Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

PAD MAN (2018)

Sambut Pad Man, superhero dengan pembalut sebagai senjata. Sepintas memang terdengar menggelikan-namun film arahan R. Balki (Shamitabh, Ki & Ka) yang didasari cerita pendek The Sanitary Man of Sacred Land dalam buku The Legend of Lakshmi Prasad yang juga terinspirasi kehidupan aktivis Arunachalam Muruganantham coba melecut sebuah anggapan terkait "superhero harus memakai kostum" dengan membawa sebuah pesan terkait sanitasi, terlebih kesehatan yang kerap teruplakan akibat dibutakan adat hingga kepercayaan.

Kala itu Gayatri (Radhika Apte) tengah memakai kain kotor saat menstruasi. Sang suami, Lakshmi (Akshay Kumar) tentu melarang karena kain itu sangat kotor sehingga ia enggan memakainya untuk sekedar membersihkan sepeda. Namu Gayatri hanya berujar "Jika hati bersih, maka semua akan bersih". Itulah contoh kala spiritualitas mengalahkan intelegensi. Pad Man selain berfungsi sebagai sarana hiburan pula ampuh untuk membuka mata bagi mereka yang dibutakan oleh adat istiadat hingga kepercayaan. Di sini pula motivasi sang tokoh utama yang kita tahu berusaha untuk melawan pula melupakan stigma masyarakat terkait kesehatan yang sekali lagi kerap di lupakan.

Di India, hal terkait menstruasi masih di anggap sebagai sebuah hal yang tabu. Perempuan yang tengah menstruasi diwajibkan untuk tidur diluar, dijauhi, bak seolah perlambang dosa. Tergerak melihat kesulitan yang dirasakan sang isteri, Lakshmi berusaha mencari akal ditengah harga pembalut yang luar biasa mahal pula dengan transaksi sembunyi-sembunyi bak membeli ganja. Di tengah keterbatasan pengetahuan pula materi, Lakshmi pun harus berhadapan dengan stigma masyarakat yang menganggapnya sebagai seorang pria mesum, pun demikian dengan keluarga yang menantang keras.

Lakshmi akhirnya memutuskan untuk membuat pembalut. Namun ian di sini membutuhkan wanita sebagai lawan diskusi pula uji coba pembalut buatannya. Namun semua jelas penuh dengan resiko dan tantangan. Kala ia melihat seorang sekelompok wanita bercadar yang buru-buru memasukkan makanan ke mulut, ia berujar "makan saja mereka malu". Kala mengajukan beberapa pertanyaan kepada seorang suster soal kewanitaan, suster hanya menjawab "Bertanyalah kepada Yesus". Inilah sebuah gambaran kala kealiman justru mengerdilkan pikiran. Namun Balki bersikap adil, turut pula diperlihatkan beberapa cendekia (mahasiswi kedokteran) tertutup pikirannya kala ia menganggap bahwa dirinya sudah terlampau pintar.

Di sinilah sensitivitas seorang Balki ditunjukkan, Pad Man memang bertugas untuk mengedukasi, pula tuturannya terkait masalah sanitasi sangatlah penting untuk disimak. Informatif tanpa harus terkesan bak sebuah iklan layanan masyarakat. Di lain kesempatan kita memang melihat tokoh Lakshi penuh dengan kebaikan, namun Balki tak ingin menjadikan karakternya terlampau sempurna, kita juga turut diperlihatkan sikap Lakshmi yang acap kali tergoda. Di tengah obsesinya untuk menciptakan sebuah penebusan pula seseorang (baca: wanita) sebagai lawan diskusi pula sumber informasi. Di sinilah naskahnya turut berkembang hingga menyentuh hal terkait sebuah pemberdayaan wanita.

Inspirasi serta tekad Lakshmi untuk menciptakan sebuah pembalut berkat kesehariannya memperhatikan sang istri. Pun kemajuan di dapat kala ia bertemu dengan Pari (Sonam Kapoor), seorang musisi pula puteri seorang profesor. Tanpa mereka Laksmi mungkin hanya akan dicap sebagai "pria mesum". Tanpa wanita pria tak ada artinya. Pun jika merunut perkataan Lakshmi di sebuah seminar di Amerika Serikat, "Suatu negara kuat apabila wanitanya kuat". Dari kalimat tersebut jelas memberikan sebuah relevansi pula kesetaraan gender. Akshay Kumar jelas begitu berjasa kala ia dituntut untuk menurunkan kemampun Bahasa Inggrisnya kala berpidato serius.

Motivasi Laksmi di dasari sebuah cinta terhadap sang isteri, ia sadar telah mempermalukan sang isteri dan ingin mengubahnya menjadi sebuah kehormatan tersendiri. Keputusan Balki untuk menutup kisahnya dengan romansa jelas sangatlah tepat. Pad Man adalah sebuah suguhan yang mengedukasi tanpa harus terjebak pada anggapan yang terlampau menghakimi.

SCORE : 4.5/5

Posting Komentar

0 Komentar