Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GET LOST: URBAN LEGEND DI BENTENG PENDEM (2018)

Bayangan Setan. Demikianlah asal-muasal judul Get Lost: Urban Legend di Benteng Pendem yang pada awalnya dicanangngkan rilis pada tahun 2015 dengan taglines "Kisah Nyata di Benteng Pendem" sempat tertunda perilisannya meski sudah mendapatkan verifikasi lulus sensor, entah itu masalah produksi ataupun tak cocoknya tanggal perilisan dan saya pun tak tahu menahu soal masalah itu dan yang saya tahu pasti adalah film ini ditukangi oleh Chiska Doppert yang karya sebelumnya begitu luar biasa sampai di luar nalar sekalipun. Ya, 12:06 Rumah Kucing yang sukses membuat kepala dan pikiran saya pusing, melayang diudara.

Ceritanya sendiri mengenai sekelompok remaja SMA, Ringgo (Maxime Bouttier),Nadia (Agatha Valleri), Vina (Angelica Simperler), Anton (Aga Dirgantara) dan Bombom (Indra Kharisma) yang sepakat untuk kabur dari sekolah demi bisa liburan ke Yogyakarta. Bisa ditebak, perjalanan mereka mengalami kendala dan memutuskan untuk menempuh jalan pintas yang mana adalah sebuah jalan penghubung menuju teror yang akan disebar oleh sang sutradara. Seperti judulnya, mereka mencoba beristirahat di sebuah benteng bekas peninggalan penjajahan Jepang, sebuah benteng yang didalamnya terdapat penjara sebagai tempat penyekapan yang kini beralih sebagai tempat terjadinya teror bagi sekelompok anak remaja bandel ini.

Formulaik. Begitulah impresi awal ketika saya menonton film ini dengan rasa harap-harap cemas akan menyaksikan tontonan macam 12:06 Rumah Kucing yang menakutkan (in a bad way) itu. Get Lost: Urban Legend di Benteng Pendem memang seolah tak ingin mencoba gaya baru, mengikuti pakem dan terjebak pada pola klise berupa rentetan jump scare yang menggelikan itu. Chiska Doppert yang dibantu sokongan naskah dari trio Baskara, Joshua Sinaga dan Hartawan Triguna ini tak ingin ambil pusing dalam masalah hal penceritaan, yang penting adanya unsur horor maka jadilah tontonan horor yang berisi hantu serta tetek bengek penampakan guna membuat penonton menjerit yang hasilnya malah sebaliknya.

Nihil adanya sebuah ikatan bagi karakternya karena saya dan tentunya kalian sebagi penonton sudah tahu betul kelakuan para bocah bandel yang bolos sekolah ini, dan ketika teror masuk, bukannya rasa kasihan mengiringi melainkan sebuah celetukan "Puas lho.....kewalat" yang keluar dari mulut saya. Naskahnya luar biasa semerawut, deretan dialog dangkal yang acpa kali menggelikan turut diperparah lewat eksekusi seenaknya, tanpa memperhatikan aturan main, inkonsistensi sana-sini dan tentunya penuh dengan kebodohan yang jelas. Oh i see, ini kan film horor remaja labil yang penuh dengan tingkah dan gaya.

Memadukan unsur era penjajahan Jepang sebagai sebuah latar belakang teror sama sekali tak membantu filmnya untuk terus berkembang. Mayoritas teror hanya berjalan sambil lalu, hadir menakuti karakter dan hilang begitu saja tanpa meninggalkan sebuah kesan menakutkan, dan alhasil setelah teror muncul semuanya berjalan datar. Jajaran ensamble cast yang diisi para bintang muda pun tak mampu menolong filmnya karena karakternya sendiri tak punya amunisi lebih selain untuk korban teror dari sang peneror.

Puncak kelemahan Get Lost: Urban Legend di Benteng Pendem justru tampil di klimaksnya yang membuka sebuah twist yang menipu, nihil sebuah shocking value yang membuat filmnya justru makin tersungkur ke dalam sebuah jurang keburukan kualitas, menempatkan filmnya masuk dalam deretan film horor garapan sang sutradara yang sekali lagi tampil dalam kualitas mencengangkan pasca 12:06 Rumah Kucing yang sama bodohnya itu (sorry to say...).

SCORE : 1/5

Posting Komentar

0 Komentar