Ditengah
maraknya urban horor terkait makhluk astral di Indonesia, Tuyul mungkin
satu diantaranya yang bisa dibilang kurang terjamah, sosok makhluk
astral yang berwujud anak kerdil berkepala plontos ini seringkali
digunakan sebagai bahan komedi (sinetron Tuyul dan Mbak Yul contohnya)
daripada digunakan sebagai alat untuk menakut-nakuti penonton. Diniati
sebagai trilogi, sutradara Billy
Christian rupanya mulai memanfaatkan sosok kerdil berkepala plontos ini,
apakah Tuyul part 1 bisa menjadi the next Kuntilanak yang sama-sama
sebagai makhluk astral khas Indonesia dan menjadi sebuah trilogi yang
memuaskan? We will see....
Mia (Dinda Kanya Dewi) seorang
wanita yang tengah hamil 7 bulan kembali menempati rumah lamanya bersama
sang suami, Daniel (Gandhi Fernando), setelah Daniel dipercaya
menangani sebuah proyek perkebunan yanglokasinya tidak jauh dari rumah
mereka. Adanya sebuah kenangan buruk bagi Mia terkait masa lalu
membuatnya acap kali merasa terusik dan terganggu, terlebih ia sering
ditinggalkan sendiri oleh sang suami yang bekerja. Kejadian aneh serta
teror mulai terjadi tatkala Daniel membuka sebuah botol misterius di
loteng Mia yang disembunyikan serta Mia yang mendapati tetangganya,
Karina (Citra Kirana) melakukan semacam ritual. Mia pun akhirnya
menyadari bahwa ia tak sendirian di rumahnya, terlebih setelah
masyarakat mulai resah terhadap kehadirannya sesosok makhluk bernama
Tuyul.
Memang Billy Christian masih menampilkan sebuah
haunted house sebagai pemis timbulnya misteri, tentunya dilengkapi
dengan suatu hal terkait masa lalu antara Mia dan sang Ibu (Karina
Nadila), masih memanfaatkan jump scare yang menghentak yang nyatanya
masih menjadi andalan para sineas horor demi menciptakan sebuah
kengerian, dan disini Billy Christian cukup efektif memanfaatkan semua
itu, terlebih dengan memasukan suatu adat terkait asal-usul makhluk
bernama Tuyul yang sangat kental, meski di hasil eksekusinya tak
selamanya berjalan mulus.
Saya percaya, Billy Christian
begitu paham terkait menyusun serta membangun suatu look yang misterius
dan itu semua tergambarkan tatkala ia men set-up setting dengan unsur
misteri yang kental, sebagai contoh misalnya penggunaan lukisan jawa
serta kepercayaan masyarakat terkait pemangku tuyul yang kerap turun
temurun, itu berhasil dikemas secara menarik dengan digunakannya sorotan
kamera yang berjalan secara lambat guna membangun sebuah kengerian yang
intens lewat sorotan demi sorotan sudut ke sudut. Semua itu lebih
lengkap tatkala Dinda Kanya Dewi turut memfasilitasi dengan kemampuan
aktingnya yang menawan mampu memberikan sebuah ekspresi yang alami tanpa
harus dipaksakan, mimik muka yang pas juga turut melekat pada Dinda
terlebih pada adegan tatkala penuh muncratan darah dengan tampilan tuyul
dan itu bisa dibilang adegan yang memorable di film ini, Sayangnya
ekspresi serta kinerja Dinda Kanya Dewi tak diikuti oleh Gandhi Fernando
yang tampil kurang prima, ia lebih mengandalkan face wajah yang biasa
tanpa adanya sebuah kekuatan ekspresi. Kehadiran Citra Kirana, Inggrid
Widjanarko serta Karina Nadila di supporting actress tampil cukup
menawan meski tak berhasil mencuri perhatian.
Seperti yang
telah saya singgung diatas, Billy Christian memang mampu memainkan
sebuah jump scare klasik dibalik cerita terkait haunted house yang
klasik juga dengan aspek sinematogrfi dan skoring yang menawan tentunya.
Tapi, semua itu tak berjalan secara mulus, acap kali terasa sedikit
mengalami kelonggaran meski tak tampil secara dominan, terlebih adegan
twist yang ,berusaha tampil mengejutkan malah tampil sedikit memuakan,
sama seperti tampilan tuyul nya yang acap kali tampil menyeramkan namun
acap kali juga justru tampil menggelikan. Tuyul Part 1 mungkin tak
sekuat "Kuntilanak" di bagian pembuka, eksekusi yang dilakukan terkadang
hit and miss, namun saya masih percaya dan menunggu kelanjutan
triloginya yang beriringan dengan harapan penaikan sebuah kualitas yang
ditampilkan film ini.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar