Izinkan saya mengulas sinopsis dari film sang Baginda, dimana diceritakan Laura (Whulandary Herman) adalah anak tunggal dari Riska (Keke Soeryo Renaldi), yang mana haus akan kasih sayang keluarga, hubungannya bersama sang ibu acap kali retak dan beradu mulut satu sama lain dan tentunya lengkap dengan ekspresi lempeng para lakonnya. Hendak mencari ketenangan dari kondisi rumah, Laura kemudian pergi bersama sang pacar, Edwin (Maxime Bouttier) dan sahabat sekampus mereka Maya (Vicky Monica) serta Rizal (Trisa Triandesa) guna meliput situs bersejarah sebagai salah satu bahan materi kampus, ditengah jalan mobil mereka menabrak batu besar dan kemudian menyebabkan mobilnya mogok (jangan tanya berapa kali "mobil mogok" digunakan sebagai jalan pembuka keseraman di film Baginda). Mereka kemudian mencari bantuan ke rakyat sekitar, hingga menemukan sebuah bangunan bekas panti asuhan serta bertemu sang pemilik, Sarinten (Jajang C. Noer). Seperti biasa keseraman dimulai tatkala Maya melakukan sebuah ritual pemanggilan makhluk halus di kamar mandi yang bernama ritual "Baby Blues'' kejadian aneh pun mulai terjadi hingga salah satu dari mereka mulai kerasukan, yang kemudian berujung meregang nyawa masing-masing.
Filmnya memuat berbaga aspek mulai dari dejavu, tragedi masa lalu, hingga yang konyol sekalipun ritual "Baby Blues" dimana orang yang melakukannya harus menyebut nama Baby Blues selama 12 kali berhadapan dengan cermin di kamar mandi dengan posisi tangan bak menggendong bayi, kemudian setelah itu terjadilah keanehan demi keanehan yang membuat karakter capek terus diikuti makhluk halus terlebih penampakan bayi hingga hantu sukses dengan masker, tentu apa yang dilakukan para karakter di film ini adalah sebuah tindakan yang luar biasa bodoh, mereka adalah seorang mahasiswa tapi kenapa pikiran mereka bak anak kecil yang tak bermoral dan berpendidikan? jelas-jelas mereka ingin selamat dari bencana, kenapa setelah selamat mereka menyulut kembali bencana? dan yang luar biasa lagi penampakan hantu bukan tampil seram melainan geli melihatnya, penggunaan make up visual sebagai tata rias hantu begitu luar biasa sangat mengganggu dan menampilkan tawa secara bersamaan, ditambah lagi performa para pemain yang lempeng tanpa ekspresi, berdialog seolah membaca dialog, dan kemudian diperparah lagi dengan twist yang terasa dipaksakan. Sungguh sebuah kekacauan yang luar biasa bukan? teramat disayangkan aktris watak sekelas Jajang C. Noer menerima film seperti ini.
SCORE : 1.5/5
1 Komentar
Sayapun nekat nonton film ini karena ada jajang c noer tp ternyata filmnya kurang oke,saya jg mrs heran krn ibunya laura msh menggunakan mesin tik🤔
BalasHapus