Tab

Ticker

6/recent/ticker-posts

GOD'S OWN COUNTRY (2017)

Bagi saya pribadi, sebuah film yang bagus tak harus melulu menggunakan cerita yang baru maupun set-up serta landscape yang begitu dahsyat. Bukannya itu tidak perlu, melainkan itu bukanlah prioritas utama. Yang saya suka dari sebuah film yakni ia mampu tampil sederhana, simple, dan apa adanya. Dalam artian ia mampu menggambarkan cerita begitu realistis, yang kemudian di susul dengan terciptanya koneksi yang kuat antar karakter dengan penonton. Se-simple itukah cara saya menilai sebuah film selain dari tugasnya sebagai media hiburan. God's Own Country garapan sutradara Francis Lee memiliki apa yang saya utarakan di atas, tak perlu tampil mewah, cukup sederhana namun mengikat dan tentunya memikat.

John Saxby (Josh O'Connor) adalah seorang pemuda yang tinggal bersama sang ayah, Martin Saxby (Ian Hart) yang mengidap stroke serta sang nenek, Deidre Saxby (Gemma Jones), tugasnya sebagai tulang punggung keluarga adalah mengurus peternakan sang ayah, lebih tepatnya kali ini ia membantu proses persalinan biri-biri yang terakhir ia tangani lahir sungsang, maka diutuslah Gheoghre (Alec Secareanu) guna membantu sekaligus menemani John dalam merawat sekaligus membantu proses persalinan biri-biri. Seiring waktu yang mereka lalui bersama, tersimpan sebuah rasa yang sulit untuk di ungkapkan, rasa yang lebih dari sekedar cinta, melainkan kebutuhan akan cinta itu sendiri.

Memang ini bukanlah cinta biasa, ini adalah percintaan sesama jenis yang jika kita bicarakan akan menimbulkan berbagai komentar. Namun apa yang di tampilkan oleh Francis Lee di film ini terasa relatable, kita pun bisa mengambil contoh lyang sama dalam perspektif hubungan heterogen. Meskipun mengambil usungan yang sering di tampilkan mengenai "cinta datang tiba-tiba" yang memang nyatanya ini kerap terjadi pada kehidupan nyata. Lee bereksperimen dengan kisah yang begitu mainstream ini yang lantas menjadikan karyanya terasa jujur. John Saxby bisa dibilang tengah bosan dengan rutinitas sehari-harinya, mulai bersentuhan dengan minuman keras juga bermain seks dengan pria lain. Ini yang menjadi dasar akan situasi, mendorong seseorang bertindak dan berbelok ke arah lain guna menemukan kesenangan, dan tak sedikit pula di kehidupan nyata pun sebagian orang melakukan hal tersebut.

Kehadiran Gheorghre seperti yang sudah kita prediksi mampu mengubah cara pandang John. Berbeda dengan John, Gheoghre adalah sosok pekerja keras, sosok yang dewasa dalam berpikir dan bertidak. Darisanalah timbul keinginan satu sama lain yang kemudian membuncah dan terbuktikan lewat hasrat mencinta dan dicinta. Inilah yang menjadi konflik penyulut cerita, kala cinta itu sendiri terkhianati. Ya, konflik yang "God's Own Country" punya memang tipis, soal pengkhianatan cinta. Namun siapa sangka konflik itu mampu disajikan Lee begitu subtil dan turut menyulut emosi, ini yang membuat film ini begitu terasa realistis. Tak perlu tampil (sok) berani dan berjalan apa adanya. Terasa datar memang, namun bergejolak di dalam, serta menusuk kala bersamaan.

Kepiawaian Lee dalam elaborasi karakter adalah tujuan utama film ini. Eksplorasi karakterisai berjalan begitu mulus dan jujur, lebih lengkap ala di ikuti performa gemilang dari Josh O'Connor sebagai penghantar rasa di balik raut wajahnya yang datar, namun bergejolak di dalam. Alec Secareanu sebagai alasan dari terciptanya keberanian John dalam bersikap lebih mature juga jujur akan mimpi serta perasaan mampu tampil memikat. Momen menjelang ending kala John dan sang ayah berdialog mampu memantik rasa simpati serta kejujuran yang terpampang alami, dan ini adalah gambaran akan sebuah kesan yang kita sebut liberty and diversity, kesan yang selama ini sering di teriakkan.

Sinematografi bidikan kamera dari Joshua James Richards memang tak terlalu tampil megah, acap kali hanya menyoroti peternakan sesuai dengan porsi cerita, begitupun dengan musik dari A Winged Victory for The Sullen yang sesekali tampil masuk. Cerita memang cenderung predictable, dan ini yang membuat ending-nya sendiri tampil kurang berkesan dan memorable. Memang tak merusak jalinan cerita yang sedari awal telah di bangun, lemahnya konklusi dari Lee menjadi alasan utama, meski untungnya tak meruntuhkan, namun begitu menggampangkan.

SCORE : 3.5/5

Posting Komentar

0 Komentar