Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

TRUTH OR DARE (2018)

Truth or Dare adalah Final Destination yang serba tanggung, punya setumpuk permainan maut namun terlalu ciut. Ya, premisnya memang menarik mengenai sekelompok remaja yang tengah berlibur dan memainkan permainan truth or dare yang tanpa mereka sadari menggiring mereka ke sebuah jurang kematian. Pertanyaannya, bagaimana cara sang sutradara menampilkan semua kejadian tersebut?

Semua berawal pada sebuah liburan ke Meksiko, sekelompok anak muda atau lebih tepatnya remaja memang gemar mencari kesenangan, hingga kala mereka mengajak Olivia Barron (Lucy Hale) yang awalnya menolak harus diwujudkan, karena kita tahu tokoh Olivi adalah si kompas moral sekaligus kandidat terkuat "final girl". Liburan yang awalnya menyenangkan berubah mencekam pasca Olivia manut saja diajak oleh seorang lelaki misterius bernama Carter (Landon Liboiron), pria yang baru saja ia kenal-yang kemudian mengajak mereka ke sebuah reruntuhan gereja tua guna bermain truth or dare.

Disinilah semuanya bermula menimpa para sekelompok anak muda terjebak pada sebuah permainan maut. Opsinya begitu menarik jika di filmkan, jika mereka memilih truth maka akan merusak persahabatan mereka, sebaliknya, jika mereka memilih dare maka tantangan maut mesti dijalankan guna menghindari kematian. Namun sutradara Jeff Wadlow (Kick-Ass 2) kurang bernyali mengedor batas rating PG-13 untuk tampil menarik pula mencekam. Mayoritas ancaman hingga kematian para karakter terlampau ciut, semua tak digambarkan secara gamblang di layar.

Ancaman berupa tangan di pukul palu hanya menghasilkan lecet, atau mata tertusuk bolpoin hanya ditampilkan darah yang merebes dari balik pintu. Ya, seperti yang telah saya singgung diatas Truth or Dare terlalu ciut untuk tampil, pasalnya naskah garapan sang sutradara bersama sang isteri, Jillian Jacobs berdasar ide cerita dari Michael Reisz kurang mempunyai amunisi guna mencakup adegan tersebut, alhasil setumpuk kreativitas hanya berujung tanpa wadah, berjalan sambil lalu dan nihil sebuah kengerian.

Jangankan kengerian, melihat nyawa mereka terancam bahaya pun saya sama sekali tak peduli, terlebih sikap mereka yang kerap tampil bodoh, saya hanya bisa tersenyum sambil sumringah kala kematian mendekati mereka. Pun mendapati ancamannya saya merasa kurang puas meski melihat kepala terbentur meja biliar, hany bermodal scoring tulang retak-atau senjata andalan berupa tikaman pisau serta lesatan peluru yang terlampau tanggung.

Menuju paruh akhir, filmnya terlampau serius ditengah premisnya sendiri yang meneriakkan tingkah remaja yang bertindak bodoh. Pun, Truth or Dare yang punya aturan khusus, ia khianati aturannya sendiri. Untuk apa saya peduli pada mereka atau para penulis yang setengah hati menjalankan niatan mereka membungkus film secara setengaj hati. Seperti karakter Ronnie (Sam Lerner) yang digambarkan besar mulut, berani di luar, namun ciut nyali kala menghadapi tantangan sungguhan. Truth or Dare pun demikian, sama menyebalkannya dengan karakter tersebut.

SCORE : 2/5

Posting Komentar

0 Komentar