Melihat
nama Guntur Soeharjanto, Alim Sudio dan Asma Nadia memang bukan pertama
kali mereka bergabung dan bekerjasama dalam menggarap sebuah film,
mereka memang sering eksis tampil bertiga atau salah satu diantaranya
menghasilkan sebuah film bernuansa religi meski tak semuanya layak
disebut bagus terbukti di "99 Cahaya Di Langit Eropa",
"Assalamualaikum Beijing" hingga "Pesantren Impian" dan kali ini mereka
kembali dalam sebuah suguhan religi adaptasi dari Novel Bestseller
karya Asma Nadia dimana ia mengawinkan sebuah romansa dengan tambahan
bumbu melihat panorama sudut dunia (that's mean Korea).
Rania Samudra (Bunga Citra Lestari) adalah seorang penulis yang
mewujudkan impian sang Ayah untuk mengelilingi dunia laksana Ibnu
Bathuthah, seorang traveler muslim yang menjadi rujukan dunia. Berbagai
negara telah ia singgahi dan pada suatu ketika mengharuskan ia untuk
kembali ke Indonesia untuk menjenguk sang ayah yang kemudian
meninggalkannya tatkala ia disuruh sang ayah untuk menyambangi Baluran,
tempat dimana Ayah dan Ibu Rania bertemu dan menemukan cinta, disana
Rania bertemu dengan seorang pria berdarah Indo-Korea, Hyun Geun (Morgan
Oey).
Guntur Soeharjanto selaku Sutradara dengan sokongan
naskah dari Alim Sudio berdasarkan sebuah novel adaptasi dari Asma Nadia
yang berjudul sama memang tak menawarkan sebuah kisah yang luar biasa,
sejatinya ia berjalan secara sederhana layaknya sebuah film romansa
berlabel religi, disini kita mempunyai seorang karakter seorang traveler
muslim yang kemudian secara tak sengaja bertemu dengan seorang pria
Korea, sudah dapat ditebak memang benih cinta akan hadir diantara
keduanya, dan harus sangat diakui jalinan romansa antara mereka berlalu
begitu cepat, dan meninggalkan beberapa pertanyaan setelah mereka
menghabiskan waktu sehari bersama dan kemudian muncul sosok Ilhan
(Giring Ganesha) sosok yang memang dapat mengganggu hubungan mereka, dan
disini trik Guntur Soeharjanto untuk menggiring penonton bersimpati dan
mempertahankan pasangan.
Sejatinya dengan adanya sosok
Ilhan bukanlah seorang antagonis, melainkan seseorang yang baik
(terbukti tatkala ia mendirikan sekolah untuk ibu-ibu yang tak sekolah),
sebenarnya Guntur Soeharjanto lebih membawa penonton untuk bagaimana
dan siapa yang akan dipilih oleh Rania, proses menentukan dan melabuhkan
hati adalah poin utama film ini, apakah Ilhan yang memang memberi
semangat bagi keluarga Rania, atau Hyun Geun yang sejatinya memberi
sebuah ketenangan bagi Rania dan itulah pertanyaan yang kemudian akan
dikupas secara perlahan, meski sejatinya penonton hanya dibawa sejenak
untuk menikmati panorama dengan embel-embel "travelling ke luar negeri"
porsi romansa dan romantika karakter lebih besar daripada aspek
traveler.
Yang saya suka dari Guntur Soeharjanto adalah cara
ia menampilkan sebuah konflik, ia tak perlu membuat karakter dengan
bekal dialog yang verbal, tapi disini ia cukup memberikan sebuah konflik
secara halus tapi pasti, tak perlu dengan celotehan yang memakan
amarah, cukup dengan raut muka serta mimik wajah yang menggambarkan
perasaan karakter, konflik antara memilih labuhan hati yang tepat itu
semakin lebih rumit tatkala keluarga (baca : kakak-kakak Rania) turut
andil dalam masalah, sehingga membuat Rania dilanda kegamangan yang
memang berat, bukan tanpa lubang beberapa adegan memang terlihat sebagai
tempelan tatkala karakter Jeong Hwa (pacar Hyun Geun) tak digali lebih
dalam, karakter Alvin (Ringgo Agus Rahman) sebagai sahabat Hyun Geun tak
mampu memberikan sebuah icon comedy yang pas dan terkesan annoying, dan
untungnya performa ketiga karakter utama mampu bermain oke dalam
karakter mereka yang setidaknya dapat mengobati mata yang takjub akan
panorama scenary Korea dan hati yang kosong.
SCORE : 3/5
0 Komentar