Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

REVA: GUNA GUNA (2019)

Setidaknya, Reva: Guna Guna mempunyai deretan hantu “layak tonton” berkat tata rias Kiki Aston (Silam, Kuntilanak) dan Dicky Etto (Anak Hoki, Jaga Pocong) yang tak sekedar menabur bedak lalu membuat riasan asal jadi. Tiga hantu utamanya (Gemet Aresan, Jurig Jarian, Mak Bongkok) tampil dalam bentuk memadahi. Namun, sebuah film horor tak hanya dinilai dari sosok hantunya saja, melainkan turut berperan sebuah penceritaan yang menunjang kehadirannya. Dari sini, Reva: Guna Guna bermasalah.



Tepat di ulang tahunnya yang ke-21, Reva (Angel Karamoy) menjadi tersangka atas kasus pembunuhan keluarganya, kecuali sang ayah (Ferry Salim) yang tak menyangka bahwa Reva melakukannya. Pasalnya, Reva adalah sosok periang pula penyayang keluarga. Pun demikian dengan Reva yang menolak bahwa ia merupakan pelaku utama, ia kukuh bahwa mereka di bunuh oleh tiga hantu yang menyerang keluarganya.


Dengan cepat naskah buatan Aviv Elham (Alas Pati, Arwah Tumbal Nyai, Jaga Pocong) melayangkan kenyataan bahwa Reva mengidap manic depression. Keputusan itu disampaikan oleh sang psikolog, Dr. Karina (Wulan Guritno) yang kemudian mengirim Reva untuk melakukan proses rehabilitasi di sebuah rumah sakit jiwa pasca persetujuan pihak berwenang-yang ditampilkan sekilas nihil kedalaman.


Di rumah sakit jiwa Reva berada dalam pengawasan Nixon, diperankan oleh Marcelino Lefrandt lewat akting over-the-top-b-movie yang andai berada dalam jalur film tak serius akan tampil menyenangkan. Sayangnya, Reva: Guna Guna adalah film serius yang seiring berjalannya durasi, lambat laun terperosok ke sebuah jurang serius.


Ya, penggarapan Jose Poernomo (Gasing Tengkorak, Jailangkung, Silam) memang  tak seburuk karya sebelumnya. Tetapi, filmnya kerap menanggalkan realita yang sukar diterima. Ini sejujurnya dimulai ketika filmnya di buka lewat pemandangan sel penjara seadanya, semakin jauh filmnya melangkah, semakin berlipat pula kejanggalan (atau kebodohan) yang menerpa filmnya.


Namun, saya masih mengapresiasi ketika Jose tak menjadikan filmnya sebatas kompilasi jump-scare (meski beberapa diantaranya kerap tampil mengganggu) ada sebuah jalan menjadikan filmnya sebagai sebuah sajian thriller-psikologis mencekam lengkap dengan aksi kejar-kejaran yang mendebarkan. Itu terjadi, ketika Reva diselamatkan oleh sang sahabat, Devi (Pamela Bowie-yang menjadi satu-satunya pelakon terbaik) guna kabur dari rumah sakit jiwa. Dari sini saya hendak memuji filmnya-yang kemudian ternodai oleh penyakit utama bawaannya.


Ya, momen tersebut juga menampilkan kebodohan naskahnya kala Nixon yang digambarkan sebagai pengawas ketat nan kejam terkalahkan lewat trik murahan. Ketimbang memeriksa CCTV yang merupakan cara gampang menemukan Reva, ia malah memilih menyusuri setiap sudut rumah sakit yang berujung pada sebuah kegagalan. Karakterisasi penokohan filmnya patut dipertanyakan, namun apa gunanya menanyakan sebuah alasan terhadapa film yang kerap menanggalkan pemikiran?


Deretan jump scare-nya memang tak banyak, namun ketika Jose memunculkan hal tersebut ada sebuah kekosongan terkait adegan. Kesan seram yang dimiliki sang hantu seketika luntur ketika iringan musik pemekak gendang telinga hasil gubahan Joseph S. Djafar (Suster Keramas, Kain Kafan Hitam, Orang Kaya Baru) menyeruak masuk memunculkan sebuah gangguan. Gangguan ini lebih menyakitkan daripada luka tusukan Gemet Aresan yang memunculkan darah tetapi tak berujung merobekan pakaian.


Jose memang ingin menampilkan sebuah kesenangan yang kemudian melupakan sebuah kejelian terhadap detail adegan. Meski di sisi lain, ada sebuah intensi terselubung terkait kebersamaan Reva-Devi yang menyiratkan sebuah hubungan yang disajikan amat malu-malu, sementara ia dengan leluasa menangkap kemolekan tubuh Angel Karamoy yang patut dipertanyakan substansinya.


Konklusinya luar biasa kacau, keputusan Jose membuka sebuah twist terkait pelaku utama tampil konyol dalam sebuah adegan tak kalah konyol yang kena tanggung dalam memasukan unsur gore. Seketika naskahnya menampilkan sebuah kebodohan kembali yang patut untuk dipertanyakan pula ditertawakan. Dari sini saya mulai memikirkan apakah Reva adalah titisan Carrie atau Sri Asih?


SCORE : 1.5/5

Posting Komentar

0 Komentar