Sebuah film action dengan premis "penyelamatan" memang terkesan sudah
biasa dan pasaran. Namun, sebuah premis yang "biasa" tadi jika dirombak
dan dimodifikasi sedemikian rupa akan menjadi sebuah premis yang manis
dan menarik tentunya dengan eksekusi serta baku hantam yang dalam
balutan action yang begitu keren serta dapat mengikat atensi cerita.
Dishoom mencoba peruntungannya dengan mengolah premis tadi menjadi sebuah kesatuan dalam sebuah film.
Hilangnya sang pemain kriket yang handal serta profesional Viraaj
Sharma (Saqib Saleem) setelah melakukan turnamen kriket di Timur Tengah
membuat pemerintah India resah, pasalnya Viraaj Sharma akan melakukan
turnamen final mewakili India melawan Pakistan. Untuk menghindari
kepanikan dan berita dari media, pemerintah India mengirimkan polisi
handal bernama Kabir Shergill (John Abraham) untuk mencari motif dibalik
hilangnya Viraaj, serta membawanya pulang. Ia tak sendiri, ia dibantu
oleh polisi pecundang dan belum berpangkat bernama Junaid Ansari (Varun
Dhawan), mereka mepunyai waktu pencarian selama 36 Jam.
Menemukan Viraaj serta motif hilangnya Viraaj, ternyata tak semudah
membalikan telapak tangan. Kabir & Junaid pun melakukan serangkaian
introgasi yang tak mudah terkait hilangnya Viraaj, mulai dari
mengintrogasi Samira Dalal (Nargis Fakhri) hingga menemui seorang gay
bernama Sameer Gazi (Akhsay Kumar). Ditengah perjalana mereka bertemu
dengan seorang pencopet wanita bernama Ishika (Jacqueline Fernandez)
yang diduga mencuri handphone Viraaj. Selidik demi selidik mereka
lakukan, dam belakangan terungkap lewat Ishika yang mempunyai jalur ke
si penculik, ternyata yang menculik Viraaj adalah seseorang bernama
Wagah (Akhsaye Khanna).
Seandainya belum menonton franchise
Dhoom dan Race yang bergenre sama dengan film ini, maka film ini dapat
dikatakan sajian yang keren. Namun entah mengapa menonton film ini
seolah gabungan antara kedua film itu. DHOOM+RACE = DISHOOM. Memang,
dari kedua film sebelumnya, Dishoom adalah yang paling ringan, ya, film
ini berjalan sesuai ritme-nya, tanpa ada twist yang berkelok. Rohit
Dhawan sang produser sekaligus penulis naskah, rupanya tak memberikan
sebuah loncatan yang besar bagi film ini. Ya interogasi yang dilakukan
film ini lebih ringan dan cenderung gampang dan predictable.
Memang
jika ibandingkan Race dan Dhoom film ini masih tertinggal jauh. Walaupun
demikian, film ini mungkin lebih stylish dan kekinian, adegan action
yang dibuat keren meskipun terkesan lebay dalam penggarapannya.
Terlepas dari itu semua, Dishoom bukan berarti tidak mempunyai atensi,
tapi Dishoom lebih cenderung ke jenis film hiburan, tanpa adanya twist
atau scene yang membuat kita bertanya-tanya.Bukan begitu juga Dishoom
tak mempunyai pamor, Rohit Dhawan tetap membuat Dishoom memiliki ciri
khas tersendiri, yaitu penggarapannya yang stylish dan unsur comedy-nya
yang khas seperti film comedy garapan Rohit sebelumnya.
Akting
para pemain yang sangat disayangkan menurut saya John, Varun, Jacqueline
serta Akhsaye Khanna begitu standar. Ya, mungkin ini bukan akting
terbaik mereka, tapi terasa hambar juga Rohit Dhawan tak begitu
memberikan emosi yang kuat, bahkan Akhsaye Khanna pun seolah mati kutu
memainkan peran antagonis.
Meskipun begitu film ini mempunyai
soundtrack yang energik dan anak muda banget, sebut saja Toh Dishoom dan
Sau Tarah Ke yang upbeat, serta Janeeman Aah yang begitu easy
listening. Tak lupa lokasi shooting yang keren yang membuat mata anda
betah di depan layar, lokasi full di India dan Abu Dhabi.
Overall, DISHOOM sajian action bollywood yang biasa, namun stylish.
0 Komentar