Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

BASED ON A TRUE STORY (2017)

Setiap penciptaan karya seni yang bersifat fiktif bersumber dari kejadian nyata yang pernah kita lihat atau kita sendiri yang menciptakan. Based on a True Story berbicara demikian, menampilkan seorang novelis terkenal yang mengalami writer's block, seorang wanita bernama Delphine (Emmanuelle Seigner), pasca kesuksesan buku pertamanya. Di tengah kebuntuan yang dialami hadirlah seorang penggemar, ia adalah Elle (Eva Green) yang langsung mengikat atensi Delphine terhadapnya. Tak butuh waktu lama untuk mereka menjalin sebuah tali persahabatan yang begitu dekat.

Ya, Delphine membiarkan Elle tahu kata sandi komputernya, membocorkan sebagian tulisan yang hendak ia jadikan novel bahkan mengizinkan Elle untuk tinggal sementara di rumahnya. Kolaborasi Roman Polanski (The Pianist, Chinatwown, Rosemary's Baby) bersama Olivier Assayas (Clouds of Sills Maria, Personal Shopper) memang terasa familiar,-namun siapa sangka mereka dapat menciptakan sebuah proses yang benar-benar relevan pula konsisten sepanjang durasi bergulir.
Based on a True Story menampilkan sebuah relasi manusia terhadap karya seni yang acap kali membuatnya tenggelam, lupa akan sebuah realita. Hingga kemudian filmnya mulai berjalan menuju slow-burn thriller yang acap kali tampil kala menuju third-act. Sesekali musik garapan Alexandre Desplat menemani, menekankan sebuah situasi, menyulut sebuah tensi terhadap relasi keduanya yang terinjeksi kesamaan pribadi.
Dalam eksekusinya, Polanski memang acap kali mengendor, tapi kala ia menaikkan tensi, ketegangan seketika tersulut kembali. Satu hal pasti, Polanski gemar bermain sebuah ekspetasi yang mana melucuti eksistensi kala menontonnya. Eva Green adalah sumber penarik intensitas, dan Polanski sadar betul akan hal itu, eksploitasi berupa pengambilan wajah Elle kala dengan cepat bisa berada di mana saja menciptakan sebuah scary factor yang menambah pondasi situasi.
Alhasil apa yang dicapai oleh Based on a True Story sangatlah berimbang, Polanski memang acap kali menyoroti usaha karakternya dalam bermain terlampau lambat, pula sesekali menekan sebuah kecepatan. Sulit memang untuk terasa terikat secara langsung pula sulit untuk menyangkal bahwa filmnya begitu mampu mendorong kita pada sebuah misteri yang ingin terpecahkan.
Menuju konklusi, kita tahu terdapat sebuah twist yang jika anda familiar dengan karya Polanski maupun Assayas dapat terendus aromanya sedari awal. Ini memang bukanlah sebuah hasil akhir yang menjadi bagian terpenting, -namun bagaimana sebuah ketenaran menciptakan tekanan, karya menekan realita, serta inspirasi yang menekan sebuah observasi. Pun hasil akhirnya kembali melontarkan sebuah pertanyaan "bukankah sebuah karya seni terinspirasi berdasar sebuah kejadian nyata?" Inilah yang kita sebut sebuah seni yang mengimitasi realita yang bisa saja berbanding terbalik kala realita mengimitasi sebuah seni.
SCORE : 3.5/5 

Posting Komentar

0 Komentar