Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MARIPOSA (2020)

Berangkat dari sebuah novel remaja, mudah menganggap Mariposa sebagai sajian yang hanya akan memenuhi segmentasi para remaja yang haus akan pemahaman soal cinta, cinta yang membuat tertawa dab cinta yang membuat buta. Selaku adaptasi cerita buatan Luluk HF, Mariposa jelas memiliki itu semua. Bedanya, filmnya dikemas ringan dan penuh warna tanpa memaksakan diri bergerak ke ranah kelam (meski kemungkinan itu bisa saja diterapkan) yang mana merupakan pilihan yang tepat bagi filmnya.
 
 
Remaja bernama asli Natasha Kay Looy atau kerap dipanggil Acha (Adhisty Zara) baru saja pindah ke SMA Arwana dikarenakan sesuai dengan keinginannya belajar kimia. Niat yang semula dicanangkan berubah tatkala Acha bertemu Iqbal (Angga Yunanda) pria dingin yang lebih mementingkan otak ketimbang cinta. Setidaknya, demikian ucap Amanda (Dannia Salsabilla) sahabat karib Acha yang selalu mengingatkannya tentang cinta. Namun, Acha tetaplah Acha, wanita yang enggan menyerah sebelum sepenuhnya kalah. Bagi Acha, Iqbal seperti batu keras, sementara Acha adalah air yang akan menetesi batu tersebut hingga pecah.
 
 
Romantika remaja SMA umumnya memang begitu, sementara Mariposa hadir tanpa membawa ambisi lebih selain setia terhadap jalur sederhana, yakni mendapat cinta. Keunggulan sederhana ini membuat Mariposa tampil gemilang berkat pembawaannya yang enggan terlampau serius, sementara sang sutradara, Fajar Bustomi (trilogi Dilan) memfasilitasinya dengan memberikan bumbu komedi yang akan menyulut tawa. Momen di perpustakaan dan "perjalanan kue keju Belanda" adalah bukti nyata keabsahannya.
 
 
Jika ditangani pembuat yang salah, karakter Acha memang menjengkelkan dan mengerikan. Ditulis naskahnya oleh Alim Sudio (Kuntilanak, Twivortiare, Chrisye) karakterisasi Acha dapat dimafhumi dengan sebentar saja mengingat ini adalah bentuk kepolosan remaja awal SMA dengan segala tingkat ke-halu-an-nya. Acha terus menggoda Iqbal dengan memberikan berondongan kata beralasan makna cinta, sementara Iqbal diam tak bergeming. Kondisi ini terus direpetisi, melahirkan sebuah stagnansi kentara yang bisa diterima berkat kehadiran Adhisty Zara.
 
 
Zara adalah pilihan sempurna untuk memerankan Acha, aktris muda bertalenta satu ini memang sulit diragukan keberadaannya. Sementara di lini pendukung, Ersa Mayori tampil mencuri perhatian, memerankan Kirana, ibu Acha yang amat tergila-gila oleh kultur budaya Korea. Bahkan sang ibu adalah Army (fans BTS) garis keras, membawa karakternya melakukan segala macam hal berbau Korea yang kerap berlangsung tak sempurna, sebutlah kala melakukan uji coba resep masakan Korea.
 
 
Disamping memberikan lahan cerita bagi romansa, kekakuan Iqbal rupanya dipicu oleh sang ayah (Ariyo Wahab) yang selalu menekannya untuk menjadi orang nomor satu di sekolah. Iqbal dituntut demikian agar ia bisa berkuliah di Inggris. Ini memberikan sebuah pemahaman terkait pribadi Iqbal yang bak sebuah sisi berlawanan dengan keluarga Acha yang selalu mendukung anaknya mendapatkan cinta, lain halnya dengan keluarga Iqbal yang begitu antipati dengan cinta.
 
 
Kekosongan alur sulit untuk dihindarkan, membuat perjalanan 117 menit durasi miliknya terlampau terlalu panjang untuk ukuran romansa remaja. Akibatnya, Mariposa kerap tampil terseok-seok setelahnya. Guna menebus kesalahannya, Fajar kemudian menjadikan perlombaan olimpiade sains sebagai tambahan pengisahan-yang mana ia jadikan sebagai ajang menambahkan ketegangan.
 
 
Hasilnya memang kerap tak berimbang, kemegahan perlombaan tak sepenuhnya tergambarkan, meski pemakaian quick-cuts selaku puncak perlombaan adalahan pilihan tepat meski menghasilkan resiko pusing berkepanjangan. Setidaknya, tata artistik milik filmnya senantiasa memberikan keteduhan pula ke-khasan dengan memasangkan warna pastel berupa kombinasi merah muda-biru yang kentara, baik itu lewat seragam sekolah, cat rumah hingga bungkus cireng sekalipun.
 
 
Memasuki konklusi, Mariposa terkendala dalam merangkum kisahnya, di mana tiga puluh menit akhirnya dijadikan sebagai lahan untuk memadatkan adegan pula memunculkan sebuah kesimpulan. Untungnya, Fajar kembali menghadirkan momen manis sebagai penutup kisahnya lengkap dengan iringan lagu sesuai kebutuhan yang mengalun memberikan pemaknaan. 
 
 
SCORE : 3/5

Posting Komentar

0 Komentar