Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

DUBSMASH (2016)

Mengangkat sebuah kultur sosial yang pernah terjadi dan kemudian menjadi hits di kalangan masyarakat memang sebuah hal yang sangat menjanjikan terlebih popularitasnya sangat dinikmati khalayak. Mencoba menampilkan kembali sebuah kultur tersebut menjadi magnet tersendiri tatkala kemudian sang sutradara menampilkan aktor berkebangsaan Filipina yang terkenal dengan video dubsmah nya, Teejay Marquez, kemudian menyandingkannya dengan bintang yang sedang tenar di kalangan remaja Jessica Mila dan Verrell Bramasta, so bagaimana hasil dari Dubsmash?

Seorang seleb instagram asal Filipina, Teejay (Teejay Marquez) menghebohkan gadis-gadis di SMA barunya, kecuali Elsa (Jessica Mila). Lambat laun rupanya Teejay dan Elsa kemudian saling akrab dan itu memancing amarah dari Marvel (Verrell Bramasta) yang tak lain adalah pacar Elsa. Tak mau sang pacar dekat dengan Teejay, Marvel kemudian menantang Teejay untuk bermain basket, dimana basket adalah keahlian Marvel dengan pilihan jika ia kalah, maka Teejay harus menjauhi Elsa.

Drama remaja dengan latar SMA memang kerap menjadi sasaran para filmmaker, lengkap dengan permasalah labil khas remaja yang memang terkenal sering muncul di layar kaca dan menjadi primadona. Mari kita bicarakan soal penggunaan kata "Dubsmash" di sub judul, karakter Teejay disini terkenal memang jago bahkan ahli dalam masalah dubsmash, lalu karakter Elsa adalah sosok gadis yang ceria namun memendam sebuah problem di dalam dirinya, ia kemudian deka dengan Teejay lantas karena ia jago Dubsmash? Bukan, Elsa dekat dengan Teejay karena ia dapat mengerti situasi Elsa dan berada pada saat dibutuhkan, tak seperti Marvel, pacarnya yang sebaliknya. Klise bukan? dan masalah yang paling besar adalah untuk apa mengusung judul Dubsmash jika dalam penerapannya tak memberikan sebuah eksplorasi yang kuat dan signifikan?

Indrayanto Kurniawan dengan bantuan naskah dari Aviv Elham, jelas sekali hanya mendompleng ketenaran kultur "dubsmash" tanpa sebuah kaitan yang kuat dengan cerita, ia hanya bermodalkan sebuah cerita kelas teri khas remaja yang penuh dengan lika-liku rumit namun sebenarnya mudah dengan tujuan memancing para penonton remaja, khususnya para pelajar SMA dengan meletakkan sebuah jargon "Cinta datang dan pergi dengan begitu saja dan cinta akan membawamu kembali", yang sangat miris adalah ia mengambil latar SMA namun tak sekalipun saya liat mereka sedang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru tatkala proses belajar mengajar berlangsung, yang saya lihat mereka hanya bermain cinta, main basket karena cinta, bahagia karena cinta dan sedih karena cinta.

Tatkala Naskah dan penggarapan urung menghasilkan sebuah hasil yang maksimal, jajaran cast cukup mampu menyuntikan sedikit bercak, Teejay Marquez bermodalkan dubsmash dan masih kurang (kecuali tatkala ia dance), Verrell Bramasta bermodalkan mata melotot khas antagonis sinetron, dan Jessica Mila adalah juara di film ini. Ia mampu menampilkan sebuah kesan tersendiri lewat performanya di saat naskah mulai tenggelam, sayang ia salah memilih film disini.

Industri perfilman Indonesia memang jelas butuh sebuah romansa "putih abu-abu" yang berkelas, tak hanya mengandalkan percintaan dan romansa kelas teri saja, karena memang film dengan plot SMA tak akan punah, dan masih menjadi daya tarik tersendiri, namun yang perlu ditingkatkan adalah kualitasnya, tak seperti kebanyakan yang hadir yang menjadi korban gagal, salah satunya ya dubsmash.


SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar