Mengangkat
sebuah kultur sosial yang pernah terjadi dan kemudian menjadi hits di
kalangan masyarakat memang sebuah hal yang sangat menjanjikan terlebih
popularitasnya sangat dinikmati khalayak. Mencoba menampilkan kembali
sebuah kultur tersebut menjadi magnet tersendiri tatkala kemudian sang
sutradara menampilkan aktor berkebangsaan Filipina yang terkenal dengan
video dubsmah nya, Teejay Marquez,
kemudian menyandingkannya dengan bintang yang sedang tenar di kalangan
remaja Jessica Mila dan Verrell Bramasta, so bagaimana hasil dari
Dubsmash?
Seorang seleb instagram asal Filipina, Teejay (Teejay
Marquez) menghebohkan gadis-gadis di SMA barunya, kecuali Elsa (Jessica
Mila). Lambat laun rupanya Teejay dan Elsa kemudian saling akrab dan
itu memancing amarah dari Marvel (Verrell Bramasta) yang tak lain adalah
pacar Elsa. Tak mau sang pacar dekat dengan Teejay, Marvel kemudian
menantang Teejay untuk bermain basket, dimana basket adalah keahlian
Marvel dengan pilihan jika ia kalah, maka Teejay harus menjauhi Elsa.
Drama remaja dengan latar SMA memang kerap menjadi sasaran para
filmmaker, lengkap dengan permasalah labil khas remaja yang memang
terkenal sering muncul di layar kaca dan menjadi primadona. Mari kita
bicarakan soal penggunaan kata "Dubsmash" di sub judul, karakter Teejay
disini terkenal memang jago bahkan ahli dalam masalah dubsmash, lalu
karakter Elsa adalah sosok gadis yang ceria namun memendam sebuah
problem di dalam dirinya, ia kemudian deka dengan Teejay lantas karena
ia jago Dubsmash? Bukan, Elsa dekat dengan Teejay karena ia dapat
mengerti situasi Elsa dan berada pada saat dibutuhkan, tak seperti
Marvel, pacarnya yang sebaliknya. Klise bukan? dan masalah yang paling
besar adalah untuk apa mengusung judul Dubsmash jika dalam penerapannya
tak memberikan sebuah eksplorasi yang kuat dan signifikan?
Indrayanto Kurniawan dengan bantuan naskah dari Aviv Elham, jelas sekali
hanya mendompleng ketenaran kultur "dubsmash" tanpa sebuah kaitan yang
kuat dengan cerita, ia hanya bermodalkan sebuah cerita kelas teri khas
remaja yang penuh dengan lika-liku rumit namun sebenarnya mudah dengan
tujuan memancing para penonton remaja, khususnya para pelajar SMA dengan
meletakkan sebuah jargon "Cinta datang dan pergi dengan begitu saja dan
cinta akan membawamu kembali", yang sangat miris adalah ia mengambil
latar SMA namun tak sekalipun saya liat mereka sedang memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh guru tatkala proses belajar mengajar
berlangsung, yang saya lihat mereka hanya bermain cinta, main basket
karena cinta, bahagia karena cinta dan sedih karena cinta.
Tatkala Naskah dan penggarapan urung menghasilkan sebuah hasil yang
maksimal, jajaran cast cukup mampu menyuntikan sedikit bercak, Teejay
Marquez bermodalkan dubsmash dan masih kurang (kecuali tatkala ia
dance), Verrell Bramasta bermodalkan mata melotot khas antagonis
sinetron, dan Jessica Mila adalah juara di film ini. Ia mampu
menampilkan sebuah kesan tersendiri lewat performanya di saat naskah
mulai tenggelam, sayang ia salah memilih film disini.
Industri
perfilman Indonesia memang jelas butuh sebuah romansa "putih abu-abu"
yang berkelas, tak hanya mengandalkan percintaan dan romansa kelas teri
saja, karena memang film dengan plot SMA tak akan punah, dan masih
menjadi daya tarik tersendiri, namun yang perlu ditingkatkan adalah
kualitasnya, tak seperti kebanyakan yang hadir yang menjadi korban
gagal, salah satunya ya dubsmash.
SCORE : 1.5/5
0 Komentar