Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

MUNAFIK 2 (2018)

Munafik (2016) adalah salah satu horor asal Malaysia yang sukses memberikan sebuah impact seusai menontonnya, terlebih mengenai ceritanya yang memang biasa namun mempunyai sebuah gambaran personal terhadap khalayak disamping sajian horor dengan salah satu adegan ruqyah yang begitu mengasyikan pula menyeramkan kala Iblis mampu melafalkan bacaan ayat suci. Dua tahun berselang, sekuelnya dirilis-tentu dengan bujet yang lebih besar (RM 2,8 juta, sedangkan film pertamanya RM 1,6 juta). Tentu filmnya sendiri lebih besar jika ditengok dari trailer-nya. Pun demikianlah tujuan utama Syamsul Yusof sang produser (turut merangkap sebagai sutradara, penulis naskah, penata efek visual, pengisi soundtrack pula sebagai aktor utama).

Ceritanya sendiri masih mengenai Ustaz Adam (Syamsul Yusof) yang pasca kejadian dua tahun di film pertama ia masih dihantui bayangan masa lalu yang kerap membayanginya juga sekelebat makhluk supranatural yang kerap mengganggunya. Memang Adam belum sepenuhnya tenang, namun seiring berjalannya waktu ia kemudain berniat untuk menolong Sakinah (Maya Karin) wanita asal kampung sebelah yang mendapati para orang sekitarnya menganut kepercayaan sesat, yang menyimpang dengan ajaran Allah dan Nabi Muhammad.

Upaya untuk menolong Sakinah tidaklah mudah, Adam dihadapkan pada salah seorang yang mengaku sebagai Tuhan, Abu Jar (Nasir Bilal Khan) namanya. Abu Jar tak segan membunuh bahkan menyiksa para penduduk yang tak patuh pada ajarannya dan bahkan "mengkafirkan" para penduduk yang tak taat padanya. Sungguh mengerikan memang, terlebih sosok serupa Abu Jar gampang kita temui di dunia nyata, termasuk di negeri ini-dimana agama dijadikan sebagai kedok guna meraup nikmat duniawi ketimbang sebagai ajakan untuk senantiasa menjalankan perintah kepada Sang Maha Kuasa.

Abu Jar adalah sosok yang dengan senang hati penonton benci. Dan semua itu tak lepas dari performa over-the-top dari Nasir Bilal Khan yang sukses menghidupkan sosok Abu Jar begitu menyebalkan meski jika ditilik dari penokohanya sendiri tidaklah begitu berkembang. Ya, Abu Jar memang sanggup menebar kebencian penonton, namun modus operandi yang dilakukan Abu Jar tak begitu memfasilitasi karakternya bahkan terkait latar belakangnya pun urung untuk dipaparkan lebih lanjut, yang mana akan terasa lebih kompleks. Serupa dengan karakter Abu Jar, Sakinah pun demikian. Yusof sebatas menampilkan karakter utamanya untuk menjalankan misi tanpa kita tahu lebih dekat seperti apa kehidupannya.

Alhasil apa yang dilakukan oleh Yusof sendiri hanya berjalan di ranah kognitif bukan afektif. Kita masih mendapati bagaimana Ustaz Adam melawan ajaran yang membelot dengan ayat suci sebagai kekuatannya menegakkan keadilan-pun sama dengan ancaman lain berupa orang munafik yang selalu menghalanginya. Memang Munafik 2 mempunyai cerita yang lebih kompleks pula menantang, namun ia sendiri tak mempunyai cukup daya untuk menyokong kedua hal terkait unsur religiusitas yang mana sangat kental sekali dalam film ini juga horor sebagai genre utamanya yang membuat filmnya saling berdistraksi satu sama lain.

Mengenai tekniknya sendiri Yusof masih berkutat pada unsur medioker, dimana scoring berisik mengiringi penampakan yang nyaris tiada henti. Berulang kali saya terperanjak duduk dikursi. Bukan berarti filmnya seram, melainkan saya terlalu lelah terus digedor penampakan demi penampakan pula skoring berisik miliknya. Pun mengenai isu seputar dakwah, berulang kali karakter utamanya teriakan secara lantang, penuh teriakan dan tentunya berkutat pada siapa yang paling sesat. Ya, demikianlah film ini terasa begitu melelahkan disamping repetisi yang terus dipaju pula dipakai.

Hingga konklusi pun hadir yang turut mengaitkannya dengan film pertamanya yang muncul secara tiba-tiba guna mewadahi sebuah twist yang terasa sangat kasar untuk dijejalakan pada paruh akhir. Saya belum menyebut film ini kental akan unsur yang kerap menyalahi logika pula dramatisasi berlebihan. Terkait pihak kepolisian yang tak kunjung menangani kasus yang memakan banyak korban patutlah untuk dipertanyakan pula ketiadaan informasi mengenai "ajaran sesat" tersebut tak sampai terdengar pihak yang berwenang. Pun tak adanya ponsel juga perlu dipertanyakan atau jarak antara rumah Ustaz Adam ke kampung sebelah yang terkadang dekat, terkadang jauh. Saya yakin semua jawaban tersebut hanya bisa dijawab oleh Syamsul Yusof sendiri yang pasca film pertama berada di puncak film keduanya sendiri bak sebuah usaha terjun bebas.

SCORE : 2.5/5

Posting Komentar

0 Komentar