Rumah dan Musim Hujan. Begitulah judul awal mula Hoax yang sejatinya
sudah diputar terlebih dahulu di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2012
yang kemudian melenglang buana ke beragam festival lainnya. Enam tahun
berselang, film ini kemudian di rilis di bioskop tanah air, temtunya
dengan pengubahan dari berbagai aspek, mulai dari berganti judul serta
beberapa kru termasuk editor dan penata musik. Tentu perubahan tersebut bertujuan agar filmnya mudah untuk diakses penonton luas.
Menurut para penonton yang sudah menonton Rumah dan Musim Hujan, Ifa Isfansyah membagi filmnya kedalam tiga segmen, sementara dalam Hoax gaya narasi interwoven diterapkan, dimana tiap kisah hadir saling bergantian dipakai. Memfokuskan ceritanya pada ketiga tokoh utama, ketika pengalaman Adhek (Tara Basro) begitu mencekam, Ragil (Vini G. Bastian) tampil lemah, pula tak solutif dalam menampilkan pergolakan kisahnya. Sementara Raga (Tora Sudiro) menyentuh isu sebuah kisah percintaan yang pelik, dimana kali ini ia membawa Sukma (Aulia Sarah) ketika kecerian sebuah buka puasa berkat permainan yang dibawa oleh sang Bapak (Landung Simatupang) dari Korea, sekaligus sebagai clue bahwa Ifa sendiri pernah sekolah film di Korea.
Tentu dalam keluarga tersebut masing-masing menyimpan sebuah rahasia tersendiri. Sang Bapak amat mempercayai kepercayaan kejawen. Ragil yang tinggal bersama bapak menyimpan sebuah rahasia dibalik kealimannya. Raga kerap berganti pacar, sementara Adhek mengalami sebuah peristiwa mistis kala ia hendak menuju pulang ke rumah sang ibu (Jajang C. Noer). Seperti yang dipaparkan pada judulnya, semua karakter dalam film ini memiliki rahasia masing-masing yang kemudian menimbulkan sebuah "tanda tanya" tersendiri kepada penontonnya yang disajikan oleh Ifa begitu cukup mencengkram meski tak seutuhnya terpaparkan.
Ya, kelemahan dalam perpindahan tone yang berjalan kasar menjadi salah satu masalah. Sentot Sahid yang mengambil alaih penyuntingan yang dikerjakan oleh Eddie Cahyono dan Greg Arya tak cukup rapi dalam menampilkan pengalaman ketiga karakter utama ini, yang menciptakan sebuah lubang yang cukup besar pada cerita Ragil yang begitu menggampangkan dan tak solutif, urung menampilkan sebuah pergolakan yang membuncah ditengah isu yang terdapat pada kisah Ragil begitu jamak terjadi pada masa sekarang, kisah Raga tampil dengan tone yang paling santai dengan sedikit tambahan black comedy yang cukup mencengkram, sementara kisah Adhek menjadi kisah yang penuh dengan misteri, kental nuansa horor hingga puncaknya terdapat pada sebuah adegan sholat yang begitu menegangkan, tentunya tak lepas dari kinerja Jajang C. Noer yang tampil begitu meyakinkan.
"Siapa yang bohong?" begitulah tagline yang diusung oleh Ifa kala pertanyaan yang sering dilontarkan itu kerap muncul. Ambiguitas mengenai informasi, ilmu pengetahuan, seksualitas hingga moral kerap dimainkan oleh Ifa disini yang mampu menciptakan sebuah relevansi tersendiri di masa sekarang. Hoax memang mewakili situasi masa kini dengan segala isu yang diangkat, namun ia urung berdampak di tataran rasa karakternya yang mana artinya Hoax hanya berjalan di permukaan.
Pertanyaan diatas tak begitu mudah dimainkan oleh Ifa, ia lebih memilih menciptakan sebuah cliffhanger tersendiri bagi kisahnya. Jadi siapa yang bohong? Ifa tak menjawab pertanyaan tersebut secara gamblang, karena sejatinya misteri terbaik adalah misteri yang tak semuanya terungkap. Sebagaimana berita hoax yang kian menyebar di Indonesia, Hoax pun tak mengikuti hal demikian mengenai sebuah relevansi situasi dewasa ini. Bukankah sulit untuk mengetahui siapa yang benar?, demikian pertanyaan menggantung yang kerap dicari yang diterapkan Ifa disini semabari mensejajarkan semuanya pada suguhan drama thriller yang cukup mencengkram.
SCORE : 3.5/5
0 Komentar