Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVIEW - GOVINDA NAAM MERA (2022)

 

Jika tak terjadi pandemi, proyek ini seharusnya berjudul Mr. Lele dengan Varun Dhawan, Bhumi Pednekar dan Jhanvi Kapoor di lini depan. Proses syuting pun ditunda, demikian dengan perombakan pemain sekaligus judulnya yang kini mewarisi DNA komedi situasi khas 90-an (utamanya film buatan David Dhawan dengan Govinda sang bintang). Govinda Naam Mera adalah suguhan klasik yang terbantu oleh para pelakon yang beramain apik.

Govinda (di akta kelahiran tertulis Govind A. Waghmare) diperankan oleh Vicky Kaushal lewat pembawaan narsistik dan slengean layaknya aktor tahun 90-an. Ia adalah anak dari seorang penari latar, Asha (Renuka Shahane) yang menikah diam-diam dengan Gopi (Wilson Tiger), sutradara film aksi asal Tamil yang meninggal pasca sebuah kecelakaan berkuda. Govinda tengah memperebutkan hak waris bungalo yang ayahnya berikan kepadanya, di tengah sang istri pertama, Charulata (Veenah Naair) dang sang putra, Vishnu (Akshay Gunawat) juga menggugat hak kepemilikan.

Selain itu, ia juga harus menerima fakta bahwa sang istri, Gauri (Bhumi Pednekar) yang bertindak semena-mena dan meminta cerai pula tebusan senilai ₹2 crores sebagai ganti mahar biaya pernikahan. Hubungan keduanya memang tak harmonis, bahkan secara terang-terangan masing-masing dari mereka saling memiliki kekasih. Gauri memacari seorang pegawai asuransi, Baldev (Viraj Ghelani), sementara Govinda memadu kasih dengan sesama rekan tarinya, Suku (Kiara Advani).

Di tengah kehidupannya yang carut-marut dan bahkan hendak bunuh diri, satu malam penuh kejadian tak terduga menjadi titik balik sekaligus awal permasalahan baru yang saling terkait dan bahkan turut melibatkan banyak pihak: Manju (Trupti Khamkar), si asisten rumah tangga, Sandy (Jeeva Ranjeet) si penulis lagu yang lebih tertarik dengan narkoba, hingga Inspektur Javed (Dayanand Shetty), si polisi setempat.

Demi menghindari spoiler, saya takkan mengungkap detail kejadiannya seperti apa. Intinya semua karakter yang terlibat saling berhubungan dan membentuk sebuah lingkaran setan bernama kepentingan. Ditulis naskahnya oleh Shashank Khaitan (turut merangkap sebagai sutradara), Govinda Naam Mera menempatkan penonton sebagai pihak yang tak mengetahui apa-apa selain tanda tanya besar yang perlahan mulai tersibak.

Alurnya berjalan maju-mundur dalam persentasi yang turut menyentuh ranah whodunit sederhana setelah beberapa adegan mulai menampilkan fakta baru yang tak sebenarnya. Dari sini, Govinda Naam Mera sempat memainkan elemen whodunit, yang meski kurang sempurna sebagai sajian yang lebih mengedepankan komedi ketimbang misteri itu sendiri.

Komedinya berjalan fluktuatif, yang terkadang tak memberikan dampak besar bagi progres cerita. Satu hal yang pasti, Shashank menekankan pola klasik "semakin sedikit mengetahui fakta, semakin banyak tanda tanya" yang dilemparkan secara acak dan membuat penonton untuk serta-merta merajutnya. Sayang, dari sini filmnya gagal menyampaikan esensi yang seutuhnya.

Kurangnya keterlibatan penonton dalam permainan menjadi salah satu kendala di saat filmnya sendiri terlampau pelit memberikan sebuah "petunjuk". Dalam opini Shashank, film yang bagus adalah film yang memberikan kejutan di akhir agar terlihat pintar tanpa pernah memikirkan sebuah proses yang tak kalah krusial dalam sebuah pengadeganan.

Beruntung, Govinda Naam Mera seperti yang telah saya singgung sebelumnya memiliki performa meyakinkan dari para pemainnya. Vicky Kaushal unjuk kebolehan menangani komedi, Kiara Advani menampilkan sisi lain seorang Suku yang lebih manusiawi, sementara Bhumi Pednekar dalam jatah screen-time miliknya yang tak banyak adalah MVP sesungguhnya film ini.

Konklusinya memang tak berjalan mulus. Ada kesan menyuapi yang mengurangi esensi film ini sebagai sajian yang turut menerapkan unsur caper di dalamnya. Setidaknya, jika anda mengabaikan segala tetek bengek kekurangannya, Govinda Naam Mera bukan sebuah bencana selama penekanan akan sebuah film hiburan diterapkan.

SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar