Sudah
sering saya katakan bahwa modal "niat" saja tak cukup apabila eksekusi
yang dihasilkannya tak berjalan mulus sesuai niatnya, niat memang patut
untuk diapresiasi tapi bukan berarti sebuah film yang memiliki niat yang
bagus tak serta merta terangkat derajatnya, seperti yang terjadi pada
film karya Rano Dimas ini, ia memang
tampil memiliki niat yang bagus, membuat film horor tanpa embel-embel
adegan seks maupun komedi murahan, ia lebih menekankan pada kesan
psikologis terkait karakternya, andai saja semuanya mampu berjalan mulus
maka film ini akan menjadi The Babadook ataupun Under The Shadows-nya
Indonesia, namu sayang semua itu hanya berada pada angan-angan saja.
Opening credit-nya memang tampil cukup menjanjikan. Kentara sekali
pengalaman Rano Dimas menjadi penata gambar dan astrada di "Stay With
Me" membuatnya mampu menerapkan visual elegan khas Rudi Soedjarwo yang
turut juga memproduseri film ini. Kisahnya bermula tatkala Denis
(Christian Loho) yang berkunjung ke rumah seorang paranormal bernama
Suryo (Betet Kunamsinam) guna meminta pertolongan atas teror misterius
yang telah beberapa hari ia hampiri. Denis mengaku bahwa ia mendapat
gangguan dari sesosok makhluk hitam pekat bercakar panjang (lebih mirip
akar) yang kemudian diidentifikasi oleh Suryo sebagai Iblis. Ditengarai
Iblis tersebut muncul sebagai manifestasi kegelapan hati Denis,
khususnya setelah ia membongkar perselingkuhan sang istri (Stevie
Dominique).
Usaha naskah garapan Almar AS jelas memberikan
sentuhan psychologial disorder terhadap karakter Denis, namun sepanjang
durasi 82 menit sentuhan itu gagal terlaksana, minimnya karakterisasi
terhadap karakter Denis menjadi penyebab utama film ini. Berkaca pada
film The Babadook jika kita hilangkan unsur "hantu" maka film ini akan
menjadi suguhan thriller psikologis terkait hilangnya kewarasan
karakter. Namun jika diterapkan pada "Iblis" sendiri maka jadilah sebuah
sajian kosong. Kekokohan naskah memang tak perlu diperhatikan bagi film
horor, namun jika diterapkan unsur psychological disorder terkait
karakter maka itu menjadi sebuah hal yang perlu untuk diperhatikan. Dan
disini semuanya pun urung terjadi maksimal, kurangnya karakterisasi
terhadap karakter serta sosok "Iblis'' itu sendiri menjadi penyebab
utama film ini.
Soal naskah, jangankan kualitas, kuantitas yang
dilakukan Rano Dimas pun amat minim terjadi, ia justru mengandalkan
sajian jump scare yang teramat sering, alhasil penampakan hantu pun
terbilang repetitif dan menjemukan, misalnya tatkala seorang tokoh
tengah melakukan hal yang random, cue music menghentak hadir, muncul
tangan berbentuk akar secara perlahan kemudian kita mendapati sang tokoh
ketakutan dan menjerit, begitupun momen selanjutnya terulang kembali,
jumlah penampakan hantu tanpa henti menghasilkan dampak yang tak
signifikan, repetitif serta tak kreatif.
Disamping kekurangan
mayor, terdapat pula serpihan-serpihan yang mengusik pikiran saya.
Pertama, mengapa rumah Denis terlihat sangat kosong tanpa adanya
perabotan, apakah uangnya terkuras habis tatkala membeli rumah itu?
Kedua, mengapa Denis beserta sang istri tak mengambil wacana untuk
merasa tak betah di rumah itu, dan pindah ke rumah lain. Ketiga, film
ini membedakan hantu dengan iblis, lalu apa bedanya selain pure evil dan
arwah gentayangan? Keempat kenapa Denis dan istrinya seolah berada di
dunia terpisah? Saya paham akan retaknya hubungan mereka, tetapi tak
perlu ditampilkan bak seolah ada gap diantara mereka, ibaratkan sebuah
akting, seseorang tak perlu teriak-teriak untuk tampil marah, cukup
dengan ekspresi saja semuanya telah tergambar. Begitupun yang terjadi
pada ''Iblis" banyak hal janggal serta potensi terbuang percuma serta
minim keseraman.
SCORE : 1.5/5
0 Komentar