Apa
yang terlintas dibenak kamu jika mendengar nama Joko Anwar? Horror?
Thriller? Cerita High Concept?. Ya, menilik film terakhirnya (Kala,
Pintu Terlarang, Modus Anomali) semua itu memang gambaran nyata dari
seorang Joko Anwar. Namun di "A Copy of My Mind" Joko mungkin sedikit
beralih ke ranah itu, mencoba menampilkan sebuah romansa dua insan
pinggiran kota Jakarta, yang jauh dari
hingar bingar serta gegap gempita Ibukota. A Copy of My Mind seperti
judulnya merupakan sebuah "salinan" dari pikiran Joko Anwar yang begitu
dekat dengan realita kehidupan personal kita.
Sari (Tara
Basro) adalah seorang wanita yang bekerja di sebuah salon, kesehariannya
setelah bekerja adalah menonton film dari DVD Bajakan yang ia beli,
hingga suatu hari ia pun merasa kecewa karena DVD yang a beli sangat
jelek subtitlenya, ia pun kembali ke toko tersebut dan bertemu dengan
Alek (Chicco Jerikho) sang pembuat subtitle DVD bajakan, berawal dari
semua itu pun tumbuh sebuah romansa yang intim diantara keduanya, hingga
memunculkan sebuah rasa yang saling melengkapi satu sama lain.
Jelas jika kamu membaca sinopsis diatas memang sangatlah sederhana,
namun bukan Joko Anwar jika ia tidak bisa menyulap materi sederhana
menjadi sebuah tontonan yang sayang untuk dilewatkan. Disini ita punya
dua karakter yang bisa dibilang bernasib sama, Alek seorang pembuat
subtitle DVD bajakan yang tinggal di sebuah kontrakan sembari merawat
seorang nenek sang pemilik kontrakan, begitupun dengan Sari seorang
pekerja saln kecantikan yang juga memiliki nasib yang sama, yakni
berjuang untuk hidup ditengah gegap gempita Ibukota. Mimpi yang ia
miliki pun sederhana, yakni bisa memiliki sebuah "home theater" demi
merasakan kepuasan menonton film kesukaannya, yakni film bertema monster
yang berwujud aneh seperti dalam sebuah dialog "gue suka sama film
makhluk campuran gitu kaya buaya sama ikan jadinya bukan" yang tak lain
adalah genre favorit dari Joko Anwar waktu ia muda dulu.
"A
Copy of My Mind" seperti yang saya utarakan tadi, ini adalah sebuah
"copy" dari "mind" seorang Joko Anwar, dimana memang karakter Alek dan
Sari disini mewakili sebagian besar dari kita, memiliki kehidupan biasa
yang jauh dari kata "orang penting" mereka adalah cerminan kaum
pinggiran dari megahnya Ibukota, jika pun salah satu dari mereka
menghilang tak ada seseorang manapun yang mencari kecuali mereka
sendiri, dan itu yang membuat dua karakter ini terasa romantis yang
dalam artian "dunia terasa milik mereka" sendiri, tak ayal beberapa
adegan seks pun terlihat terasa real yang mengartikan sebuah kekuatan
cinta dan perasaan antar karakter, dan itu turut di fasilitasi oleh
kinerja Chicco Jerikho dan Tara Basro yang memang tampil memukau,
gelaran ekspresi hingga adegan yang menuntut sebuah arti pun terasa
semakin menjanjikan.
Tak hanya itu saja, bukan Joko Anwar
jika dalam filmnya tak menyelipkan sebuah arti dalam artian kritisi
disini, di tengah setting saat kampanye pemilu Presiden memuncak, serta
karakter yang cenderung tak interest,karena untuk memikirkan kehidupan
personal saja pun sulit apalagi memikiran orang banyak. Emosi yang
tersulut dari karakter memang cenderung tak diperlihatkan secara
gamblang, karakter lebih memendamnya yang kemudian menciptakan sebuah
kontradiksi batin yang sangat hebat, dan itu sukses ditampilkan disini
secara baik, setting di "kota pinggiran" Jakarta pun turut memfasilitasi
film ini, dimana sesuai dengan pesan yang akan disampaikannya, film ini
memang sederhana tak perlu buaian dialog yang hiperbolis, nyatanya
dialog sederhana membicarakan sebuah film pun memang mampu menciptakan
sebuah suasana yang romantis.
Selain romansa film ini pun
turut menyelipkan berbagai aspek lain seperti praktik korupsi, kritik
yang dilontarkan pun tak memaksa masuk ke otak penonton, yang jadi fokus
adalah dua insan di pinggiran Ibukota yang berjuang akan hidup serta
cinta pada diri mereka, yang turut juga menumpahkan seluruh perasaan
Joko disini baik cinta, marah, sedih, gelisah ke dalam satu rangkaian
cerita yang kemudian ditutup dengan sebuah konklusi yang mendefinisikan
kehidupan kita sebagai pion-pion yang menjalankan perannya
masing-masing. Apapun yang terjadi life must go on, baik itu pahit dan
manis yang mungkin tidak diketahui orang lain, cukup diri kita saja yang
merasakannya.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar