Entah
itu sebagai tontonan sehari-hari atau bukan, mendapati voice over
berupa penggalan lirik "Aaanak Betawiiii.." pasti memori anda langsung
terbawa pada salah satu tontonan televisi bertajuk Si Doel Anak
Sekolahan (1994-2003). Bagi penggemar setianya, mendapati rilisnya film
ini adalah sebuah ajang nostalgia tersendiri, terlebih dengan jajaran
pemain yang masih sama memerankan
karakter masing-masing, Si Doel The Movie jelas akan melepaskan dahaga
mereka. Namun, bagi saya yang sama sekali tak mengikuti sinetronnya sama
sekali, jangan khawatir anda tak akan kebingungan mencerna filmnya
sendiri.
Ya, Rano Karno sebagai sutradara yang juga
merangkap sebagai penulis naskah (sebelumnya telah menulis naskah Satu
Jam Saja dan Anak-Anak Malam) memberikan sebuah penjelasan terkait poros
cerita yang disajikan lewat dialog karakternya yang bukan sebatas asal
masuk belaka-namun turut menguatkan ceritanya. Seperti dalam salah satu
dialog, Sarah (Cornelia Agatha) menjelaskan mengapa ia meninggalkan Doel
pada 14 tahun yang lalu. Kita diberi kejelasan yang terikat olehnya.
Pun sama halnya dengan bahasa visual yang Rano Karno gunakan pada saat
Koh Ahong (Salman Alfarizi) melirik Zaenab (Maudy Koesnaedi), ketika Mak
Nyak (Aminah Cendrakasih) bertanya, mengapa ia belum menikah? Penonton
awam dapat menangkap khusus adanya perasaan khusus Koh Ahong kepada
Zaenab.
Seperti yang telah saya singgung di atas, mendapati
para karakternya masih sama seperti dahulu adalah sebuah ajang nostalgia
yang sangat ampuh, dari awal kita diperlihatkan aksi kocak dari Mandra
(Mandra) yang memanasi Atun (Suti Karno) ketika diajak oleh Doel (Rano
Karno) ke Belanda guna mengantarkan barang pesanan Hans (Adam Jagwani).
Lengkap dengan mulut dower serta tingkah polahnya yang ceplas-ceplos,
Mandra adalag motor penggerak komedi utama Si Doel The Movie kala kita
disuguhi konflik cinta segitiga yang sudah kita tahu dari sinetron
maupun trailer-nya.
Kepergian Doel ke Belanda membuat Zaenab
resah tak kepalang, pasalnya Zaenab takut Doel menemui Sarah. Zaenab
masih sama seperti dahulu, masih wanita yang lembut dan tegak namun
penuh dengan kecemasan, hal itu ditampilkan secara natural oleh Maudy
Koesnaedi yang dalam salah satu adegan sedang menunggu balasan chat dari
Doel yang belum juga memberi kabar. Dari raut wajahnya pun kita dapat
menilai bahwa Zaenab dikuasai rasa cemas.
Konflik sentral
pun hadir, Doel bertemu dengan Sarah di Tropenmuseum. Pemilihan
lokasinya sesuai. Museum adalah tempat disimpannya artefak masa lalu
agar tak terlupakan, sebagaimana hal tersebut terjadi pada Sarah yang
sulit untuk melupakan Doel. Mungkin benar apa yang dikatakan Mandra,
Doel adalah orang primitif yang menyukai masa lalu, atau seperti para
pengunjung lain yang menghargai sebuah memori. Interaksi keduanya kala
bertemu pun masih diam satu sama lain, namun begitu bergejolak di dalam.
Disinilah ketepatan Rano Karno memainkan emosi para penonton, memang
tak begitu berada di puncak namun ampuh menyulut atensi, terlebih ketika
Doel bertemu dengan Dul (Rey Bong), anaknya.
Si Doel The
Movie merupakan kelanjutan tongkat estafet sinetronnya, wajar konflik
memang masih berkutat pada kisah "cinta segitiga" yang kemudian akan
memunculkan sebuah pertanyaan tersendiri terkait "Siapa yang akan di
pilih Doel?". Walaupun demikian tak seberapa mengikat, mengingat
semuanya masih berjalan sebagai "tahap pengenalan" kembali. Namun siapa
yang akan menolak untuk tak larut dalam rasa maupun air mata kala momen
di kereta api, menampilkan Doel dan Sarah saling bertukar kalimat
perpisahan sembari menunggu kereta melaju? Ditemani lagu Selamat Jalan
Kekasih dari Wizzy, momen tersebut adalah sebuah puncak yang paling
membuncah.
Cornelia Agatha kembali lagi bermain peran pasca
12 tahun sejak Jatuh Cinta Lagi. Pesona sang aktris masih sama seperti
dahulu, sehingga dialog biasa nan klise seperti "Aku yang salah"
terdengar emosional berkat kepiawaian sang aktris dalam mengolah rasa.
Pun demikian dengan Rano Karno yang dalam diamnya si Doel begitu
bergejolak di dalam. Si Doel The Movie adalah sebuah nostalgia yang
manis-meski tak seberapa intens berkat kepiawaian Rano Karno,
mise-en-scene ketika Sarah dan Dul berada di belakang Doel adalah sebuah
pemandangan yang kaya rasa, mengajak penonton guna menyelami isi
pikiran Doel yang tengah kusut. Jelas hal tersebut menghasilkan
nostalgia tersendiri. Namun untuk sekarang, hal tersebut di rasa cukup.
SCORE : 3/5
0 Komentar