Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

JANGAN DENGERIN SENDIRI (2016)

Diangkat dari sebuah program Oz Radio berjudul sama, Jangan Dengerin Sendiri (JDS) memang mengusung sebuah premis yang bisa dikatakan menarik dan menjanjikan untuk diekploitasi bahkan diesksplorasi menjadi sebuah sajian urban legend horror. Senagaimana tajuk di programnya, konon jika mendengarkan siaran JDS sendirian teror dari hantu akan mendatanginya. Pertanyaan yang di dominasi oleh "bagaimana dan kenapa" itu punya potensi besar untuk menjabarkan serta menghadirkan cerita disamping kemunculan makhluk halus yang menjadi daya tarik film ini. So,bagaimana dengan hasilnya?

Crew Jangan Dengerin Sendiri (JDS) sedang memburu serta menyambangi spot angker guna untuk disiarkan, mulai dari TPU Jeruk Purut-Jakarta hingga Gua Belanda-Bandung. Sementara itu tiga remaja tengah melakukan ekspedisi ke Gunung Sadahurip, Garut,guna untuk melengkapi dan menyelesaikan tugas mata kuliah mereka. Sekembalinya dari gunung, mereka justru kerap diteror oleh hantu berwujud nenek-nenek, tak mau teror itu berlanjut, mereka kemudian meminta bantuan kepada Naomi (Naomi Angelia Sea) yang tsk lain adalah host sekaligus seorang indigo.

Seperti yang saya tulis pada sinopsis diatas, Jangan Dengerin Sendiri karya sutradara Dedy Syah memang dibagi menjadi dua babak, ya perjalanan crew JDS dan perjalanan ketiga remaja dan kemudian kedua babak itu akan menemukan titik permasalahan yang sama. Mempunyai konsep menarik terkait "how and why" Jangan Dengerin Sendiri (JDS) yang berada dibawah sokongan nasah dan cerita dari Muhammad Abiyoso dan Ridho Saiful Amin malah berbelok kearah yang berbeda, premis terkait "how and why" tadi alih-alih untuk dijelaskan dan diggali lebih dalam justru tak dimanfaatkan dan hanya berujung sekedar "hiasan" saja. Jangan harap kamu akan menemukan jawaban dari semua itu, seolah tak ingin dicap sebagai film horor biasa, ia juga kembali memasukan mitologi tentang Gunung Sadahurip yang berada di Garut (that's my place, when i was born and now) yang lagi-lagi urung dipaparkan secara tuntas. Benarkah disana terdapat piramida? Apa hubungannya dengan kalung milik Alya (Adinda Rizkyana)? Janganlah berharap untuk menemukan jawaban tersebut, memang nyatanya tak akan kamu temui dari film ini.
Sangat disayangkan memang, Jangan Dengerin Sendiri yang mempunyai potensi untuk menjadi sebuah sajian horror yang oke harus berujung pada hasil yang memang jauh dari kata bagus. Betbagai potensi dibiarkan begitu saja berbarengan dengan setumpuk pertanyaan yang urung untuk dijelaskan guna memperbaiki kualitas dan dibiarkan menumpuk begitu saja, Berbagai konflik dibuat hanya untuk membuka jalan untuk menampilkan berbagai macam penampakan demi penampakan hantu yang terasa menggelikan dengan kualitas yang sangat busuk dan mencengangkan. Lihat saja penampakan hantu pada poster yang hanya tampil numpang lewat, kenapa tak poster hantu nenek-nenek saja? Dari posternya saja, tampsk jelas memang sudah menyimpang kemudian cerita juga mengikuti jalan yang sama, akting pemain juga demikian, scoring yang sangat mengganggu dan yang paling mengganggu adalah tata make up hantu dengan memakai penggunaan CGI yang memang sangat trend belakangan ni di ranah film horor Indonesia yang berniat menampilkan keseraman malah berakhir kelucuan. Overall, Jangan Dengerin Sendiri adalah sebuah film yang mencoba tampil pintar, namun tanpa dukungan yang maksimal.


SCORE : 1/5

Posting Komentar

0 Komentar