Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

HANGOUT (2016)


Setelah "Koala Kumal" Raditya mungkin mencoba tampil dewasa, ia beranjak pada sebuah komedi patah hati lewat garis pandabg orang dewasa, dan itu pun tampil mengambil sebuah resiko yang memang bertujuan demi menghindari sebuah stagnansi. Lewat "Hangout" Dika kemudian mencoba kreatifitasnya tampil jauh, bukan hanya berkutat pada sebuah sajian drama komedi berbaur cinta dan patah hati saja, di sini ia tampil berani dengan mengawinkan sebuah komedi dengan thriller, cukup menarik bukan? So, bagaimanakah eksekusi yang dihasilkan oleh seorang Raditya Dika yang turut merangkap sebagai pemain, penulis dan sutradara ini?

Sembilan selebritis tanah air yang terdiri dari Raditya dika, Soleh Solihun, Mathias Muchus, Surya Saputra, Gading Marten, Bayu Skak, Dinda Kanya Dewi, Titi Kamal dan Prilly Latuconsina mendapatkan sebuah undangan misterius ke sebuah pulau kosong tak berpenghuni, alasan mereka sama yakni mendapati sebuah gaji yang fantastis. tanpa diduga pengalaman "Hangout" mereka berujung sebuah kematian mereka satu per satu.

Seperti yang kamu ketahui diatas, jajaran cast film ini memerankan diri sendiri, atau mungkin lebih tepatnya versi alternatif. Karena kita mungkin tak tahu apakah Titi Kamal memang seorang penggila kegiatan survival, Surya Saputra yang begitu memperhatikan penampilan, atau Dinda Kanya Dewi adalah sosok yang jorok, walau jelas Raditya Dika tidak terlilit hutang dan tinggal di kontrakan. Kekuatan ''Hangout" sendiri memang menyeruak melalui gelaran referensi pop culture (AADC?, GGS, Dahsyat-Inbox) yang memang melekat pada masing-masing karakter mereka di dunia nyata, atau ketika Dika bermain-main dengan ciri jenaka tiap karakter yang kadang terasa sebagai sebuah sindiran kepada public figure (Obsesi Surya Saputra pada penampilan, image Dinda Kanya Dewi yang berbeda di belakang kamera, Bayu Skak yang tak pernah lepas dari kameranya) memang bukanlah sebuah satir yang cerdas tapi mampu menggelitik dan memberi sebuah sinar terhadap karakternya meskipun tampil sekejap, dan ironisnya sendiri yang tidak menarik disini adalah Dika sendiri. Ia tetaplah Dika dengan sosok deadpan nya yang tempat olok-olok masing-masing karakter disini.
Kultur populer memang salah satu kelebihan Dika disini, namun tatkala ia bermain dengan sebuah dick jokes maupun toilet jokes dan segala lelucon jorok lainnya tak ada satupun yang bisa dibilang berhasil. Semakin jauh Dika mencoba tampil dengan semua lelucon itu, semakin dalam juga ia terperosok dan hilang akan daya bunuh yang "Hangout'' miliki sendiri, memang tak semuanya gagal, komedi mengenai isu seputar kematian cukup tampil berhasil, misalnya tatkala aksi yang melibatkan sebuah perangkap tombak, sebuah kegilaan yang cukup ampuh dan jenaka. Alhasil, eksperimen yang ia hasilkan antara komedi dan thriller tampil setara baik itu kegagalan maupun keberhasilan. Tatkala ketegangan yang memang nihil tercipta, Dika mampu mengemasnya dengan sebuah sajian yang "kejam". Kejutan soal identitas sang pembunuh memang prdictable sedari awal karakter tampil, tapi itu bukan kelemahan satu-satunya, melainkan sebuah ketidakjelasan intensi. Apakah sindiran bagi minimnya komunikasi dan pertemanan? Atau sekedar presentasi komikal mengenai kekonyolan motivasi? Pilihan itu pun sama saja, sebab keduanya sama-sama tak memberikan sebuah dampak yang signifikan.

Terkadang, "Hangout" akan membuat kamu bersenang-senang lewat gelaran aksi komikal pop culture-nya, namun di sisi lain terdapat sebuah wajah masam tatkala menyadari bahwa film ini sama imbangnya dengan beberapa kegagalan. Namun kinerja seorang Raditya Dika memang patut di apresiasi, barangkali di projek selanjutnya ia mampu menebus ini semua, dan menghasilkan sebuah karya terbaiknya. He's capable of doing that.


SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar