Mengangkat
sebuah true story ke dalam sebuah layar memang jelas masih menjadi trik
yang sering di eksplorasi dan menjadi pilihan para filmmaker, tak tahu
apa tujuan tersebut, entah hanya ingin meraup pangsa pasar ataupun
hendak memberikan sebuah value yang dapat diambil dari kejadian
tersebut. Sutradara debutan, Eka Katili berada di bawah naungan bendera
K2K Productions yang telah insyaf pada
genre horor erotis dan esek-esek kembali memberikan sebuah karyanya yang
bertajuk Cipali KM 182 yang mengangkat kembali sebuah insiden yang
telah terjadi di tol Cipali (Cikopo-Palimanan) yang terkenal angker dan
disana terdapat batu besar yang diberi nama Batu Bleneng.
Pasca insiden yang meraut nyawa sang istri di daerah Batu Bleneng, Adit
(Iqbal Perdana) yang tak percaya dengan hal yang berbau mistis kemudian
mulai mencari tahu keberadaan dan kebenaran makhluk ghaib, mulai dari
bertanya pada masyarakat setempat hingga dukun, Mbah Mijan (Mbah Mijan)
dan Ustad (Asep), dibantu oleh Jojo (Ricky Cuaca) yang merekam setiap
kejadian, perlahan tapi pasti, Adit mulai dihantui oleh makhluk ghaib
yang kemudian mulai membahayakan nyawanya serta sang anak. Amara (Tasya
Carla) dan adiknya Tasya (Annisa Rahma).
Cipali KM 97,
Tumbal 97, Arwah Penasaran Duyung adalah beberapa dari gelintir film
yang membawa sebuah jalan dengan nomor angker sebagai materi, dan kini
hadir Cipali KM 182 yang mengikuti jejak tersebut, K2K Productions
selaku production house yang menaungi film ini terlebih dahulu telah
berpengalaman menggarap film horor dengan genre esek-esek yang menjual
tubuh serta paha dan dada para aktris dengan desahan dan pesona menggoda
(mau tak mau harus saya bahas) dan meninggalkan film tersebut dengan
judul yang aneh, sebut saja Dendam Pocong Mupeng, Pocong Mandi Goyang
Pinggul, Mr. Bean Kesurupan Depe, Pacar Hantu Perawan dan banyak lagi,
yang menjadi pencemar film horor Indonesia dan juga berakibat fatal pada
cap film Indonesia ditengah bagusnya kualitas film negeri yang baik.
Kali ini ia mengambil sub judul yang cukup oke, namun seperti yag saya
bilang tadi, K2K selalu salah dalam memilih jalur yang kemudian membuat
jalur film serta judul terkesan tak nyambung.
Bukan hanya
dalam judul saja, Eka Katili selaku sutradara dengan sokongan naskah
dari Ariestho alih-alih membawa tragedi tentang Cipali KM 182, ia hanya
bisa berkutak pada study character yang serasa dipaksakan, terlebih
dengan menggabungkan unsur dukun dan ustad yang kemudian ditutup dengan
aksi nekat kesurupan yang kemudian berakhir dengan aksi mengemis atensi
penonton, ditambah akting para cast yang sangat jauh dari kata mumpuni
dan terkesan masih mentah. Niat untuk membawa kengerian dan teknik
menakut-nakuti penonton berujung hambar tatkala ia mulai mengambil jalur
yang lebih beda lagi dan hal ini berakibat fatal pada sub judul dan
meninggalkan kesan seram ciri khas film horor. Tata make up kesurupan
memang alakadarnya, sangat murah dan meninggalkan kesan bahwa Cipali KM
92 mendapat fim dengan gelar SAMPAH.
SCORE : 0.5/5
0 Komentar