Datang dari penulis naskah franchise Final Destination (pengecualian untuk Final Destination 4), Don't Look Back merupakan debut film panjang pertama bagi Jeffrey Reddick yang kemudian mengadaptasi film pendeknya berjudul Good Samaritan (2014) sebagai bahan utama film perdananya ini. Tak lantas tampil liar dan berani layaknya seri yang membesarkan namanya ini, Don't Look Back adalah usaha setengah jadi dari premis film yang sebenarnya berpotensi tampil lebih baik.
Diantaranya adalah minimnya kualitas gore pula ragam pembunuhan bagi cerita yang mengetengahkan unsur misteri dan supranatural. Sempat tak percaya bahwa sang maestro bagi film yang sarat akan kekerasan tampil dengan anggapan ketidakpercayaan akan menekan batas kekerasan dan berujung pada sebuah karya anak dua belasan. Mari kita lupakan sejenak dan memperhatikan sekelumit premisnya yang jauh lebih menarik ketimbang keseluruhan filmnya.
Caitlin (Kourtney Bell) baru saja memutuskan untuk keluar rumah dengan memulai kembali olahraga pagi setelah sembilan bulan mengasingkan diri selepas kejadian traumatis yang turut menewaskan nyawa sang ayah. Beruntung bagi Caitlin mendapatkan dukungan dari sang kekasih, Josh (Skyler Hart) yang setia menemaninya bahkan perlahan memberikan sebuah pemulihan bagi Caitlin untu berdamai dengan masa lalu.
Caitlin menuruti apa yang Josh katakan. Namun sial bagi Caitlin kala ia pergi ke taman kota menyaksikan sebuah pengeroyokan terhadap seorang pria yang belakangan diketahui bernama Douglas Helton (Dean J. West). Memilih berpaling dan perlahan berjalan menjauh bersama enam orang yang turut menjadi saksi pengeroyokan, reputasi nama Caitlin bersama yang lainnya dipertaruhkan perihal tak memiliki jiwa kemanusiaan hingga dicap sebagai "Orang Samaria yang buruk".
Itu terjadi setelah adik dari Douglas, Lucas Helton (Will Stout) angkat bicara ke media. Caitlin yang baru saja berjalan dari sebuah trauma semakin tertekan kala ia kerap merasakan ada seseorang yang membuntutinya dan bahkan membahayakan nyawanya. Terlebih setelah burung gagak yang kerap dipakai sebagai simbol kematian selalu terlihat olehnya.
Don't Look Back memasang segala tetek bengek kejadian sebagai bahan pengadeganan. Terhitung diantaranya seperti proses investigasi polisi, hukuman sosial bahakan unsur supranatural yang sulit untuk dijelaskan keabsahannya pasca diterapkan dalam karakter seseorang yang bermasalah. Ini sejatinya sudah cukup guna dijadikan bahan persoalan, yang sayangnya tampil berantakan akibat ketidaan sebuah peran yang signifikan.
Terkecuali Caitlin, karakter lainnya praktis dijadikan sebagai tempelan alih-alih diberikan sebuah kepentingan. Jangankan merasakan apa yang dirasakan oleh tersangka "korban sosial" lain, memahami keputusan Lucas pun rasanya begitu kerdil selain mengetahui bahwa alasan semuanya adalah kematian sang kakak, yang bahkan tak serumah dengannya.
Miskinnya karakterisasi diikuti dengan kurang cakapnya Reddick dalam mengarahkan Don't Look Back yang tampil prematur setelah mengelimansi unsur horor dengan menggantinya sebagai another revenge movie yang menyimpan semuanya dikonklusi. Unsur religiusitas sesekali dipakai, yang bahkan dijadikan sebagai hint bagi dalang utama yang bukan sebuah kemustahilan bagi anda mengetahui tanpa memutuskan untuk menonton keseluruhan filmnya yang jauh dari kata mumpuni.
Medioker. Itulah kata yang mewakili keseluruhan Don't Look Back yang banyak melakukan creepypasta terhadap judul populer seperti I Know What You Did Last Summer (1997). Bedanya ini adalah versi jongkok dari sang pelopor. Setelah konklusi yang banyak dijadikan sebagai bahan FTV, Don't Look Back menegaskan kembali sebagai satu lagi film yang sebatas tampil tanpa adanya sebuah keinginan untuk terampil. Setidaknya, Kourtney Bell potensial untuk dijadikan sebagai generasi scream queen masa kini.
SCORE : 2/5
0 Komentar