Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

LOVE YOU...LOVE YOU NOT... / ABDULLAH V TAKESHI

 
Love You... Love You Not... (2015)

Remake film I Fine... Thank You Love You asal negeri gajah putih, Thailand yang mana mencapai kesuksesan pasca perilisannya, dan itu pun yang menarik rumah produksi MVP Pictures guna mengulang kesuksesan tersebut (tujuan rata-rata di buatnya sebuah film remake). Pro dan kontra terkait perbandingan antar film original dan remake-nya selalu menjadi perdebatan yang sering di lontarkan oleh para penggemar film aslinya, namun di sini saya tidak akan membandingkan masalah itu karena memang secara pribadi saya belum menonton film originalnya. Pola penceritaannya sendiri berkisah mengenai Suchin (RR Melati Pinaring) yang meminta bantuan guru les Bahasa Inggris-nya, Amira (Chelsea Islan) pasca ia lolos wawancara dan kemudian pergi ke negeri Paman Sam. Bantuan itu berupa sebuah pesan bantuan untuk memutuskan hubungannya dengan sang kekasih, Juki (Hamish Daud) seorang bule Jakarta yang tak bisa berbahasa Inggris yang kemudian membuat Suchin tak nyaman. Sewaktu menyampaikan pesan tersebut nyatanya Juki tak terima dan meminta Amira untuk mengajarinya Bahasa Inggris guna menyusul Suchin. Amira pun mau tak mau menerima permintaan Juki, memang awalnya Amira di buat jengkel dengan tingkah laku Juki selaku proses privat berlangsung, namun perlahan tapi pasti, seperti kebanyakan film yang kita tonton, rasa benci kemudian berubah seketika menjadi cinta.

Sridhar Jetty selaku sutradara, menggarap Love You... Love You Not... layaknya film bertema romansa dengan selingan comedy yang sering kita temui, tak ada sesuatu hal yang baru yang dilakukan oleh sang sutradara di sini, berawal dari pengenalan tokoh utama, kemudian bergeser ke ranah comedy, masuk konflik, kemudian resolusi akhir. Ya, pola generik itu masih terjadi di sini, Sulit untuk mengatakan bahwa film arahan Sridhar Jetty ini berada pada level memuaskan, karena memang terhitung apa yang ia tuangkan di sini memang jamak kita temui di film bergenre serupa, gelakan comedy terkesan hit and miss. Belum lagi setelah kemunculan tokoh seorang pria yang mencintai Amira (Miller Khan) hadir, tokohnya pun tak lebih dari sekedar cowok tajir namun sulit untuk menyatu dengan hati. Menuju pertengahan, laju film ini semakin kendor, beberapa momen manis seperti boncengan antar dua karakter hingga mengunjungi pesta memang mampu menampilkan kesan romantisme yang cukup oke. Hamish Daud dan Chelsea Islan mampu menjadi karakter yang likeable, penonton pun dapat bersimpati dengan mudah terhadapnya. Ya, performa kedua cast memang bisa di bilang tampil bagus, namun sayang inkonsistensi terkait tone hingga kesan predictable pun terlanjur melekat di film ini. (2.5/5)

ABDULLAH V TAKESHI (2016)

Abdullah V Takeshi garapan sutradara Kemal Palevi yang kemudian merangkap sebagai pemain dan berperan sebagai Takeshi yang lahir di Jepang bersamaan dengan Abdullah (Dion Wiyoko). Mereka tumbuh atas didikan kultur masing-masing, Takeshi dengan gaya Jepang-nya atas didikan orang tua (Hiromitsu Harada a.ka Chef Harada dan Ayumi Harada), begitupun dengan Abdullah yang lekat dengan pribadi orang Arab atas didikan orang tua (Natalie Sarah dan Mike Lucock). Keduanya pun kuliah di ampus yang sama, juga memperebutkan wanita pujaan yang sama pula, ia adalah Indah (Nasya Marcella). Tentu pola berikutnya yang terjadi adalah bagaimana kedua tokoh tersebut memperebutkan sang wanita pujaan lewat berbagai cara masing-masing (berkenaan dengan kultur tokoh masing-masing). Abdullah V Takeshi memadukan dua kultur Jepang dan Arab sebagai fokus utama, dan itu bisa di bilang berhasil meski tak selamanya berjalan mulus, isu terkait kultur yang melekat pada diri karakter memang mengandung beberapa sindiran yang bisa di bilang cukup berani, khususnya terkait bangsa keturunan Arab yang digambarkan mempunyai sebuah cafe yang mungkin bak sebuah diskotik, lengkap dengan musik DJ serta para pengunjung yang menari lengkap dengan baju geblus-nya. Secara tak sengaja itu berarti sindiran, namun saya tak akan menjelaskan secara detail, karena secara pribadi saya juga dibuat annoying melihatnya, dan takut menjadi perbincangan yang berujung sebuah pertengkaran terkait ketidaksetujuan, begitupun yang dilakukan oleh ayah Abdullah yang secara sengaja bersaing dengan cara kotor dengan ayah Takeshi, pasalnya ayah Abdullah yang memulai duluan, dan saya harap adegan ini tak diikuti oleh kaum se-agama saya yang notabene beragama Islam.

Durasi awal memang di habiskan untuk memperebutkan tokoh utama, namu perlahan menuju pertengahan Kemal Palevi mengubah dan mulai menunjukan inti film ini yang sebenarnya yakni terkait "Putra yang tertukar" yang mana sering menjadi sasaran empuk bagi para pembuat sinetron di stasiun televisi swasta. Cara penyampaian Kemal sendiri memang berjalan mulus, penempatan comedy pun terkesan hit and miss, namun inti twist film ini terasa sangat dangkal, dimana kita tahu sedari awal opening yang menampilkan proses melahirkan semuanya sudah terendus. Tak heran jika Abdullah V Takeshi sendiri serasa kehilangan taji-nya, memang inti film ini jelas meneriakan hal terkait diversity yang mana sering menjadi sebuah hal yang berujung diskriminasi dan kemudian meruntuhkan toleransi. Itu memang jelas nyatanya, namun masalahnya sendiri berada pada cara Kemal sendiri yang menggarap serta menulis naskahnya terkesan kurang rapi, twist tiba-tiba bisa dibilang berada pada level biasa khas sinetron, dan itu yang membuatnya ditutup nyaris tanpa taji di balik kesan yang berarti. (2.5/5)

Posting Komentar

0 Komentar