Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

OCTOBER (2018)

Seusai menonton October garapan sutradara Shoojit Sircar, saya merasakan hal yang sama kala menyaksikan film terdahulu dari Shoojit, Piku (2015),-hati saya terkoyak dan emosi penuh haru pun tak kunjung pergi. Menandakan bahwa Shoojit mampu mempermainkan tensi, memberikan penonton hati serta koneksi alih-alih sebatas menyaksikan. Namun Shoojit tak ingin menjadikan filmnya menye-menye, semuanya hadir begitu saja secara natural. Bukti bahwa October sukses menggaet atensi dan menghadirkan impresi yang kuat baik itu ketika menontonnya maupun seusai menontonnya.

"Dimana Dan?" begitulah kata terakhir Shiuli (Banita Sandhu) ketika menyambut perayaan malam pergantian tahun sebelum ia mengalami insiden dan kemudian terbaring koma di rumah sakit. Mengetahui hal itu, Dan (Varun Dhawan) begitu resah, diselimuti rasa iba yang bercampurrasa ingin tahu terhadap maksud dari Shiuli yang membuatnya rutin mengunjungi rumah sakit, mengabaikan pekerjaan demi menunggu kesembuhan Shiuli yang selalu membantu sekaligus orang yang paling bisa diandalkan kala Dan begitu malas bekerja, menasehati kala apa yang dilakukannya sebagai trainee sebuah hotel kerap berbuat seenaknya.

Layaknya sebuah air yang mengalir di permukaan sungai, October menyibak pertanyaan diatas sembari memainkan hati seorang Dan yang mempunyai sikap kontras dengan Shiuli. Ini bukanlah sebuah romansa kawula muda yang kerap beradu kalimat romantis yang berujung picisan, namun ini adalah pembuktian dari kehidupan serta kekuatan cinta akan sesama, sekaligus menempatkan hati di tempat yang tepat. Varun Dhawan sukses memainkan emosi, mulai dari tingkah serta sorot matanya begitu bermain, meyakinkan penonton bahwa ia layak mendapatkan apresiasi lebih, tak semuanya tingkah Dan mengandung simpati, namun kita senantiasa berada disisinya.

Skenario buatan Juhi Chaturvedi memanglah tipis, sebatas menjawab pertanyaan Dan, namun nyatanya skenario tersebut begitu masuk di tataran rasa berkat kepiawaian Shoojit merangkai adegan, membawa penonton masuk hingga perhatian tertuju pada cerita yang terbungkus dalam durasi 115 menit. Ditemani sinematografi dari Akiv Mukhopadhyay yang turut berbicara mengenai perasaan karaktenya, seperti hujan yang menandakan kesedihan atau jatuhnya bunga october ke tanah begitu kaya akan makna dan rasa. Sesekali musik gubahan Shantanu Moitra masuk perlahan, memberi rasa serta nyawa sekaligus penanda perasaan karakternya.

Selain Varun Dhawan, Banita Sandhu patut diberikan pujian, mayoritas adegan memang menuntutnya untuk berbaring di kasur, namun pesona sang aktris memancar dan turut berbicara mengenai bahasa tubuh, sebuah performa yang tak gampang untuk sebuah aktris yang baru memulai debutnya di layar lebar. Gitanjali Rao sebagai ibu dari Shiuli turut menyuntikkan rasa, memberikan kasih sayang terhadap sang anak sekaligus harapan untuk kelangsungan hidupnya yang tak pernah surut, sama seperti penyutradaraan Shoojit yang tak pernah menemukan kata untuk surut, baik itu sekedar dialog biasa yang penuh akan rasa.

Penggunaan judul October pun bukan tanpa arti, October adalah bulan dimana bunga jasmine mekar, bunga favorit Shiuli yang selalu ia genggam, bawa, bahkan di satu kesempatan sebelum ia terkulai lemas, ia turut mengenalkannya kepada Dan. Sehingga kala Dan membawakan bunga jasmine ketika Shiuli terbaring, keajaiban pun menampakan wujudnya, yang meski tak lama namun memberikan wangi yang semerbak untuk kebahagiaan Dan sebelum kembali jatuh ke tanah, serupa bunga jasmine yang mekar di bulan oktober pula yang memberikan wangi semerbak sebelum mengakhiri hidupnya, penyutradaraan Shoojit pun demikian, memberikan wangi yang semerbak sebelum semuanya diakhiri dengan konklusi yang menyayat hati, menimbulkan sebuah impresi yang juga berdampak ke dalam relung hati.

SCORE : 4/5

Posting Komentar

0 Komentar