Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - ASEQ (2023)

 

Judulnya sendiri merupakan bentuk sempalan dari kata Aashiq (kekasih dalam bahasa Hindi), meskipun disaat yang bersamaan Aseq merupakan panggilan bagi jin yang memiliki tendensi untuk menyukai manusia. Premisnya sendiri menarik, namun itu hanya sebatas konsep. Aseq terjebak pada pola kebanyakan film serupa yang membawa nuansa segar namun kehilangan daya tatkala niatan tak sejalan dengan pengadeganan.

Ronnie (Vardhan Puri) baru saja putus dengan kekasihnya, Priyanka (Elena Fernandes) setelah sang kekasih memilih untuk kembali ke mantan kekasihnya, sementara Ronnie terjebak akan tagihan hutang yang terus menghantuinya. Berniat menuntaskan masalah finansialnya dengan meminta bantuan kepada kedua sahabatnya, Aadi (Adi Chugh) dan Sarim (Siddhant Kapoor) di sebuah pub, diluar dugaan, Ronnie malah bertemu dengan seorang wanita yang tengah sendirian dan menunggu teman sekamarnya yang tak kunjung datang, Lail (Sonnalli Seygall) namanya.

Setelah perkenalan yang berlangsung canggung, baik Ronnie maupun Lail perlahan mulai menaruh perasaan satu sama lain, meski semenjak bertemu Lail, Ronnie mulai mengalami peristiwa aneh di rumahnya seiring perasaan deja vu yang kerap terjadi padanya. Dari sini, ketidakbecusan para pembuatnya bermula, ketika ketakutan yang menimpa pada Ronnie sebatas menampilkan lemari yang terbuka, telepon yang mulai mengalami keanehan hingga karakter utama yang menolak percaya akan keadaan.

Singkatnya, Aseq dipenuhi oleh hal klise khas film horror dengan kualitas jongkok lainnya. Repetisi ditingkatkan demi menambal durasi. Paruh awalnya pun tampil melelahkan akibat kurangnya build-up yang sengaja disimpan rapat demi menciptakan sebuah kejutan supaya filmnya terlihat pintar, dan tanpa sadar bahwa filmnya sendiri penuh akan kekosongan.

Sutradara Sarim Momin (Bhagam Bhag, Rann, Sarkar) bersama sang penulis, Gauri Karnik (Sur: The Melody of Life) gagal menginterpretasikan premis menarik tadi ke dalam sebuah medium yang sebatas menjalankannya lewat dialog para pemainnya. Ini adalah cara curang dalam segi filmis.

Di samping horror, Aseq bahkan sempat ingin merambah ranah drama dengan menampilkan persahabatan ketiga karakternya yang seiring berjalannya waktu perlahan mulai terkikis. Dan adanya masalah tersebut bertujuan untuk kembali merekatkan hubungan yang sempat renggang. Sayang, elemen ini pun tampil setengah matang, sebatas mereka ulang adegan lewat sebuah montase pelengkap momen flashback.

Seperti yang telah saya singgung, Aseq bergantung akan sebuah kejutan. Twist pertama tampil lemah karena mudah terprediksi, sementara twist kedua tampil cukup berani. Setidaknya, berani dalam perkara konsep sebagaimana yang gemar pembuatnya lakukan. Sebuah pilihan yang riskan tanpa pernah memikirkan sebuah pembangunan.

Para pemainnya pun tak menawarkan sebuah performa spesial. Semunya bermain dipermukaan, termasuk Sonnalli Seygall yang perdana melakoni debut horror. Sementara Vardhan Puri selepas peran dan debut penyutradaraan yang mengesankan di Yeh Saali Aashiqui (2019), Aseq bak sebuah penurunan. Sejalan dengan keseluruhan momen horor (termasuk penampakan hantunya) yang mengandalkan kualitas CGI artificial sebagai jualan keseraman.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar