Berbeda dengan Krrish (2006) maupun dwilogi Robot, Bhavesh Joshi Superhero mengedepankan unsur realis dalam penuturannya, membawa penonton pada sebuah origin story sang superhero. Serupa Batman Begins (2005), kita pun mendapati sang protagonis merancang kostum sendiri dengan bahan bekas pula seadanya. Dari sini motivasinya kuat, berdiri sendiri melawan ketidakadilan pemerintah terhadap masyarakat-yang membawa filmnya menyentuh ranah sosial. Menghukum mereka yang tak menaati aturan, demi terciptanya sebuah keadilan pula kedamaian. Saya menyukai motivasi ini, namun bagaimana cara Bhavesh Joshi Superhero menerapkannya?
Tiga sahabat yang terdiri dari: Bhavesh Joshi (Priyanshu Painyuli), Siku (Harshvardhan Kapoor), dan Rana (Nishikant Kamat) tengah berkumpul menceritakan kejengahan mereka terhadap pemerintahan korup yang tengah berlangsung. Rana amat mencintai superhero, dari sanalah tercetus sebuah ide "menegakkan keadilan", yang perlahan mereka lakukan dari hal yang terkecil yang juga turut membuka sebuah konten bertajuk "Insaaf Tv". Du pembasmi "Insaaf" kian menyebar di penjuru India dengan aksi nekat mereka dalam menegakkan keadilan, yang tentunya memecah belah sebuah pro dan kontra terkait "main hakim sendiri".
Sutradara Vikramaditya Motwane (Udaan, Traped) membawa penonton perlahan ke sebuah konflik yang nantinya akan membesar. Pada sebuah kesempatan kita melihat duo Insaaf memberhentikan sebuah pengendara yang mengambil jalur satu arah, mempublikasikan video-nya dengan menggunakan topeng-yang berujung pada sebuah pukulan yang menimpa mereka. Dari sini saya mempertanyakan intensi terkait adegan tersebut, perlukah cara demikian guna menegakkan keadilan? Adakah cara lain yang lebih sopan ketimbang membahayakan nyawa diri sendiri?
Perlahan tapi pasti, Bhavesh Joshi Superhero mulai berjalan ke sebuah poin terpenting filmnya terkait "penyalahgunaan saluran air", dari sini kita tahu akan ada karakter yang meregang nyawa berkat aksi nekat pula tuduhan seenaknya. Titik balik ini menbawa kita pada sebuah pembalasan sang sahabat, menampilkan Harshvardhan Kapoor dengan persona yang sudah memenuhi standar superhero dengan topeng pula kharisma yang dimilikinya. Sayang, naskahnya urung memberi panggung sempurna bagi ia dalam menampilkan sebuah baku hantam yang proporsional.
Ya, selama satu jam lebih dari total durasi 153 menit, filmnya urung menampilkan sebuah adegan laga. Naskah garapan Vikramaditya Motwane, Anurag Kashyap dan Abhay Koranne terlalu sibuk memasukkan unsur lain di tengah isu sosial yang dikedepankan. Menolak lupa bahwa Bhavesh Joshi Superhero adalah film pahlawan, dua poin ini sejatinya urung berada pad titik yang maksimal, ini pula mengapa semuanya tampil prematur.
Kesalahan yang cukup fatal menjangkit Bhavesh Joshi Superhero adalah inkonsistensi dalam eksekusi. Babak pertama memberikan sentuhan isu sosial yang sesekali menaburkan bumbu comedy-yang gagal terpenuhi. Paruh kedua dari Bhavesh Joshi Superhero masuk ke ranah kelam yang menghadirkan sebuah tonal jump kasar dalam hal pengadeganan.
Saya masih bisa menikmati beberapa adegan laganya, meski tak berada dalam taraf yang memuaskan. Bukan berarti adegan laganya buruk, melainkan pengambilan gambarnya gagal memberikan rasa yang nyata. Alhasil, terjadilah kecanggungan yang memberikan sebuah dampak yang cukup signifikan. Mengenai konklusi, filmnya ditutup begitu terburu-buru, menyadari bahwa kuota durasi telah menipis, Bhavesh Joshi Superhero merangkum semuanya sedemikian cepat dan sempat menyelipkan sebuah kisah Icarus dalam sebuah dialognya. Entah disadari/tidak saya merasa Bhaves Joshi-lah si Icarus itu.
SCORE : 2.5/5
0 Komentar