Diatas kertas 'Headshot' selaku karya ketiga Mo Brothers memang
tampil tipis, bahkan lebih tipis dari 'Rumah Dara' sekalipun. Maka wajar
bila timbul sebuah persepsi terkait premis yang berbuah FTV berjudul
"Aku Padamu Dokter Cantik" maupun "Amnesia Pembawa Cinta", ya sebuah
premis terkait seorang pria yang terbangun di rumah sakit dan mendapati
dirinya dirawat oleh seorang dokter
cantik selepas koma selama dua bulan yang membuat mereka saling jatuh
cinta, lengkap dengan dialog cheesy khas FTV. Untuk membuat suasana
makin penuh hambatan akan cinta mereka, tambahkan aksi penculikan,
parade tulang patah, desingan peluru, kekerasan hingga jeritan atas rasa
sakit maka jadilah "HEADSHOT".
Setelah ditemukan koma di
bibir pantai, seorang pria tanpa nama (Iko Uwais) mendapati dirinya
dirawat di rumah sakit dalam penjagaan dokter muda nan cantik bernama
Ailin (Chelsea Islan). Ailin memanggil pria itu Ishmael. Pasca bangun
dari koma, Ishmael tidak bisa mengingat namanya, pula penyebab luka
tembak di kepalanya. Tanpa Ishmael ketahui, ia memiliki kaitan dengan
Lee (Sunny Pang), bos gembong mafia paling ditakuti. Menyadari Ishmael
masih hidup, Lee dan anak buahnya yang terdiri dari Tano (Zack Lee) dan
Rika (Julie Estelle) mulai melakukan perburuan, yang turut serta
menyeret Ailin dalam sektor konflik. Demi menyelamatkan wanita pujaan
hati sekaligus mencari jati diri terkait masa lalunya, Ishmael harus
bertarung sendirian melawan para pembunuh yang dikirim oleh Lee.
Seperti yang saya singgung ditas, naskah garapan Timo Tjahjanto
memang tampil tipis. Pasca sebuah parade romantika antara Ishmael dan
Ailin di paruh awal, "Headshot' mulai bergerak maju dari action sequence
ke action sequence selanjutnya memulai satu per satu parade pertarungan
sengit yang mengilukan, yang turut dihiasi dengan aksi pertumpahan
darah dari desingan peluru bahkan aksi badass yang menawan dari sang
koreografi Iko Uwais sendiri yang memang bak melihat salinan dari "The
Raid'' versi berikutnya dengan tambahan sebuah romantika antar karakter
yang didasari atas sebuah aksi penyelamatan atas dasar cinta. Momen
flashback turut menghiasi karakter, memberi sebuah jembatan terkait
karakter yang walaupun urung memberikan sebuah kaaterisasi terkait
masing-masing karakternya sendiri.
Selain tipis, naskahnya
juga turut bermasalah dalam penulisan dialog yang memang terkesan chessy
khas sinetron maupun FTV, khususnya terkait percintaan antara
Ishmael-Ailin. Iko Uwais masih kesulitan bermain dalam lingkup drama,
suntikan emosi yang ia berikan kepada Chelsea Islan sendiri terasa
kurang, begitupun dengan Chelsea Islan yang terbiasa melakoni emosi yang
meledak-leda harus terasa awkward tatkala disandingkan dengan Iko,
alhasil chemistry percintaan mereka pun terasa kurang, tapi baik Iko
Uwais maupun Chelsea Islan memang tampil oke dalam sebuah aksi
pertatrungan, Chelsea meskipun mendapat porsi sedikit untuk melakukan
baku tembak, tapi rasa visualisasi yang terpampang pada wajahnya mampu
menyiratkan sebuah rasa dalam artian kondisi tersebut. Sangat disayangan
Julie Estelle tampil hanya sebatas eye candy, padahal untuk ukuran
hammer girl ia mampu melakoninya dengan baik, sementara itu Sunny Pang
tampil sebagai lawan yang sepadan bagi Iko Sendiri, mampu memberikan
sebuah kesan badass dan kengerian yang tampil jelas dalam sorot matanya.
Memang naskah yang tampil tipis dengan dialog yang chessy dapat
membuat film terasa kurang, tapi disini kita tengah membicarakan Mo
Brothers, duo sinting yang memang ahli dalam menyulap materi itu terasa
sangat oke diikuti, terlebih lewat kesan "menjaga" penonton supaya turut
menjadi saksi dimulainya sebuah aksi badass dengan sebuah parade
menyakitkan, seperti tulang yang keluar maupun remuk, desingan peluru
yang memang menyakitkan hingga aksi pertarungan dengan pisau yang
mengilukan semua itu tampil sekaligus menjadi titik tertinggi film ini,
begitupun dengan gerakan kamera dari Yunus Pasolang yang turut mengambil
angle yang pas mengikuti gerak aksi. Tatkala semuanya mulai berakhir
"Headshot" justru ditutup dengan antiklimaks antara percintaa dua
karakter, meski memiliki beberapa kekurangan yang gamblang, at least
Headshot adalah sebuah soap opera with the action sequence yang menawa
yang mampu menghibur penonton sekaligus membuatnya meringis merasakan
kesakitan lewat scoring yang menghentak.
0 Komentar