Alice Lowe kembali setelah ia sukses menulis komedi hitam nan brutal di
"Sightseers", "Prevenge" menjadi debut penyutradaraannya sekaligus
merangkap sebagai pemain. Memang formulasinya seperti kebanyakan film
bertema slasher lainnya, dimana rangkaian pembantaian jadi sorotan utama
film ini. Tapi alih-alih menempatkan sosok seorang pembunuh tanpa
kepribadian, Lowe mengajak penonton
untuk memasuki isi pikiran sang pelaku lewat studi karakternya,
membeberkan mengapa tindakan gila tersebut dapat terealisasi, tentunya
dengan selipan humor absurd nan gelap yang masih menghiasi barisan
dialog juga tindakannya.
Sejak awal pembuka yang menampilkan
ceceran darah di sebuah tebing dan Ruth (Alice Lowe) yang sedang hamil
tua duduk seorang diri sambil memandang kosong, kita sudah menyangkal
bahwa ada sebuah tindakan yang tidak beres telah terjadi, kemudian
guliran durasi bergulir yang kurang dari 10 menit, menampilkan kembali
Ruth yang mengunjungi sebuah pet shop yang kemudian melakukan sebuah
tindakan keji terhadap seorang pemilik, yakni menyayat lehernya. Sadisme
itu pun kian mencuatkan sebuah pertanyaan soal motif tindakan Ruth yang
sebenarnya. Satu per satu korban pun mulai berjatuhan sembari perlahan
terungkap apa yang menjadi penyulut dendamnya.
Ruth memang
seorang wanita yang tengah hamil seperti kebanyakan wanita yang hamil
pada umumnya, ia gemar berbicara dengan si jabang bayi yang turut
mendorongnya melakukan sebuah tindakan keji, itu pun juga bersinggungan
dengan pikiran negatif Ruth yang sama besarnya. Tatkala Ruth mencoba
memutar sebuah kaset meditatif si jabang bayi pun turut tak kuat dan
bahkan tak suka dengan tindakan itu. Prevenge pun tak ketinggalan
sedikit menyinggung ketakutan akan sebuah kehamilan. Sejatinya paparan
tentang terganggunya kondisi psikis Ruth sekaligus motif untuk
melaksanakan operandinya tampil secara repetitif, Ruth mencoba menyamar
menjadi orang lain dan kemudian melancarkan aksinya, memang jika
dibandingkan dengan film slasher lainnya ia tak menghadirkan sebuah
tindakan yang berada pada level menyakitkan layaknya franchise Saw
maupun Wrong Turn, tapi disini cukup dengan sayatan pun terasa
mengilukan yang membuat sebuah aksi sayatan leher, mata bahkan penis pun
terasa mengilukan sekaligus membuat penonton terjaga akan aksinya.
Eksekusi tindakan Ruth memang mengasyikan, namun memang cukup
bermasalah di segi logika, memang benar film slasher tak perlu
mengandalkan logika, namun lain halnya disini dengan aksi Ruth yang
turut melibatkan sebuah kondisi psikis terkait masalah batin, setumpuk
pertanyaan mungkin terasa mengganjal terlebih pertanyaan mengenai
mengapa aksi Ruth tidak diketahui oleh pihak polisi, padahal jelas
sekali waktu Ruth membunuh datang polisi dan juga semuanya terekam pada
CCTV? Prevenge ditutup antiklimaks, menyajikan sebuah rangkaian drama
dengan selipan twist, memang sah-sah saja, tapi ia sendiri seolah
melupakan slasher yang ia bangun sejak awal, dan ditutup nyaris tanpa
taji.
0 Komentar