Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW : TUYUL PART 1 (2015)

Ditengah maraknya urban horor terkait makhluk astral di Indonesia, Tuyul mungkin satu diantaranya yang bisa dibilang kurang terjamah, sosok makhluk astral yang berwujud anak kerdil berkepala plontos ini seringkali digunakan sebagai bahan komedi (sinetron Tuyul dan Mbak Yul contohnya) daripada digunakan sebagai alat untuk menakut-nakuti penonton. Diniati sebagai trilogi, sutradara Billy Christian rupanya mulai memanfaatkan sosok kerdil berkepala plontos ini, apakah Tuyul part 1 bisa menjadi the next Kuntilanak yang sama-sama sebagai makhluk astral khas Indonesia dan menjadi sebuah trilogi yang memuaskan? We will see....

Mia (Dinda Kanya Dewi) seorang wanita yang tengah hamil 7 bulan kembali menempati rumah lamanya bersama sang suami, Daniel (Gandhi Fernando), setelah Daniel dipercaya menangani sebuah proyek perkebunan yanglokasinya tidak jauh dari rumah mereka. Adanya sebuah kenangan buruk bagi Mia terkait masa lalu membuatnya acap kali merasa terusik dan terganggu, terlebih ia sering ditinggalkan sendiri oleh sang suami yang bekerja. Kejadian aneh serta teror mulai terjadi tatkala Daniel membuka sebuah botol misterius di loteng Mia yang disembunyikan serta Mia yang mendapati tetangganya, Karina (Citra Kirana) melakukan semacam ritual. Mia pun akhirnya menyadari bahwa ia tak sendirian di rumahnya, terlebih setelah masyarakat mulai resah terhadap kehadirannya sesosok makhluk bernama Tuyul.



Memang Billy Christian masih menampilkan sebuah haunted house sebagai pemis timbulnya misteri, tentunya dilengkapi dengan suatu hal terkait masa lalu antara Mia dan sang Ibu (Karina Nadila), masih memanfaatkan jump scare yang menghentak yang nyatanya masih menjadi andalan para sineas horor demi menciptakan sebuah kengerian, dan disini Billy Christian cukup efektif memanfaatkan semua itu, terlebih dengan memasukan suatu adat terkait asal-usul makhluk bernama Tuyul yang sangat kental, meski di hasil eksekusinya tak selamanya berjalan mulus.

Saya percaya, Billy Christian begitu paham terkait menyusun serta membangun suatu look yang misterius dan itu semua tergambarkan tatkala ia men set-up setting dengan unsur misteri yang kental, sebagai contoh misalnya penggunaan lukisan jawa serta kepercayaan masyarakat terkait pemangku tuyul yang kerap turun temurun, itu berhasil dikemas secara menarik dengan digunakannya sorotan kamera yang berjalan secara lambat guna membangun sebuah kengerian yang intens lewat sorotan demi sorotan sudut ke sudut. Semua itu lebih lengkap tatkala Dinda Kanya Dewi turut memfasilitasi dengan kemampuan aktingnya yang menawan mampu memberikan sebuah ekspresi yang alami tanpa harus dipaksakan, mimik muka yang pas juga turut melekat pada Dinda terlebih pada adegan tatkala penuh muncratan darah dengan tampilan tuyul dan itu bisa dibilang adegan yang memorable di film ini, Sayangnya ekspresi serta kinerja Dinda Kanya Dewi tak diikuti oleh Gandhi Fernando yang tampil kurang prima, ia lebih mengandalkan face wajah yang biasa tanpa adanya sebuah kekuatan ekspresi. Kehadiran Citra Kirana, Inggrid Widjanarko serta Karina Nadila di supporting actress tampil cukup menawan meski tak berhasil mencuri perhatian.



Seperti yang telah saya singgung diatas, Billy Christian memang mampu memainkan sebuah jump scare klasik dibalik cerita terkait haunted house yang klasik juga dengan aspek sinematogrfi dan skoring yang menawan tentunya. Tapi, semua itu tak berjalan secara mulus, acap kali terasa sedikit mengalami kelonggaran meski tak tampil secara dominan, terlebih adegan twist yang ,berusaha tampil mengejutkan malah tampil sedikit memuakan, sama seperti tampilan tuyul nya yang acap kali tampil menyeramkan namun acap kali juga justru tampil menggelikan. Tuyul Part 1 mungkin tak sekuat "Kuntilanak" di bagian pembuka, eksekusi yang dilakukan terkadang hit and miss, namun saya masih percaya dan menunggu kelanjutan triloginya yang beriringan dengan harapan penaikan sebuah kualitas yang ditampilkan film ini.



SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar