Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

TAU (2018)

Entah berpa banyak film yang mencoba memadukan kecerdasan teknologi sebagai penunjang kehidupan. Selain sebagai bentuk kemajuan teknologi, film semacam Tau memang kerap dieksplorasi pula dieksploitasi. Hingga kala sang sutradara tak benar-benar menampilkan sebuah pembawaan yang benar-benar baru, sangat rawan untuk film bertema "kecanggihan teknologi" jatuh begitu saja tanpa menghasilkan sebuah taji. Tau, sayangnya termasuk ke dalam jenis ini.

Seorang wanita bernama Julia (Maika Monroe) tiba-tiba mendapati dirinya berada di sebuah ruangan gelap pasca melakukan sebuah pencurian guna ditukar kepada seorang penadah. Ia tak sendiri, ia bersama subyek 1 dan 2 harus berjuang keluar dari sebuah ruangan yang sarat akan kecanggihan teknologi sembari mencari jawaban terhadap keberadaannya berada di sebuah sel dan ditanami sebuah chip di belakang lehernya.
Ternyata, Julia adalah subyek 3 dari sebuah percobaan yang tengah dilakukan Alex (Ed Skrein). Entah apa yang akan direncanakan karena kurangnya karakterisasi lebih dari karakter Alex yang hanya sebagai seorang pria necis yang melakukan sebuah percobaan penting dan menyerahkan semua tanggung jawab kebutuhan hidup kepada sebuah server AI (Articifial Intelligence) bernama Tau (disuarakan oleh Gary Oldman), sebuah server buatan yang memiliki kecerdasan tinggi pula multitalenta, siap sedia mengerjakan apa saja yang diperintahkan sang pencipta.
Naskah garapan Noga Landau bergerak ke ranah sci-fi thriller yang menyerahkan tampuk penceritaan utama seorang Julia yang berusaha melarikan diri. Itu saja, tak lebih. Pun menilik hasil akhir dari sutradara Federico D'Alessandro pun tak mempunyai cukup banyak elaborasi lebih, hanya sebatas usaha melarikan diri dan menyetujui bahwa Julia adalah seorang final girl.
Ada usaha menyelipkan pesan berupa "keseimbangan" antara kehidupan dan teknologi yang gagal tersaji berkat kurang cakapnya Alessandro merangkai pengadeganan. Usaha yang dilakukan Alessandro dalam merangkai adegan hanya sebatas sambil lalu, nihil sebuah dampak kecuali sebagai pemuas mata dan sarana hiburan saja. Segi artistiknya cukup menjual, bermodal sebuah ruangan rumah tapi mampu dimanfaatkan berkat kepiawaian dari pergerakan kamera Larry Smith yang kental nuansa gelap kemerahan.
Berbicara mengenai konklusi tak ada sebuah sesuatu yang spesial, sebuah penebusan yang terlampau lumrah dan mengikuti pakem kebanyakan. Saya tahu, tak perlu mengharapkan banyak dari Tau,-namun sulit menampik bahwa di tengah banyaknya film serupa yang mulai menanggalkan kualitas di atas rata-rata, Tau merupakan sebuah sajian yang di bawah rata-rata.
SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar