Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GENTAYANGAN (2018)

Gentayangan adalah film yang jujur. Jujur di sini berati "pasrah" akan segala kekurangan yang baik disengaja maupun tidak ia memang percaya diri menampilkan kualitas bobrok yang dimiliki. Tak ayal, jika Gentayangan patut untuk dirayakan, ditonton bersama orang banyak guna menciptakan gelak tawa berjamaah yang tiada tara. Sungguh kenikmatan yang sulit untuk di dustakan jikalu menyaksikan Gentayangan yang sungguh brilian dalam menghidupkan saraf tawa di tengah filmnya yang tak bernyawa.

Salam Hormat saya hantarkan kepada sang maestro horror kelas B asal bollywood yang dengan percaya dirinya memperlihatkan tali penarik leher Ronny P. Tjandra dengan begitu jelas. Saya tak ingin mencaci, cukup memaklumi kinerja Shyam Ramsay (Purana Mandir, Veerana, Darwaza), menganggapnya sebagai hiburan, mengesampingkan sejenak fakta bahwa ini adalah film, saya menganggapnya sebagai sajian behind the scene pembuatan film berjudul Gentayangan ini.
Dikisahkan Abimanyu (Baim Wong) yang dengan sangat terpaksa memboyong keluarganya untuk pindah ke Hotel Kaki Langit yang merupakan aset peninggalan sang orang tua satu-satunya pasca bisinisnya dilanda bangkrut. Tidak butuh waktu lama untuk Abimanyu beserta keluarga diteror hantu gentayangan tersebut, sebuah teror yang sangat jelas terinspirasi dari Hotel Overlook milik The Shinning (1980).
Masalah finansial Abimanyu tak menemui jalan keluar. Ini yang saya suka dari naskah garapan Adi Nugroho (Kuldesak, Jelangkung, Ruang) yang membuat Abimanyu untuk tak meninggalkan hotel. Diperkuat dengan sebuah larangan pergi dari pihak kepolisian pasca peristiwa berdarah terjadi di Hotel itu, menyediakan sebuah alasan yang logis guna terciptanya sebuah teror yang meski tampil murahan terasa kuat dan kokoh.
Triknya sendiri medioker, Shyam siap memborbardir telinga penonton dengan dentuman keras musiknya ditambah penampakannya yang sekedar setor muka dan hilang begitu saja. Di beberapa adegan terornya sendiri cukup kreatif, sebutlah "bola kepala" atau "hantu yang menarik lewat belakang". Ketiadaan timing yang pas menyulitkan terciptanya sebuah intensitas kadar kengerian.
Lagi dan lagi, Shyam membiarkan para pemainnya bertindak sekarep dewek, yang paling vital terlihat cringey-nya adalah performa Jelita Callebaut memerankan adik dari Abimanyu yang mengawali debut yang kurang jelita meski tuntutan untuk tampil menderita datang menjera. Sang aktris sangat kaku dalam berakting, termasuk kala ia dituntut berteriak kala melihat hantu yang terasa jelas sekali dibuat-buat. Sehingga dengan secara tak sengaja menutupi kurangnya performa dari Nadine Alexandra sebagai istri Abimanyu.
Mengikuti kapasitas Jelita, Haydar Salishz yang memerankan Arman tampil memukau lewat performa sekaku kayu kala ia tersungkur ke sebuah meja, berteriak lantang dengan datar "Siapa di situ?". Tak butuh waktu lama kekonyolan turut diikuti Brianna Simorangkir sebagai Kania, kekasih Arman, berteriak "Ada orang di sini? Ada orang di situ? Nggak kelihatan tuh. Jangan...jagan hantu" sungguh sebuah materi yang luar biasa mengalahkan meme sekalipun.
Sementara itu, Baim Wong berusaha keras menghidupkan karakter, memberikan sebuah nyawa dari film yang tak bernyawa. Kegigihannya patut diapresiasi meski berujung pada sebuah momen yang sama halnya dengan kondisi diatas. Sungguh sebuah kenikmatan tiada tara menyaksikan sebuah kekacauan yang menampilkan hiburan.
SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar