Teringat
jelas ketika diingatan ketika masa kecil saya sering menghabiskan
Minggu pagi dengan menonton kartun favorit. Memang hal tersebut jelas
dinanti pula digemari sanu bari. Menontonnya sendiri menciptakan sebuah
refleksi tanpa harus memikirkan durasi yang berjalan singkat (kurang
lebih 30 menit). Teen Titans Go! To The Movies bakal melemparkan ingatan masa kecil, terlebih untuk orang yang selalu menyempatkan diri menonton kartun Minggu pagi.
Ya, nuansa yang diusung oleh Teen Titans Go! To The Movies hanyalah keping-keping kesenangan yang dengan senang hati saya nikmati. Mengetengahakan kisah Robin (Scott Menville) yang penuh tanda tanya mengapa kisahnya tak dibuatkan film?. Superman mempunyai film, Batman pun demikian. Belakangan pula Wonder Woman dan Aquaman pun dibuatkan film. Ini yang menggiring Robin untuk menyandangi kediaman Jade Wilson (Kristen Bell) sang penggarap film superhero. Kedatangan Robin disambut tak baik setelah ia diusir dari premiere film Batman karena tak masuk dalam catatan pula bukanlah sebagai superhero tenar. Jade Wilson mengutarakan bahwa superhero sejati harus memiliki musuh bebuyutan.
Tentu, mendengar hal demikian membuat para sahabat yang tergabung dalam kelompok Teen Titans: Cyborg (Khary Payton), Starfire (Hynden Walch), Raven (Tara Strong), dan Beast Boy (Greg Cipes) mencari sebuah musuh bebuyutan pasca membuatkan film yang dianggap Robin sebuah hal yang konyol. Maka sambutlah Slade alias Deathstroke (Will Arnett), sosok villain yang mirip Deadpool dengan kekuatan manipulasi pikiran. Di sini lah upaya para Teen Titans untuk membuktikan bahwa mereka layak untuk diterima, tak hanya sebatas bergurau dan bergurau, dan tentunya mewujudkan mimpi yang ingin terkabul yakni dibuatkan film khusus tentang mereka.
Pondasi utam filmnya adalah mengambil salah satu episode musim kedua Teen Titans Go! Yang berjudul Let’s Get Serious! di mana pada taraf ini para Teen Titans memainkan sebuah persepsi bahwa superhero tak melulu bergurau dan bergurau. Harus serius, harus tragis. Ini pula yang dimainkan oleh duo Peter Rida Michail-Aaron Horvath sang produser serialnya dan bertindak sebagai sutradara. Menyusun slot durasi guna menciptakan sebuah kesan have fun yang tiada tamding lewat lelucon meta yang mengolok-olok kisah superhero DC pula saingan sejawatnya Marvel. Tak hanya itu saja, kegemaran Stan Lee yang sering tampil sebagai cameo film Marvel pun turut disinggung.
Ini yang membuat filmnya terasa jujur pula mengasyikkan. Teen Titans Go! To The Movies mampu melebur penat dengan unsur comedy-nya. Memang tak tergolong pintar-lebih medioker malahan. Film mana yang menyajikan kentut serta buang air besar sebagai bahan tertawaan? Receh memang. Namun, demikianlah tujuann filmnya, pun berkat semuanya saya pun dibuat menyunggingkan senyum lepas kala menontonnya.
Mengisi slot demi slot durasi sebagai ajan untuk bersenag-senang, Teen Titans Go! To The Movies memang ditujukan untuk para penonton anak-anak. Itu sebuah hal yang pasti, terlebih mereka dapat memawa bekal sebuah pesan terkait persahabatan. Selaras dengab hal itu pula penonton dewasa akan dilemparkan pada sebuah memori kala menonton animasi Minggu pagi, yang bedanya ini tak berlangsung selama 30 menit ditengah tambahan sebuah lagu bertajuk Upbeat Inspirational Song About Life yang selalu mengendap di kepala.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar