Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - MISSION: IMPOSSIBLE - DEAD RECKONING PART ONE (2023)

 

Seri Mission: Impossible selalu memiliki ciri khasnya sendiri pula alasan mengapa deretan aksi hingga petualangan mengunjingi belahan dunia mempunyai urgensi tersendiri. Burj Khalifa sudah berhasil di panjat di Ghost Protocol (2011), pun pesawat berhasil digelantungi dalam Rogue Nation (2015), sementara dalam Fallout (2018) Ethan sempat beraksi di sebuah helikopter. Selaku angsuran pertama, Dead Reckoning kembali memamerkan materi promosinya dengan menjual adegan Ethan Hunt yang menantang bahaya dengan mengendarai motor dan melompatnya diatas tepi tebing.

Keputusan yang disebut terakhir memang sedikit mengecewakan, namun diluar bahasan tersebut, sutradara sekaligus penulis naskah Christopher McQuarrie kembali menahkodai sebuah misi berbahaya bagi Ethan Hunt yang tak segan untuk menantang maut. Kali ini evolusi ditampilkan, karena Ethan Hunt (Tom Cruise) harus berhadapan dengan musuh tak bertuan dan tak terlihat berupa kecerdasan buatan (atau Artificial Intelligence a.ka. AI) yang mengatasnamakan sebagai sebuah entitas. Entitas berbahaya tentunya.

Paruh pembukanya pun menjadi saksi nyata kala AI berhasil mengelabui kapal selam Rusia yang berujung pada tewasnya seluruh awak kapal. Berangkat dari kekacauan tersebut memaksa Ethan Hunt untuk kembali turun tangan dan mengumpulkan para rekan setianya, Luther Stickell (Ving Rhames), Benji Dunn (Simon Pegg) hingga mantan agen MI6, Ilsa (Rebecca Ferguson) dalam sebuah misi memperebutkan sebuah kunci berbentuk salib yang merupakan sebuah alat kendali.

Di sisi lain, Ethan harus berhadapan dengan musuh lamanya, Gabriel (Esai Morales) yang ingin merebut kunci demi menguasai dunia. Tentu, ia tak sendiri, terlebih ia mempunyai Paris (Pom Klementieff) sebagai kaki tangan. Di saat yang sama pula, Ethan pun harus berurusan dengan Grace (Hayley Atwell), si pencuri ulung yang membawa tujuannya sendiri.

Dead Reckoning Part One mempunyai narasi sarat relevansi, yang bisa jadi merupakan gambaran nyata situasi dewasa ini. McQuarrie yang turut dibantu oleh Erik Jendersen menawarkan sebuah ancaman berskala global yang menjadi keunggulan film ini. Pun, siapa sangka premis yang ia bawa ini nantinya akan bersinggungan dengan beragam pihak termasuk membawa Eugene Kittridge (Henry Czerny) sang direktur IMF, pula turut melibatkan si pemilik nama panggilan White Widow alias Alanna (Vanessa Kirby).

Hingga tak salah apabila sebagai angsuran pertama, Dead Reckoning Part One terkesan terlalu panjang (durasinya mencapai 163 menit sekaligus terpanjang dari serinya). Ada sebuah kesan tarik-ulur yang cukup melelahkan yang semestinya bisa lebih dipadatkan, meski di sana pula kita mengetahui sisi manusiawi seorang Ethan Hunt yang sering mementingkan kehidupan orang sekitarnya ketimbang dirinya sendiri (dalam kontek ini wanita yang selalu hadir dalam hidupnya).

Jika mengenyahkan segala urusan tadi, Dead Reckoning Part One masih tetap sajian menyenangkan yang patut untuk disaksikan mengingat filmnya selalu menentang batasan pula menghadirkan sebuah ketegangan. Beragam set-piece dimainkan, mulai dari gurun Namibia, aksi kucing-tikus di bandara Abu Dhabi, kejar-kejaran di jalanan Roma hingga urusan yang melibatkan kekacauan di kereta Orient Express jadi panggung yang sukar rasanya untuk tak terpikat olehnya.

McQuarrie pun tak asal menjadikan gelaran tersebut sebatas aksi tanpa isi, turut diperhatikannya pengadeganan hingga tata musik yang senantiasa memberi nyawa pada film ini. Pun, ketika semuanya sudah berada pada tempatnya, ia pun seolah memberikan jeda dengan menambahkan bumbu komedi situasi yang terbukti mumpuni. Momen yang melibatkan mobil jenis Fiat 500 adalah salah satu contohnya.

Entah kata apa lagi yang harus disematkan pada Tom Cruise yang seolah menolak tua, kita tahu ragam aksinya dilakukan tanpa bantun stunt-man (tentu dengan bantuan polesan CGI yang tak kalah mumpuni), Dead Reckoning Part One seolah mematenkan bahwa seri Mission: Impossible ditakdirkan hanya untuknya. Karakter lain pun turut mencuri perhatian, sebutlah Pom Klementieff dengan pesona bad-ass yang memanarkan aura hammer-girl tanpa banyak kata adalah favorit saya, Hayley Atwell pun sebagai pendatang baru mampu berbaur dengan kapasitas tak perlu diragukan. Meski keluhan saya terhadap salah satu nasib karakter wanitanya memunculkan sebuah kesan seperti tumbal yang harus dihilangkan demi mengurangi cabang penceritaan.

Sejauh ini, Dead Reckoning Part One mungkin seri yang paling lemah jika dibandingkan dengan predesesornya yang memasang standar tinggi untuk ukuran sebuah film aksi-spionase. Bukan berarti filmnya sepenuhnya buruk, melainkan ada sebuah kesan tertahan yang seharusnya tak dijadikan alasan bagi sebuah tujuan yang memanjangkan penceritaan dengan membaginya menjadi dua bagian. Sungguh, sebuah keputusan yang begitu riskan.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar