Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

JACKIE (2016)

Sejarah memang tak lekang oleh waktu, ia mempunyai berbagai hal yang indah namun tak sedikit pula yang menyakitkan, menilik beberapa tahun silam, tepatnya pada warsa 1963, kita dikejutkan oleh sebuah berita yang datang dari negara superpower yakni Amerika Serikat yang menjadi perhatian dunia. Berita kematian Presiden Amerika yang menjabat sejak Januari 1961, John Fitzgerald Kennedy, yang tewas di bunuh dengan cara ditembak ketika sedang menjalani iring-iringan presiden di negara bagian Texas. Tidak hanya policy saja yang ia tinggalkan saat itu, namun juga "legacy", salah satunya tentu diterima oleh sang istri, Jacqueline Lee Kennedy Onassis atau "Jackie" sang ibu negara.

Pasca insiden pembunuhan terhadap suaminya yang juga Presiden Amerika kala itu, John F. Kennedy (Caspar Philipson), pada tanggal 22 November 1963 di Dallas, Texas, Jacqueline Kennedy atau kerap di panggil Jackie (Natalie Portman) tidak hanya harus berhadapan dengan situasi duka yang menyakitkan dalam lingkup personal dirinya, namun ia juga harus menghadapi berbagai hal yang "ditinggalkan" oleh mendiang suaminya itu. Jackie berusaha untuk membawa 'memori' yang ditinggalkan oleh mendiang suaminya ke dalam jalur yang tepat.

Terasa simple? Bukan, bukan karena film ini tidak punya banyak hal yang menarik untuk di tampilkan, tapi karena pada dasarnya seperti itulah garis besar dari apa yang Pablo Larrain coba lakukan di film ini. Kisah pembunuhan terhadap mendiang John F. Kennedy dapat dikatakan sebuah "well-known history" sehingga pertanyaan terbesar yang akan muncul adalah apa yang ingin film ini lakukan terhadap insiden tersebut? Bersama dengan sang screenwriter Noah Oppenheim di film pertama berbahasa Inggris-nya ini, Pablo Larrain mencoba menampilkan dampak dari peristiwa tersebut terhadap sang ibu negara, yakni Jackie. Fokusnya memang bukan dari insidennya tetapi berpusat pada seorang wanita lengkap dengan perjuangannya melewati 'cobaan' tersebut. Yang menariknya adalah personal struggle yang Jackie tunjukkan justru berhasil menambah rasa pedih dari insiden pembunuhan sang bapak negara, John F. Kennedy.
Dari acara pemakaman sang mendiang suami hingga respon yang ditampilkannya, Jackie membawa sebuah luka yang sangat besar yang menyelimuti sekujur tubuhnya dan menjadi sebuah 'mimpi terburuk' yang pernah ia alami, yakni kehilangan sang suami tercinta. Tidak hanya paranoia dan rasa sedih dan duka yang mendalam saja yang mendominasi pikiran Jackie tetapi juga berbagai hal lain terkait politik, konspirasi, dan tentu saja para pelaku. Yang dtampilkan Larrain di film ini adalah membawa kamu fokus pada kehidupan Jackie, terutama momen bagaimana ia bertarung melawan rasa sedih dan juga rasa bingung, dari mulai ketika ia memakai pink suit yang dinodai oleh darah itu hingga sebuah hal simple tapi impactful ketika memberikan pertanyaan ada seorang supir. Eksekusinya memang terasa tersirat didalam cerita namun Larrain dan Oppenheim terus membangun grief yang ia punya menjadi semakin dan semakin tinggi.

Hasilnya? hal itu terus terasa makin meningkat karena tak hanya hadir dari sebuah ledakanyang eksplisit, melainkan lewat ekspresi yang tenang namun penuh gejolak emosi yang menunjukan bahwa Jackie memang seperti ingin pergi bersama sang suami.Larain memang tak mengupas sebuah insiden itu, melainkan 'memoles' luka atas kejadian itu yang akan memunculkan sebuah pertanyaan 'Bagaimana nasib Jackie, setelah kehilangan sang suami?' pertanyaan itu yang ia coba lempar ke penonton yang disini dapat menghasilkan berbagai lapisan yang saling membantu untuk membuat Jackie layaknya bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Uniknya, Jackie tak nampak sebagai sebuah biografi maupun seorang eks First Lady, unsur dramatic ang sangat kental yang membuat film ini kian bersinar, Larrain mengupas habis bagaimana kondisi dari dalam diri seorang Jackie.
Itu yang menjadikan Jackie sebagai sebuah psychological drama yang sangat menawan, sebuah penggambaran pada buntut atau akibat dari pembunuhan JFK dari sudut padang Jackie yang menghasilkan tiga momen, pertama interview, kedua White House, dan momen ketiga adalah moment diantara sang mendiang Suami dan pemakamannya. Tiga momen tadi seperti sebuah lapisan yang saling menambal satu sama lain untuk membuat situasi yang telah kompleks menjadi semakin kompleks atau rumit. Penderitaan yang dialami Jackie tak terasa intens saja namun unnerving, kesan yan ditampilkan begitu kental dan ditemani scoring yang simple namun terasa masuk ke dalam hati, hal itu terasa menarik dan menghasilkan sebuah epic yang amazing.

Natalie Portman adalah kekuatan utama film ini. Larrain membuat ia seolah benar mengalami hal tersebut, her face, her sound berhasil ditampilkan oleh Portman dengan begitu menawan dalam menggambarkan situasi tersebut, ia seolah benar-benar larut dalam duka dan kesedihan mendalam, saya suka Portman disini ia tampil sederhana namun berhasil menciptakan sebuah gebrakan betapa ironisnya kehidupan Jackie kala itu, sebuah pencapain yang luar biasa and Congrulations for you Portman. Overall, Jackie sebuah drama yang sangat luar biasa dari tangan dingin Pablo Larrain, ia berhasil menciptakan sebuah feel sekaligus mengulang sejarah terhadap insiden pada tahun 1963 itu menjadi sebuah sajian yang luar biasa dan tentunya sangat menawan dan solid berkat script, eksekusi and actually Mrs. Portman. So, are you like to believe in fairy tales?



SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar