Warning: Review ini mengandung Spoiler!
The Secret: Suster Ngesot Urban Legend adalah usaha RA Pictures bangkit dari gagalnya Rafathar (2017) yang dahulu masih menggunakan nama RNR Pictures, turut kembali bekerja sama dengan salah satu stasiun televisi swasta serta mengangkat nama Arie Azis kembali pasca gagalnya Ular Tangga (2017) baik disegi komersil maupun pendapat kritikus film yang membabat habis film itu. Berkumpulnya para orang yang telah mengalami kegagalan memang harus diapresiasi berkat kebangkitannya. Namun sayang sekali kebangkitan tersebut justru harus masuk ke dalam lubang yang sama (baca: gagal).
The Secret: Suster Ngesot Urban Legend adalah usaha RA Pictures bangkit dari gagalnya Rafathar (2017) yang dahulu masih menggunakan nama RNR Pictures, turut kembali bekerja sama dengan salah satu stasiun televisi swasta serta mengangkat nama Arie Azis kembali pasca gagalnya Ular Tangga (2017) baik disegi komersil maupun pendapat kritikus film yang membabat habis film itu. Berkumpulnya para orang yang telah mengalami kegagalan memang harus diapresiasi berkat kebangkitannya. Namun sayang sekali kebangkitan tersebut justru harus masuk ke dalam lubang yang sama (baca: gagal).
Ceritanya sendiri mengenai Kanaya (Nagita Slavina) yang harus menelan
pil pahit kala sang ayah (Roy Marten) memutuskan untuk menikah kembali
dengan seorang wanita seumurannya, terlebih pernikahan itu tanpa
sepengetahuan dan izin dari Kanaya. Kanaya yang kecewa kemudian
melarikan diri dengan mengendarai sebuah mobil mewahnya yang kemudian
menghantarkannya pada sebuah kecelakaan yang mengharuskannya untuk
dirawat di sebuah rumah sakit. Bersama Teddy (Raffi Ahmad) sang kekasih,
Kanaya justru harus berhadapan lagi dengan sebuah masalah baru, yakni
kemunculan sosok berwujud Suster Ngesot yang terus menghantuinya.
Apa yang ditulis oleh Demas Garin dan Talitha Tan sebenarnya simpel,
menjawab sosok yang selama ini menghantui Kanaya ditengah sebuah
eskapisme yang tengah dilakukannya yang justu menghantarkan pada
munculnya teror demi teror yang tersusun atas kumpulan jumpscare demi
jumpscare yang tersusun berantakan. Sesekali kita melihat hantu
menampilkan wujudnya dan ketika karakter utama mulai merasakan hal yang
aneh, sang hantu tiba-tiba menghilang. Diperparah dengan scoring berisik
pemecah gendang telinga yang begitu serampangan dari trio Yusuf
Patawari, Zoopry Pebrian dan Josep S. Djafar yang asal-masuk yang
penting menggelegar.
Memang skenario dalam sebuah film horor
tak begitu diperlukan untuk tampil kompleks, namun apa yang ditulis
oleh Dimas dan Talitha begitu berusaha banyak memasukan beberapa unsur
tanpa tahu akan dibuat bagaimana yang membuat Arie Azis kebingungan
bahkan kewalahan memegang kemudi film ini yang kemudian berujung pada
sebuah kondisi menjemukan kala naskahnya mencoba membuka sebuah twist
tanpa ada sebuah jalinan yang kuat.
Singkatnya dari rumah
sakit yang penuh teror dan begitu mengerikan, baik dari segi bangunan
yang tak begitu terawat hingga tenaga kerja berupa suster yang begitu
malas mengerjakan tugas. Benar, film ini sempat diprotes keras oleh para
suster supaya diberhentikan penayangannya karena tak sesuai dengan
kenyataan dan terlalu meremehkan profesi mulia tersebut. Kini sebuah
vila jadi wahana baru bagi penampakan para suster yang menggelikan itu,
yang kemudian menempatkan karakter anak kecil bernama Kemala (Kanaya
Gleadys) bersama Marsha (Marshanda) guru home scholling Kemala yang
merupakan seorang anak indigo.
Membahas The Secret: Suster
Ngesot Urban Legend begitu membingungkan. bahkan untuk menulis
review-nya pun butuh konsentrasi yang tinggi yang sulit untuk saya
capai, bukan karena filmnya yang terlampau high concept namun banyaknya
lubang yang tak logis yang membuat pikiran pusing. Sebagai contoh,
karakter Kanaya diceritakan sebagai anak orang kaya dengan segala
fasilitas berupa mobil mewah, rumah impian dengan sebuah lift dan kolam
renang besar. Namun mengapa ia ditempatkan pada sebuah rumah sakit kecil
yang kurang komplit fasilitasnya, di pinggiran pula. Lalu sosok ayah
Kanaya yang seolah adem-ayem kala sang anak kabur dari rumah dan berapa
hari tak pulang. Ayah macam apa ini? Saya belum menyebut karakter para
suster yang begitu menyebalkan menyepelekan panggilan para pasien dengan
harus terlebih dahulu memainkan lagu cing ciripit.
Hingga
klimaks pun muncul kala sebuah twist hadir begitu dipaksakan demi
terciptanya sebuah shocking moment. SPOILER ALERT: Mengenai twist saya
pun bertanya pada diri sendiri mengenai motif yang dilakukan Teddy untuk
membunuh suster Maryam yang mana adalah karakter Marsha. Motifnya
sendiri tak begitu jelas, entah itu sebagai bukti penghilangan jejak
dari jerat polisi karena atas dasar cinta atau karena sifat pshyco yang
ia miliki. Saya pun tak tahu dan baru kali ini saya mengerti bahwa cinta
bisa menghalalkan berbagai cara, termasuk membunuh sekalipun yang mana
sebuah tindakan malas bahkan klise jika untuk pembuktian sebuah cinta.
Miris memang!
SCORE : 0.5/5
0 Komentar