Bayangan Setan. Demikianlah asal-muasal judul Get Lost: Urban
Legend di Benteng Pendem yang pada awalnya dicanangngkan rilis pada
tahun 2015 dengan taglines "Kisah Nyata di Benteng Pendem" sempat
tertunda perilisannya meski sudah mendapatkan verifikasi lulus sensor,
entah itu masalah produksi ataupun tak cocoknya tanggal perilisan dan saya
pun tak tahu menahu soal masalah itu dan yang saya tahu pasti adalah
film ini ditukangi oleh Chiska Doppert yang karya sebelumnya begitu
luar biasa sampai di luar nalar sekalipun. Ya, 12:06 Rumah Kucing yang
sukses membuat kepala dan pikiran saya pusing, melayang diudara.
Ceritanya sendiri mengenai sekelompok remaja SMA, Ringgo (Maxime
Bouttier),Nadia (Agatha Valleri), Vina (Angelica Simperler), Anton (Aga
Dirgantara) dan Bombom (Indra Kharisma) yang sepakat untuk kabur dari
sekolah demi bisa liburan ke Yogyakarta. Bisa ditebak, perjalanan mereka
mengalami kendala dan memutuskan untuk menempuh jalan pintas yang mana
adalah sebuah jalan penghubung menuju teror yang akan disebar oleh sang
sutradara. Seperti judulnya, mereka mencoba beristirahat di sebuah
benteng bekas peninggalan penjajahan Jepang, sebuah benteng yang
didalamnya terdapat penjara sebagai tempat penyekapan yang kini beralih
sebagai tempat terjadinya teror bagi sekelompok anak remaja bandel ini.
Formulaik. Begitulah impresi awal ketika saya menonton film ini
dengan rasa harap-harap cemas akan menyaksikan tontonan macam 12:06
Rumah Kucing yang menakutkan (in a bad way) itu. Get Lost: Urban Legend
di Benteng Pendem memang seolah tak ingin mencoba gaya baru, mengikuti
pakem dan terjebak pada pola klise berupa rentetan jump scare yang
menggelikan itu. Chiska Doppert yang dibantu sokongan naskah dari trio
Baskara, Joshua Sinaga dan Hartawan Triguna ini tak ingin ambil pusing
dalam masalah hal penceritaan, yang penting adanya unsur horor maka
jadilah tontonan horor yang berisi hantu serta tetek bengek penampakan
guna membuat penonton menjerit yang hasilnya malah sebaliknya.
Nihil adanya sebuah ikatan bagi karakternya karena saya dan tentunya
kalian sebagi penonton sudah tahu betul kelakuan para bocah bandel yang
bolos sekolah ini, dan ketika teror masuk, bukannya rasa kasihan
mengiringi melainkan sebuah celetukan "Puas lho.....kewalat" yang keluar
dari mulut saya. Naskahnya luar biasa semerawut, deretan dialog dangkal
yang acpa kali menggelikan turut diperparah lewat eksekusi seenaknya,
tanpa memperhatikan aturan main, inkonsistensi sana-sini dan tentunya
penuh dengan kebodohan yang jelas. Oh i see, ini kan film horor remaja
labil yang penuh dengan tingkah dan gaya.
Memadukan unsur
era penjajahan Jepang sebagai sebuah latar belakang teror sama sekali
tak membantu filmnya untuk terus berkembang. Mayoritas teror hanya
berjalan sambil lalu, hadir menakuti karakter dan hilang begitu saja
tanpa meninggalkan sebuah kesan menakutkan, dan alhasil setelah teror
muncul semuanya berjalan datar. Jajaran ensamble cast yang diisi para
bintang muda pun tak mampu menolong filmnya karena karakternya sendiri
tak punya amunisi lebih selain untuk korban teror dari sang peneror.
Puncak kelemahan Get Lost: Urban Legend di Benteng Pendem justru
tampil di klimaksnya yang membuka sebuah twist yang menipu, nihil sebuah
shocking value yang membuat filmnya justru makin tersungkur ke dalam
sebuah jurang keburukan kualitas, menempatkan filmnya masuk dalam
deretan film horor garapan sang sutradara yang sekali lagi tampil dalam
kualitas mencengangkan pasca 12:06 Rumah Kucing yang sama bodohnya itu
(sorry to say...).
SCORE : 1/5
0 Komentar