Setelah "Koala Kumal" Raditya mungkin mencoba tampil dewasa, ia
beranjak pada sebuah komedi patah hati lewat garis pandabg orang dewasa,
dan itu pun tampil mengambil sebuah resiko yang memang bertujuan demi
menghindari sebuah stagnansi. Lewat "Hangout" Dika kemudian
mencoba kreatifitasnya tampil jauh, bukan hanya berkutat pada sebuah
sajian drama komedi berbaur cinta dan patah hati saja, di sini ia tampil
berani dengan mengawinkan sebuah komedi dengan thriller, cukup menarik
bukan? So, bagaimanakah eksekusi yang dihasilkan oleh seorang Raditya
Dika yang turut merangkap sebagai pemain, penulis dan sutradara ini?
Sembilan selebritis tanah air yang terdiri dari Raditya dika, Soleh
Solihun, Mathias Muchus, Surya Saputra, Gading Marten, Bayu Skak, Dinda
Kanya Dewi, Titi Kamal dan Prilly Latuconsina mendapatkan sebuah
undangan misterius ke sebuah pulau kosong tak berpenghuni, alasan mereka
sama yakni mendapati sebuah gaji yang fantastis. tanpa diduga
pengalaman "Hangout" mereka berujung sebuah kematian mereka satu per
satu.
Seperti yang kamu ketahui diatas, jajaran cast film ini
memerankan diri sendiri, atau mungkin lebih tepatnya versi alternatif.
Karena kita mungkin tak tahu apakah Titi Kamal memang seorang penggila
kegiatan survival, Surya Saputra yang begitu memperhatikan penampilan,
atau Dinda Kanya Dewi adalah sosok yang jorok, walau jelas Raditya Dika
tidak terlilit hutang dan tinggal di kontrakan. Kekuatan ''Hangout"
sendiri memang menyeruak melalui gelaran referensi pop culture (AADC?,
GGS, Dahsyat-Inbox) yang memang melekat pada masing-masing karakter
mereka di dunia nyata, atau ketika Dika bermain-main dengan ciri jenaka
tiap karakter yang kadang terasa sebagai sebuah sindiran kepada public
figure (Obsesi Surya Saputra pada penampilan, image Dinda Kanya Dewi
yang berbeda di belakang kamera, Bayu Skak yang tak pernah lepas dari
kameranya) memang bukanlah sebuah satir yang cerdas tapi mampu
menggelitik dan memberi sebuah sinar terhadap karakternya meskipun
tampil sekejap, dan ironisnya sendiri yang tidak menarik disini adalah
Dika sendiri. Ia tetaplah Dika dengan sosok deadpan nya yang tempat
olok-olok masing-masing karakter disini.
Kultur populer memang
salah satu kelebihan Dika disini, namun tatkala ia bermain dengan sebuah
dick jokes maupun toilet jokes dan segala lelucon jorok lainnya tak ada
satupun yang bisa dibilang berhasil. Semakin jauh Dika mencoba tampil
dengan semua lelucon itu, semakin dalam juga ia terperosok dan hilang
akan daya bunuh yang "Hangout'' miliki sendiri, memang tak semuanya
gagal, komedi mengenai isu seputar kematian cukup tampil berhasil,
misalnya tatkala aksi yang melibatkan sebuah perangkap tombak, sebuah
kegilaan yang cukup ampuh dan jenaka. Alhasil, eksperimen yang ia
hasilkan antara komedi dan thriller tampil setara baik itu kegagalan
maupun keberhasilan. Tatkala ketegangan yang memang nihil tercipta, Dika
mampu mengemasnya dengan sebuah sajian yang "kejam". Kejutan soal
identitas sang pembunuh memang prdictable sedari awal karakter tampil,
tapi itu bukan kelemahan satu-satunya, melainkan sebuah ketidakjelasan
intensi. Apakah sindiran bagi minimnya komunikasi dan pertemanan? Atau
sekedar presentasi komikal mengenai kekonyolan motivasi? Pilihan itu pun
sama saja, sebab keduanya sama-sama tak memberikan sebuah dampak yang
signifikan.
Terkadang, "Hangout" akan membuat kamu
bersenang-senang lewat gelaran aksi komikal pop culture-nya, namun di
sisi lain terdapat sebuah wajah masam tatkala menyadari bahwa film ini
sama imbangnya dengan beberapa kegagalan. Namun kinerja seorang Raditya
Dika memang patut di apresiasi, barangkali di projek selanjutnya ia
mampu menebus ini semua, dan menghasilkan sebuah karya terbaiknya. He's
capable of doing that.
0 Komentar