Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GERNIKA (2016)

Memang bukan sebuah premis yang bisa dibilang baru, premis ini sudah lazim digunakan oleh filmmaker lainnya, mengangkat sebuah kisah romansa dibalik kejamnya perang saudara serta tatanan masyarakat yang begitu ekstrem, pernah digunakan juga oleh Pearl Harbour, Fury serta Unbroken. Lalu apakah Gernika dapat kembali membuat sebuah perubahan dalam skala besar? Gernika a romantic war with the taste mixed of Pear Harbour and Unbroken.

Bersetting di Spanyol, tahun 1937 saat perang saudara, tepatnya di sebuah desa bernama Gernika, Henry (James D'Arcy) seorang Jurnalis yang datang ke Spanyol untuk meliput berita tentang perang saudara, mobil yang dikendarai Henry terkena serangan bom, hingga ia harus berurusan dengan kantor pers internasional, dan bertemu dengan Teresa (Maria Valverde) seorang anggota kantor pers, meski awalnya terasa canggung Henry dan Teresa perlahan-lahan mulai menjalin hubungan, namun kebahagiaan mereka harus terenggut dikala tatanan sosial yang begitu kejam dan Spanyol, tepatnya di Gernika sedang dilanda perang saudara kembali.

Memang setelah membaca sinopsis diatas sudah terlihat bahwa film yang digarap oleh Koldo Serra dengan sokongan naskah dari Carlos Clavijo Cobics dan Barney Cohen serta bantuan story dari Jose Alba mempunyai cerita yang dangkal, serta umum digunakan. Memang sebuah cerita yang dangkal akan terlihat asik jika dibantu oleh directoring yang mumpuni, namun apa yang dilakukan oleh Koldo Serra adalah sebaliknya. Serra di paruh awal film ini masih ragu kemana sebenarnya membawa jalur nahkoda film ini, film ini seolah-olah tidak memiliki arah tujuan yang jelas kemana sebenarnya akan berlayar, apakah lebih mengedepankan jalur war atau romantisme? Sungguh sebuah jalur yang membingungkan yang dipilih film ini, dimana film ini hanya mengambil separuh diantara jalur tadi, berada ditengah-tengah antara war dan romantic.
Memang harus diakui film ini sukses menggambarkan sebuah tatanan masyarakat serta sosial yang kejam, dimana seseorang yang berbuat salah harus menerima hukuman yang berat, diasingkan, serta dianggap pengkhianat, sebuah point tersendiri bagi film ini, juga visual effect CGI ledakan bom yang lumayanlah, meskipun agak kasar. Namun apa yang dilakukan Koldo Serra terhadap film ini, mempunyai dua point tersendiri itu tak ia manfaatkan, ia malah sibuk membangun sebuah jembatan cerita untuk film ini, serta penonton dibuat menunggu "waktu yang ditunggu-tunggu" menunjukan batang hidungnya. Terlalu lama membangun sebuah konflik menyebabkan film ini terkuras, elemen romantis maupun war terasa sekejap dan kurang, sehingga seperti yang saya sebutkan tadi, film ini hanya duduk ditengah-tengah, tak mampu menjangkau kedepan serta ditutup dengan klimaks yang berasa melodrama, namun entah kenapa menurut saya film ini terlalu memaksakan diri untuk membuat penonton bisa memberikan simpati dan empati, terasa hampa dan hambar Serra menutup film ini dengan klimaks yang memaksa penonton untuk merasakan dan berada disamping karakter yang kurang dipoles oleh Serra, seandainya Koldo Serra memberikan bekal kepada karakter, setidaknya elemen itu akan berhasil menarik simpati penonton.

Overall, Gernika sebuah romantic war yang mempunyai cerita yang mentah serta kurang matang baik itu disektor cerita, directoring, maupun karakter.


SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar