Kampung
Zombie garapan sutradara Billy Christian jelas patut di apresiasi
berkat keberaniannya mengangkat "zombie" yang notabene-nya bukan hantu
asli asal Indonesia. Namun di balik itu semua, tersimpan sebuah rasa
kurangnya eksplorasi mengenai isu "zombie" tersebut di balik film yang
mulanya berjudul Mati 1/2 Hidup ini. Di isi oleh para bintang muda yang
akan menghadapi teror zombie itu, yakni
debut perdana putera kedua musisi Ahmad Dhani, El Jalaludin Rumi dan
debut putera Jeremy Thomas, Axel Matthew Thomas (ya, yang terjerat kasus
narkoba itu). Kampung Zombie sebuah suguhan baru yang menggunakan pola
lama.
Ceritanya sendiri mengenai sekelompok anak muda yang tengah berkemah di sebuah hutan, mereka adalah Budi (El Jalaludin Rumi), Via (Kia Poetri), Rico (Axel Matthew Thomas), Julie (Luthya Sury) dan Joni (Ali Mensan), liburan itu berubah menjadi bencana tatkala munculnya seseorang aneh yang kemudian mereka sebut zombie setelah datang sekawanan orang lainnya yang berperilaku serupa, yakni mengejar mereka dan kemudian berusaha untuk menggigit mereka.
Ceritanya sendiri mengenai sekelompok anak muda yang tengah berkemah di sebuah hutan, mereka adalah Budi (El Jalaludin Rumi), Via (Kia Poetri), Rico (Axel Matthew Thomas), Julie (Luthya Sury) dan Joni (Ali Mensan), liburan itu berubah menjadi bencana tatkala munculnya seseorang aneh yang kemudian mereka sebut zombie setelah datang sekawanan orang lainnya yang berperilaku serupa, yakni mengejar mereka dan kemudian berusaha untuk menggigit mereka.
Opening-nya
memang cukup menjanjikan, dimana memberikan sebuah nuansa yang cukup
mencekam, terlebih dengan penampilan tata make up para zombie dari Reza
Parmez dan Pryanto yang merupakan SFX make-up artist untuk komunitas
IZOC (Indonesia Zombie Club). Itu yang membuat tampilan para zombie
terlihat menyeramkan dan semua itu patut untuk di apresiasi. Menuju
paruh kedua, "Kampung Zombie" begerak ke ranah "survival" mengenai
tokohnya, dan kemudian menit durasi bergulir yang kita liht hanyalah
sebuah pengulangan akan aksi survival mereka.
Zombie disini di gambarkan layaknya manusia, ada yang bertani, ada yang mengurus rumah bahkan ada yang haus akan nafsu birahi sekalipun. Memang terbilang menarik, namun Billy Christian sendiri tak menekankan sebuah experience yang menyenangkan di balik semua itu,kita hanya akan menyaksikan para zombie mengejar target mereka etimbang asal-usul terkait "Wedus Gombel" yang mana penyebab seisi kampung menjadi zombie, kurangnya paparan serta penjelasan terkait kronologis para zombie serta wedus gombel itu sendiri urung terlaksana secara eksplisit.
Zombie disini di gambarkan layaknya manusia, ada yang bertani, ada yang mengurus rumah bahkan ada yang haus akan nafsu birahi sekalipun. Memang terbilang menarik, namun Billy Christian sendiri tak menekankan sebuah experience yang menyenangkan di balik semua itu,kita hanya akan menyaksikan para zombie mengejar target mereka etimbang asal-usul terkait "Wedus Gombel" yang mana penyebab seisi kampung menjadi zombie, kurangnya paparan serta penjelasan terkait kronologis para zombie serta wedus gombel itu sendiri urung terlaksana secara eksplisit.
Alhasil apa yang
akan kamu saksikan hanyalah perasaan hampa, belum lagi munculnya
beberapa adegan yang bisa dibilang klise menghiasi film ini, beberapa
keahlian serta senjata yang mendadak pun tampil secara instan dan
tersedia. Kurangnya paparan hal terkait logika pun menjadi masalah film
ini, seperti yang telah saya snggung di atas. Belum lagi performa para
cast yang urung untuk mendukung. Sejauh ini yang cukup mencuri perhatian
adalah Luthya Sury lewat perannya sebagai "Archer Girl" serta Ali
Mensan sebagai comic relief di tengah ketegangan situasi. El Jalaludin
Rumi lacks of charisma in this movie as role actor.
Meskipun demkian, saya selalu menantikan Billy Christian dan bahkan percaya bahwa ia dapat membuat suguhan film yang berada pada level atas di atas karya sebelumnya, dia adalah sutradara film horor yang selalu membawa nuansa fresh lewat ceritanya, meski sayang itu semua urung berimbang dengan pencapaian yang di hasilkan. Kampung Zombie sekalipun terasa kurang berhak di apresiasi berkat tata make up yang bisa di bilang sangat jempolan, juga setting hutan yang mendukung pergerakan gambar.
SCORE : 2.5/5
Meskipun demkian, saya selalu menantikan Billy Christian dan bahkan percaya bahwa ia dapat membuat suguhan film yang berada pada level atas di atas karya sebelumnya, dia adalah sutradara film horor yang selalu membawa nuansa fresh lewat ceritanya, meski sayang itu semua urung berimbang dengan pencapaian yang di hasilkan. Kampung Zombie sekalipun terasa kurang berhak di apresiasi berkat tata make up yang bisa di bilang sangat jempolan, juga setting hutan yang mendukung pergerakan gambar.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar