Track
record film horror yang jamak kita temui adalah berupa unsur entitas
jahat seperti iblis atau roh gentayangan. Biasanya, sedaru durasi
bergulir film horror kerap memancing bulu kuduk berdiri dengan sebuah
tragedi yang acap kali menggunakan hukum kaukalitas atau literatur
lainnya berupa pelanggaran sebuah larangan. Hereditary tak memiliki
keduanya sebagai pembuka sebuah film
horror. Ketimbang bermain lewat sebuah penampakan, Hereditary
menampilkan sebuah obituary atau berita kematian, yang mana ini adalah
sebuah cara baru guna memancing sebuah kengerian.
Filmnya sendiri menyoroti keluarga Graham, di mana mereka baru saja ditinggal oleh sang nenek, Ellen. Annie (Toni Collete) tengah bersiap menghadiri pemakaman sang ibu, Annie memang mengakui hubungannya dengan sang almarhum tak begitu dekat. Sang ibu menderita penyakit psikologis yang memunculkan sebuah perilaku aneh yang sulit untuk dipahami. Sang adik, menderita skizofernia lalu meninggal bunuh diri. Dapat disimpulkan Annie menanggung beban yang sudah sulit untuk dipikul. Sang anak, Charlie (Milly Saphiro) terlihat murung dan tampak ada sesuatu yang aneh tergambar dari raut wajahnya. Ketika sang kakak, Peter (Alex Wolff) sibuk dengan segala rupa tetek bengek remaja (baca: menghisap ganja) kebiasaan Charlie lain daripada yang lain, yakni mengoleksi tubuh dari bangkai burung sebagai hobinya.
Perlu ditekanakan, Hereditary bukanlah film berjalur lurus, ini adalah film dengan slow burn yang mana bukanlah film horror konvensional, minim jump scare pun demikian dengan penampakan. Sutradara debutan, Ari Aster memilih jalur lain sebagai penyulut rasa takut, yang mana menurut saya adalah sebuah tindakan yang patut untuk di apresiasi. Saya yakin anda bakalan terngiang dengan scoring yang diolah oleh Colin Stetson ini, begitupun dengan saya yang selalu terngiang dengan suara tersebut yang mana menciptakan sebuah dampak yang luar biasa pasca menontonnya. Pun demikian, trik ini sangat ampuh menimbulkan sebuah kengerian dibandingkan scoring serampangan yang jamak melekat pada film horror.
Jika anda bertanya kepada saya apakah Hereditary mengerikan? saya akan menjawab "Ya" ini adalah film yang mengerikan yang pernah saya tonton. Ari Aster memang jarang membuat sebuah gebrakan dalam filmnya, namun sekali muncul mampu menciptakan nuansa ngeri sekaligus ketakutan yang mendalam pasca menontonnya. Saya sebut adegan selepas pulang dari sebuah pesta adalah sebuah gebrakan pertama, yang mana membuat saya ternganga sekaligus bergidik ketakutan, diperparah lagi dengan kamera menyoroti selepas kejadian tersebut, Sungguh pengalaman yang sangat menakutkan.
Kita tahu keluarga Graham memang bermasalah, Steve (Gabriel Byrne) raut wajahnya menanggung beban yang berat, begitupun Annie, berkat kinerja luar biasa dari Collete sosok Annie begitu mewakili sebuah kecemasan yang bercampur dalam duka dan ketakutan. Charlie untuk ukuran anak kecil jauh dari kesan periang, sementara Alex dibayangi ketakutan. Naskah yang juga ditulis oleh Aster jelas mewadahi semuanya, memberikan porsi lebih bagi karakternya untuk mengeksplor lebih dalam tataran rasa. Pun, sedari film berjalan kita akan tahu makna judul Hereditary sebenarnya.
Jika kamu sangat jeli memperhatikan setiap aspek dari film ini yang mana Aster sebar lewat benih-benih berupa simbol maupun pekerjaan Annie sebagai seorang miniaturist artist, akan timbul sebuah kepuasan tersendiri. Aster begitu jeli menebar benih yang kemudian tersusun sangat rapi ketika third-act perlahan mulai terjawab, menampilkan sebuah shocking moment, aneh, creepy and disturbing menghasilkan sebuah dampak yang tak hanya sambil lalu. Selepas menonton, momen serta simbol dari film ini begitu terngiang, membuat saya susah untuk memejamkan mata ketika hendak tidur. Hereditary punya impact yang kuat pasca menontonnya, pun demikian dengan daya cengkeram yang di suguhkan oleh Aster sewaktu durasi bergulir.
SCORE : 4.5/5
0 Komentar