Empat tahun yang lalu Bourne Legacy sempat menjadi film yang bisa dibilang keren sekaligus beda, karna sang sutradara mengganti Matt Damon dengan Jerremy Renner, lalu kali ini setelah rehat dari projek film ini, Damon kembali menancapkan sayapnya untuk kembali terlibat dari film ini, lantas apakah keterlibatan dan kembalinya sang tokoh ikonik setelah Ethan Hunt yang diperankan oleh Tom Cruise di Mission Impossible berjaya, apakah Damon dapat mengembalikan pamor film ini?
Jason Bourne (Matt Damon) kini kembali hadir sebagai underground boxer, ia dipaksa untuk kembali berurusan dengan masa lalunya yang ternyata masih menyisakam bisnis yang belum selesai. Sumbernya berasal dari rekan lamanya Nicolette "Nicky" Parsons (Julia Stiles) yang muncul kembali dihadapan Bourne dan membawa sebuah informasi penting baginya, selama ini Bourne menganggap bahwa kematian sang ayah merupakan tindakan keji yang dilakukan oleh kelompok teroris, namun sebuah dokumen rahasia pemerintah USA yang berhasil dicuri oleh Nicky menunjukan bahwa terdapat "permainan kotor" dibalik tewasnya ayah Bourne.
Celakanya, situasi tersebut justru membawa Bourne keluar dari sarangnya dan menjadi target CIA. Bourne yang sempat dianggap sebagai seorang patriot kini dinilai sebagai seorang pengkhianat yang berbahaya. Seorang Assasin bernama Asset (Vincent Cassel) bertugas dilapangan dan bergerak dibawah komando direktur CIA, Robert Dewey (Tommy Lee Jones) serta IT Manager bernama Heather Lee (Alicia Vikander) yang memandunya dari markas CIA. Misi utama mereka hanya satu, membunuh Jason Bourne, namun dengan dilengkapi peralatan canggih. Usaha untuk "melindungi" fakta terkait program ironhead itu tak mudah akibat Bourne yang masih memiliki kecepatan dan ketangkasan serta terdapat agenda yang berbeda di dalam misi tersebut.
Mengangkat sebuah premis yang sederhana seperti kebanyakan sekuel ataupun franchise lainnya, yakni menggunakan "masa lalu" yang masih menyisakan bekas yang kemudian dikorek-korek dan dicongkel sedalam mungkin supaya menghasilkan konflik yang begitu dahsyat. Paul Greengrass rupanya mulai kehabisan stok ide untuk membuat sebuah sajian action spy, terbukti setelah kita membaca sinopsis diatas tak ayal hanya sebuah misi yang kecil yang dipaksa menjadi besar supaya menampilkan aksi yang kuat, namun ternyata hasilnya tak ayal hanya sebuah petak umpet yang begitu simple.
Jason Bourne ibarat "sayur tanpa garam" terasa hambar karena memiliki sebuah aksi yang begitu bagus, terutama di segi teknologi namun tak disokong dengan script yang mumpuni, dan hanya seolah sebuah film yang hanya menjual aksi ketimbang script, memang jualan yang biasa dan dipaksa menjadi sebuah jualan mahal namun terasa murah untuk disebut mahal.
Greengrass rupanya hanya menitikberatkan pada karakter dan aksi yang ditampilkan, mengajak penonton untuk have fun dengan aksi mewah nan canggih serta mengesampingkancerita. Memang sebuah penyakit bagi sebuah film sekuel maupun franchise adalah ia tak mau maju dan melangkah kearah yang lebih bagus, namun memanfaatkan dan memunguti apa yang telah ia hasilkan tanpa melangkah ke zona yang lebih baik lagi.
Overall, Jason Bourne sebuah franchise yang kaya di action, namun miskin di script.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar