Sebagai sebuah origin story, Captain Marvel yang dijadikan ajang pemanasan sekaligus pembuka gerbang bagi superhero wanita terhitung sukses memberikan sebuah hiburan pemuas mata. Berbekal animo tinggi pula hubungannya dengan Avengers: Endgame menyulut sebuah ekspetasi tinggi yang tak terbantahkan-yang kemudian berujung pada sebuah kekecewaan karena sang sutradara Anna Boden-Ryan Fleck (Sugar, Mississipi Grind) tak menampilkan sebuah gelaran dahsyat meski tak lantas menjadikan filmnya sebagai sebuah kekecewaan. Captain Marvel masih memiliki hati pula emosi khas film keluaran Marvel Cinematic Universe (MCU).
Pasca Guardians of the Galaxy Vol. 2 yang memberikan kesenangan pula gemerlap dunia galaksi lengkap dengan momen menyentuh hati, maupun Black Panther yang membuka sebuah dunia baru di samping menggaungkan sebuah pesan mengenai empowerment dan Ant-Man and the Wasp yang bermain dengan skala kecil dan sarat akan kehangatan keluarga, Captain Marvel memunculkan sebuah pertanyaan terkait kejutan apa lagi yang akan dihadirkan MCU lewat sajiannya kali ini?
Sedari awal kita berkenalan dengan karakter tituler yang mengaku bernama Vers (Brie Larson) sebelum nantinya terkuak nama aslinya adalah Carol Denvers-yang merupakan anggota Starfoce, unit militer milik bangsa Kree, ras alien dari planet Hala, yang telah sekian lama terlibat perang dengan bangsa Skrull, ras alien yang dapat berubah wujud di bawah pimpinan Talos (Ben Mendhelson). Menit pembukanya langsung menghantarkan sebuah aksi penyerangan yang sebelumnya kita melihat Vers tengah dilatih di bawah pimpinan sang mentor, Yon-Rogg (Jude Law) yang selalu mengingatkannya agar ia tak selalu dikuasai oleh emosi-yang menurut dirinya merupakan pusat terlemah dalam melangsungkan peperangan.
Dalam sebuah misi penyelamatan mata-mata Kree, Vers dipercaya untuk menangani-yang kemudian berujung pada sebuah penculikan dirinya oleh bangsa Skrull-yang kemudian mengacak-acak memori Vers. Vers yang tidak bisa tinggal diam kemudian memberontak, melarikan diri ke sebuah planet yang bernama Bumi yang lantas mempertemukannya dengan agen S.H.I.E.L.D bernama Nick Fury (Samuel L. Jackson, dalam balutan teknologin de-aging memadai).
Dari Bumi-lah Captain Marvel menemukan sebuah pijakan baru kala sang sutradara menyentuh ranah buddy-cop-comedy lewat relasi Vers dengan Nick Fury yang tersaji menyenangkan. Obrolan kasual pula banter kalimat bernada humor tampil mengundang tawa yang dari sini turut menampilkan kapasitas Samuel L. Jackson dalam berkelakar (tentunya dalam wadah yang tepat) pula mematenkan seorang Brie Larson bahwa ia adalah aktris multitalenta yang selalu tampil meyakinkan, baik ketika bermain humor maupun bermain emosi.
Dari Bumi juga naskah garapan sang sutradara bersama Geneva Robertson-Dworet (Tomb Raider) membuka sebuah kenyataan atas diri seorang Carol Denvers lewat pertemuannya dengan sang sahabat, Maria Rambeau (Lashana Lynch) yang tersaji lemah berkat ketiadaan latar belakang memadai yang menghubungakan Carol Denvers dengan Maria Rambeau, pasalnya penonton tak benar-benar mengenal secara dekat sang sahabat, meski sebuah banter kalimat menyiratkan sebuah peristiwa penting bagi sang tituler karakter pula menjadi panggung atas performa kaya rasa sang pemeran utama.
Terkait penceritaan, Captain Marvel mungkin tak tampil menggugah, kecuali sebuah sekuen yang membuka sebuah twist yang tak terlalu mencengangkan andai anda telah menyaksikan Guardians of the Galaxy (2014). Kekuatan terbesar Captain Marvel adalah berkat para pelakonnya yang tampil meyakinkan. Selain Jackson dan Larson, kapan lagi kita bisa menyaksikan Gemma Chan dalam balutan riasan warna hijau sebagai salah satu anggota Kree-yang masih terlihat jelas paras cantiknya, atau kehadiran Goose, si kucing menggemaskan yang turut menjadi kunci penting sebuah peristiwa.
Gelaran aksinya meski tak berda pada taraf menggelegar (baca: standar) masih memberikan pemandangan memuaskan kala sebuah sekuen menampilkan kekuatan utama Captain Marvel yang penuh dengan kilatan demi kilatan memanjakan mata, memberikan sebuah pengalaman mengasyikkan kala menyaksikannya. Meski jika harus disandingan dengan film-film MCU lainnya kapasitas seorang Anna Boden-Ryan Fleck yang berangkat dari skena sutradara indie masih terlihat kerdil. Pekerjaan rumah mereka dalam menangani gelaran film berbudget tinggi tentu masih banyak. Namun, sekali lagi, sebagai sebuah origin story pula sebuah pengenalan, Captain Marvel terhitung sukses dalam menjalankan tugasnya. Demikian halnya dengan pesan terkait pemberdayaan wanita.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar