Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GREEN ROOM (2016)

Setelah tampil dengan menggarap Blue Ruin yang penuh dengan pujian, yang mempunyai konsep minimalis bermodalkan aksi balas dendam, namun terasa kokoh. Hendak mengulang kesuksesan di film sebelumnya, sang sutradara, Jeremy Saulner kembali menghadirkan sebuah konsep minimalis nan kokoh dan tentunya liar dalam menghadirkan sebuah pertempuran Punk Vs Nazi berisikan interogasi terhadap subjek ditemani dengan kekerasan ciri khas semangat film eksploitasi klasik, mencengkram penonton dari awal hingga akhir. Green Room adalah sebuah sajian thriller horor yang bukan hanya biasa.

Band Rock Punk 'The Aint's Rights' yang beranggotakan seorang bassist Pat (Anton Yelchin), gitaris Sam (Alia Shawkat), drummer Reece (Joe Cole), dan sang vokalis Tiger (Callum Turner) suatu ketika mendapatkan jadwal manggung dadakan di sebuah lokasi terpencil di Portland. The Aint's Rights memilih lagu Nazi Punks Fuck Off sebagai salah satu lagu yang mereka tampilkan, namun celakanya tempat tersebut merupakan bar neo-Nazi. Mencoba kabur dari amarah para anggota band menyaksikan pembunuhan brutal di ruang hijau, terperangkap bersama wanita bernama Amber (Imogen Poots) dan berusaha mencari jalan keluar dari tempat yang telah dikelilingi milisi senjata di bawah pimpinan Darcy Banker (Patrick Stewart).

Dengan menggunakan dasar yang begitu kental dari film-film eksploitasi, Jeremy Saulner melakukan apa yang ia lakukan di Blue Ruin memasang plot minimalis namun kokoh dan memiliki rasa realisme yang begitu memikat sehingga rasa mengerikan yang ia ingin tampilkan di cerita terasa memikat dan tersampaikan dengan baik. Dengan karakter yang terjebak lalu mencoba mencari jalan keluar, Green Room menyajikan sebuah lingkaran setan dengan thrill yang menyenangkan untuk diikuti, menyaksikan karakter putus asa dan berjuang mempertahankan hidup mereka dan ditemani dengan rasa gelap yang mengganggu untuk memperdalam situasi mendesak dari cerita.
Hal terbaik yang dilakukan oleh Green Room adalah cara Saulner mempererat karakter dengan momentum cerita yang oke, Saulner juga dapat memanfaatkan apa yang Green Room punya dari eksploitasi thriller yang bergerak cepat terlebih film ini menggunakan ruang sempit sebagai aksi pertarungan yang cenderung menghasilkan sebuah aksi yang monoton, namun Saulner kenyataannya memang mampu mencengkram karakter seta penonton dalam keadaan ngeri. Selain itu juga, Saulner berhasil memanfaatkan karakter tadi dengan cermat. Di awal kita dibawa untuk merasa dekat dengan karakter, kita memahami pada situasi yang mereka hadapi, dan dampaknya situasi berbahaya yang sedang terjadi akan membuat kamu merasa waspada. Saulner juga pintar mencampur antara hitam dan putih, kita tahu bahwa karakter memang melakukan kesalahan lewat hukum kaukalitas tadi, tapi rasa frustasi yang bertumpu pada proses negoisasi itu merangkul penonton untuk menginginkan para anggota band dan wanita asing itu untuk dapat selamat.

Itu satu hal menarik lainnya, Saulner seperti mempermainkan sebuah isu kepada penonton sembari bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya, dengan sebuah elemen dan komposisi yang ke tadi Saulner tetap mampu meniptakan kesan "berbahaya' terlebih pada sang villain serta para anggota band yang was-was dan berharap untuk selamat. Dengan demikian, Jeremy Saulner bukanlah seorang sutradara yang mampu memberikan sebuah loncatan yang besar dari filmnya, tapi membuktikan bahwa ia adalah sutradara yang mampu mengolah cerita eksploitasi nan minimalis menjadi sajian yang kokoh dan tentunya menawan.


SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar