Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

LOVE FOR SALE (2018)

Kalau bukan karena tuturan impresif sang sutradara, Andibachtiar Yusuf (Romeo & Juliet, Hari Ini Pasti Menang, Garuda 19) Love for Sale bisa saja terjerambab masuk ke dalam sebuah pola romansa klise yang gampang sekali terlupakan ditengah usungan predictable sedari pertengahan filmnya bergulir. Namun Andibachtiar tahu betul upaya yang mesti dikeruk guna menyulut simpati bahkan atensi penonton untuk tetap bertahan di depan layar sampai durasi 104 menit pun sejatinya tak terasa.

Love for Sale mengajak kita untuk menengok kehidupan sang bujang lapuk bernama Richard (Gading Marten), pria yang sudah memasuki usia kepala empat ini masih saja betah hidup menjomblo yang kesehariannya ditemani oleh Kelun, si kura-kura peliharaannya yang menjadi saksi bisu kebiasaan garuk pantat dan juga galer (garuk peler) ditengah sifat wibawanya yang ia terapkan untut tetap disiplin waktu pada karyawan percetakan milik peninggalan sang orang tua angkat. Singkatnya, Richard adalah seorang pria kesepian yang meluapkan semuanya pada sang karyawan.

Menilik rekam jejak sang sutradara sebelumnya, ia memang lebih berkecimpung terhadap film bertemakan sepakbola. Ciri khas serta kegemaran Yusuf masih ia terapkan disni dimana nonton bareng pertandingan sepakbola menjadi kebiasaan Richard bersama sahabatnya, dan dari sana pula semuanya bermula. Richard ditantang oleh sang sahabat untuk membawa pasangan pada pernikahan Rudy (Rizky Mocil) yang selama ini ia mengaku mempunyai pasangan dan menolak dibilang jombo. Padahal sejatinya Richard adalah sosok yang demikian.

Disinilah naskah garapan Andibachtiar Yusuf bersama M. Ifan Ramli mulai bermain. Richard menemukan solusi lewat sebuah situs bernama Love, Inc. yang menemukannya dengan Arini (Della Dartyan) sang pacar sewaan selama 45 hari. Bisa ditebak, kebaikan serta keramahan Arini meluluhlantahkan perasaan Richard yang perlahan tapi pasti menimbulkan sebuah perasaan tersendiri. Della Dartyan di debut pertamanya sukses menampilkan Arini yang begitu mudah kita sukai, berbekal tatapan dan senyuman yang kerap terpancar jelas, sulit menampik bahwa Arini adalah sosok yang kebanyakan pria cari.

Gading Marten secara mengejutkan tampil baik sebagai lead actor film ini, dari sini kita melihat kapasitas Gading melakoni karakter quirky yang mampu menyulut atensi. Sosok Richard begitu dekat dengan kita, bisa saja itu kamu maupun teman serta kerabat kamu sendiri. Chemistry Gading-Della pun sama kuatnya, setidaknya itu terlihat jelas kala mereka nonton bareng bersama maupun kala melakoni adegan seksual yang membuat film ini dilabeli rating 21+.

Penuturan Yusuf jelas tersampaikan, namun ia sendiri meninggalkan lubang yang masih menganga mengenai situs Love, Inc. itu sendir dimana sebuah ambiguitas perlu untuk ditanyakan jika menilik pada kehidupan nyata terkait pacar sewaan yang lebih dekat dengan praktek prostitusi di dunia nyata. Pun mengenai modus operandi situsnya sendiri bakaan kerap memancing respon negatif ketimbang positif. Saya rasa Yusuf mengerti akan hal itu, namun penuturannya sendiri tak ia ungkapkan secara eksplisit, tersurat bahkan tersirat sekalipun yang sedikit menjadi kendala terhadap filmnya meski tak seutuhnya melucuti.

Menjelang konklusi, Yusuf memberikan sebuah impact yang besar pula berharga ditengah ambiguitas serta keputusan Richard yang membuat penonton untuk bertanya. Disinlah momen bittersweet dimainkan oleh Gading yang ingin membuat saya menepak pundaknya di tengah sebuah resiko yang sedang ia terima secara baik kala bermain dengan sebuah pekerjaan berat yang kita sebut sebagai mencintai.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar