmenya, meskipun memiliki sedikit emosi namun film ini dapat menyesuaikannya sehingga tepat sasaran. Sisi gelapnya film ini mungkin terkesan gagal dalam menampilkan dan menjabarkan istilah "the power of love". Memang, tak seutuhnya gagal, namun Sharrock sepertinya masih ragu dalam menampilkannya dalam balutan dan luapan emosi dan kekuatan cinta yang sebenarnya yang harus menjadikan film ini dapat sesuai porsi dan keinginannya. Kalo dibandingkan dengan film drama romance adaptasi dari Novel John Green, The Fault In Our Stars mungkin me before you masih jauh. Jujur saya lebih suka the fault in our stars, karna mungkin "the power of love" dapat dijabarkan dengan begitu apik. Bukan begitu me before you gagal, tapi mungkin me before you masih belum bisa menjabarkannya secara eksplisit.
Overall, Me before you, sajian drama romance khas hollywood yang masih menggunakan trik klasik dan kuno, serta emosi yang standar namun tepat sasaran, meskipun tak memberi sebuah loncatan baru bagi sebuah drama romance adaptasi.
SCORE : 3/5
0 Komentar