Mungkin
trik yang sulit untuk dibilang baru, metode sebuah penyembuhan dari
gangguan setan dan pengaruh possesion kerap kali kita lihat di film
bergenre horor, sebut saja Insidious dan The Conjuring yang memakai trik
yang sama, dan kali ini hadir sebuah film horor pshychologis bertajuk
Incarnate, when The Conjuring meet Inception in one screen.
Dr. Seth Ember (Aaron Eckhart)
adalah seorang ilmuwan yang memiliki kemampuan spesial, yakni bermain
dengan pikiran (baca : Inception) untuk memasuki alam mimpi seseorang
yang kerasukan entitas jahat. Dengan menggunakan bantuan teknologi yang
mutakhir, dia menyelamatkan banyak orang dengan kemampuannya, dan kini
ia harus mengusir roh jahat yang masuk ke dalam tubuh seorang anak kecil
bernama Cameron Sparrow (David Mazouz) sekaligus menghadapi masa
lalunya.
First of all, karakter Dr. Seth Ember memang terasa
menarik sejak pertama kali ia muncul, pasalnya selain memiliki sifat
heroism ia juga ternyata mempunyai kemampuan memasuki alam bawah sadar
manusia, dan itu yang digunakannya untuk menolong pasiennya. Memang
mungkin di segi cerita film ini terkesan biasa, namun jangan salah film
ini mempunyai ciri khas tersendiri yang membawa rasa menarik sejak awal
tadi, yakni sebuah proses healing dari arwah jahat yang terkesan
menarik, karena menggunakan teknik pemasukan alam bawah sadar, ya
mungkin terasa biasa, tapi eksekusi yang dihasilkan film ini entah
kenapa terasa beda, nuansanya bisa dibilang masih fresh dalam sebuah
kemasan heroism sekaligus sedikit character study mengenai kisah sang
tokoh yang berhasil dilakukan dengan baik oleh Brad Peyton.
Peyton sangat lihai mengolah sebuah materi yang umum digunakan film
horor, ia behasil menyuntikkan sebuah pesan yang manis sekaligus
pemecahan masalah serta sikap heroism tadi dalam sebuah kemasan horor.
Tak ayal kenapa film ini terlihat sangat menarik dan dikatakan saling
mrmpunyai koneksi antar karakter tanpa harus melewati rasa ragu
sekalipun. Peyton sendiri memang konsisten di aal, ia mungkin tidak
terlalu challenging membuat film ini, namun kesederhanaan tadi seolah
menjadi tombak utama film ini yang akan merembet dan saling berhubungan
satu sama lain dengan hukum kaukalitas yang dialami karakter, dan itu
yang menjadi point tersendiri bagi film ini.
Tidak telalu
neko-neko dan tidak bermain dengan aman, Peyton menempatkan film ini di
pertengahan dengan ritmik yang telah ia bangun secara konsisten dari
awal. Script, cinematography serta scoring bahkan jump scare film ini
sangat pas meskipun tak terlalu mencoba sebuah progres yang bisa di
bilang tinggi dan itu yang membuat film ini kian bersinar, stand out
dengan komposisi yang ia miliki dan bermain sesuai ritmik yang telah ia
jalankan. Segmented.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar